Jarak sekolah Sausan dengan rumah kurang lebih 5 KM. Sehari-hari Sausan menuju sekolah mengendarai sepeda. Sepeda kesayangan Sausan adalah sepeda jengki bekas yang kemudian dicat berwarna hijau. Mobilisasi sekolah Negeri dan Swasta pada tahun itu, siswa dilarang mengendarai motor, dan motor waktu itu barang mewah, sehingga hampir semua siswa ke sekolah bersepeda.
Sausan pagi-pagi sudah rapi dan bergegas ke sekolah. Sepeda selalu dicek oleh Abah setiap pagi agar aman selama dipakai. "Bah, bangun! sepeda Sausan kempes". Sausan segera membangunkan Abah yang kebiasaan setelah sholat subuh jika tidak ada kerjaan membuat pekakas rumah, pasti kembali tidur. "Hem... iya". Abah segera bangkit untuk cek sepeda dan memompa ban sepeda. "Kurang angin doang, dah ga papa bisa dipakai". Abah meyakinkan Sausan, dan melambai kepada Sausan untuk menaiki sepeda.
Sausan segera berangkat dan menuju sekolah. Sepanjang perjalanan tentu lisan tidak berhenti berucap, baik zikir, hapalan bahkan senandung lagu mengiringi perlalanan Sausan setiap hari.
Apa yang menurut Anda terasa berat, tapi bagi orang lain tidaklah demikian. Hidup ini sawang sinawang. "Brek..., au...". Sausan merasa ada yang tidak beres. "Apa yang sobek ini". Sausan terlihat cemas dan turun perlahan dari sepedanya. Sausan sudah berada di halaman Sekolah dan memeriksa apa yang telah sobek. Rok Sausan bagian belakang sobek, ternyata terkena kawat sedel ketika hendak turun dari sepeda.
"Ngapa San, kok ga segera masuk". Sapa Fina yang baru tiba. Fina mendekat karena lambaian Sausan dan mendekatkan telinganya untuk mendengar bisikan Sausan. "Fin, gimana ini ya! Rok saya sobek bagian belakang, lebar lagi". Kata Sausan kepada Fina. Fina tertawa terpingkal-pingkal dan menatap iba kepada Sausan sambil tersenyum Fina menarik tas agar menutupi bagian sobekan. "Nah, bereskan! Ayo masuk bel bentar lagi bunyi". Sausan mendorong sepedanya diikuti Fina sampai memarkirkannya. Selama pelajaran bahkan waktu istirahat, Sausan tidak meninggalkan kursinya. Sausan menceritakan kepada beberapa teman atas kondisinya, sehingga untuk jajan Sausan titip kepada Teman sekelasnya. Sausan dan Fina berada di kelas yang berbeda, tentu Sausan tidak mungkin meminta tolong lagi kepada Fina. Sampai tiba waktu pulang, dan selama perjalanan menuju rumah, Sausan lebih berhati-hati agar sobekan Rok nya tidak bertambah lebar.
Esok hari secerah mentari tak secerah wajah Sausan yang menanggung bimbang. Entah bagaimana berucap kepada Mamak, bahwa LKS yang dibeli harus segera dibayar. Sausan sudah memberitahu dan Mamak pun sudah berusaha untuk bisa membayar, tapi namanya belum ada rezeki ya apa boleh buat. Sausan hanya minta kelonggaran waktu untuk pembayaran. Sabar, hanya itu yang bisa dilakukan. Tentu keajaiban Allah sangat diharapkan oleh Sausan segera, tapi waktu tidak bisa dipercepat, semua ada kadar yang pasti. Ya, Sausan berharap segera awal bulan atau Orang Tua segera mendapat uang. Sausan selain sekolah Dia juga mengalokasikan waktu untuk membuka TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) di Mushola dekat rumahnya. Malam setelah Magrib Dia privat Baca tulis Al Qur'an 3 anak tetangga. Karena diminta, maka Sausan tidak bisa menolak. Kegiatan privat selain memperdalam kemampuan mengajinya, Orang Tua si Anak memberi uang trnsport bulanan. Waktu itu sekitar 50.000 per rumah dan 3 rumah. Sausan sangat bersyukur Allah memberi Rizki meski lewat kegiatan privat. Sediki-sedikit bisa membantu untuk beli kebutuhan pribadi Sausan dan uang jajan.
Apa yang terfikir jika aksara Al Qur'an mengandung nilai materi, tapi bukan berarti kita menjual Al Qur'an. Al Qur'an adalah pedoman hidup manusia, sebagai tuntunan hidup agar benar menjalani kehidupan yang sekedar mampir saja untuk menuju akhirat yang abadi. Kita dituntut untuk bisa membaca dan memahami kandungan Al Qur'an, nah kita butuh orang lain untuk membantu kita belajar membaca. Disinilah peran seorang Guru Ngaji membantu menuntun untuk memudahkan mengeja Aksara Al Qur'an dengan benar. Maka materi atau nominal uang/barang yang diterima dari si pembelajar untuk si Pengajar bukanlah bayaran atau upah melainkan kita bisa menyebutnya hadiah. Kenapa hadiah, karena dalam sebuah kitab kuning dengan nama kitab Alala bahwa itu disebut Hadiah. jika diibaratkan 1 huruf Al Qur'an bisa dihadiai dengan 1000 dirham.
رَأَيْت اَحَقَّ الْحَقِّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ ۞۞ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ
Jawa: Aku wis nekodake ing luwih hak-hake bener. yoiku hake wongkang nuduhake barang bener. Lan luwih tak tekodake luwih wajib den rekso. Mungguhe kabeh wong islam kang kepingin biso.
لَقَدْ حَقَّ اَنْ يُّهْدَى اِلَيهِ كَرَامَةً ۞۞ لِتَعْلِيْمِ حَرْفِ وَاحِدٍ اَلْفُ دِرْهَمٍ
Jawa: Guru wis mesti di hadiahe sewu dirham. Mulyoake kerono mulang huruf siji tur paham.
Terjemah: Saya melihat lebih haknya sesuatu yang hak adalah hak dari guru dan bahwa hak seorang guru adalah wajib di laksanakan atas setiap orang islam, sesungguhnya benar sekali memberikan hadiah kepada guru untuk setiap satu huruf yang di ajarkannya seribu dirham.
Jika Sebagian yang lain sanggup menghadiahkan hadiah yang besar atas pelajaran-pelajaran Umum, seperti Les Matematika, kursus Bahasa Inggris, Komputer dan pelajaran lain, sangat mulianya para orang tua menghadiahi seorang guru Ngaji yang telah membimbing putra putri kita paham akan aksara Al Qur'an.
Awal bulan adalah salah satu kasih sayang nya Allah kepada Sausan, Allah menitipkan Rizki melalui lantaran jadi guru privat ngaji. Besar dan kecil hanya soal masalah hati. Besar jika hatimu tidak ada rasa syukur tetap terasa kurang, sedikit tapi hatimu penuh syukur maka akan cukup. Karena Rizki bukan perkara sedikit dan banyak tapi berkah dan manfaat.
Sepeda kendaraan menuju taman ilmu, bagaimana tidak, dalam setiap aktivitas Sausan selalu membawa serta sepeda, semoga menjadi saksi pertanggung jawaban diakhirat kelak.