Dasar gadis dingin!

Keesokan hari.

Muin, sopirnya, sudah menunggu di depan pintu lobby. Tristan datang ke rumah sakit pagi-pagi sekali untuk mengambil mobilnya. Ia akan menjemput Haruna untuk pergi ke tempat kerja bersama.

"Kak, aku tidak ikut mengantar pulang. Aku harus pergi mengejar cintaku," kelakar Tristan.

"Hum." CHristian hanya menjawab dengan gumaman.

Yuka tahu, Christian masih marah padanya. Ia pun hanya bisa menghela napas pelan. Tidak disangka, rasa cemburu Christian sangat parah.

Sejak semalam, ia tidak mau menatap wajah Yuka. Jangankan mengajaknya bicara, menjawab pertanyaan Yuka saja, dia tidak mau. Yah, Yuka harus tetap sabar menghadapinya. Siapa suruh, ia jatuh cinta pada pria itu.

***

 

"Haruna!"

"Iya, Pah." Haruna bergegas keluar dari kamarnya.

"Bisa antar Kiara sekolah tidak? Kemarin, Papa sudah mendaftarkan kepindahan sekolah Kiara. Papa ada sedikit keperluan. Jadi, tolong ajak Kiara sampai ke sekolah, nanti siang Papa jemput Kia pulang."

"Ya, Pah. Tapi, mana Kiara?"