Orla, primadona sekolah

Waktu sudah menunjukan pukul 4 sore saat Aluna keluar dari perpustakaan. Dia berjalan perlahan menyusuri koridor sekolah yang sepi mengingat jam pulang sekolah memang sudah berlalu sekitar 2 jam yang lalu. Sebelumnya, Aluna memang sengaja mampir ke perpustakaan sekolah untuk mengerjakan tugas sekolah sebelum pulang. Tugas sekolahnya tidak banyak, tapi Aluna lupa waktu setelah membaca beberapa novel.

Aluna pikir, hanya dia seorang yang masih tertinggal di sekolah. Siapa sangka saat dia menyusuri koridor di lantai pertama, Aluna berpapasan dengan sekompok gadis pemando sorak yang saat ini heboh mengobrol sambil tertawa bahagia. Sepertinya mereka baru saja selesai latihan.

"Aluna." Orla, salah satu gadis paling cantik di antara kelompok itu menyapa Aluna saat dia melihatnya.

Aluna berhenti melihat kearahnya, membalas dengan anggukan pelan. Orla berjalan kearahnya."Mau pulang?"

"Iya." jawabnya pelan.

Seperti biasa, Aluna memang gadis yang tak banyak bicara. Dia hanya akan bicara seperlunya. Beruntung, Orla sudah mengenal Aluna cukup lama, jadi dia sedikit mengerti tentang sifat pendiam gadis itu.

"Oh, iya, ada pertandingan basket bentar lagi. Mau nonton bareng enggak?" tawar Orla dengan senyum manis menghias di wajah, menambah kesan menawan dari parasnya, membuat siapapun yang melihat Orla sulit untuk berpaling dari sosok itu, entah itu para gadis atau pemuda.

Aluna menatap Orla sebentar, lalu beralih pada sekelompok gadis yang berdiri di belakang mereka. Sebagian menatap sinis pada Aluna, sebagian lagi hanya menatap acuh tak acuh seolah dia bukan sesuatu yang penting.

Tapi apa Aluna peduli?

Tentu saja tidak. Dia hanya memasang ekspresi yang sama acuhnya, lalu mengalihkan atensi kembali pada Orla.

"Maaf, sepertinya tidak. Aku harus pulang."

Orla cemberut mendengar itu, lalu dia meraih tangan Aluna."Hey, ayolah~, kenapa buru-buru. Ayo menonton bersama kami, ya ya ya~." bujuknya dengan nada centil.

Aluna tersenyum tipis karena tingkah Orla, sementara kelompok gadis yang tadi datang bersamanya menatap tak percaya kearah Orla.

Apa ini benar-benar Orla sang primadona sekolah?

Tak ada yang percaya, bahwa Orla sang primadona sekolah akan bersikap seperti itu terhadap Aluna yang di kenal sebagai cupu antisosial di sekolah.

"Na, mau ya. Nanti pas pulangnya aku traktir ciki deh." bujuknya lagi disertai iming-iming. Usaha kerasnya itu membuat Aluna terkekeh geli, hingga rasanya tak mampu menolak keinginan gadis itu.

Aluna mengangguk."Okey."

"Yey~." Orla berseru riang, senyumnya mengembang lebar, membuatnya makin terlihat bersinar.

"Kalo gitu, berangkat~." katanya sambil mengandeng tangan Aluna. Tak menyadari kalau teman-temannya yang lain menatap tak suka pada hal itu.

'apa yang bagus dari si cupu satu ini?' pikir mereka.

*****

Aluna tidak tahu, sekolah yang awalnya sangat sunyi benar-benar berbanding terbalik dengan di lapangan. Suasana di lapangan sekolah cukup ramai sore ini. Meski hanya pertandingan latihan, tapi suasananya hampir seperti saat turnamen tahunan. Aluna cukup takjub mendapati hal itu.

"Aku tidak menyangka akan seramai ini, bukannya ini cuma pertandingan biasa?" Aluna bertanya pelan di tengah hiruk pikuk keributan antar penonton.

Orla tersenyum mendengar itu."Kamu pasti belum pernah liat pertandingan basket sekolah kita kan sebelumnya?"

Aluna menggeleng, mata mengedar kearea lapangan, lalu berhenti pada sekelompok pemuda berseragam basket di lapangan yang tengah melakukan pemanasan. Lalu netranya terkunci pada salah satu sosok bernomor punggung 10.

Tbc.