WebNovelDua Cinta50.00%

BAB 4 - TANGGUNG JAWAB

Gadis itu masih bingung dan mengingat apa yang telah terjadi.

Seperti potongan puzzle di otak gadis itu mengingatkan dirinya. Potongan puzzle dia satukan dalam otaknya.

" Hiks... Hiks...," gadis itu menangis dengan kencang. Entah apa yang terjadi rasanya dia menyesal telah pergi dari rumah.

" Mom, dad, maafin Michelle," batin gadis itu.

" Lala... Lala... Jangan nangis ok? Aku di sini," ucap azka. Mengusap rambut dan memeluk lala.

" Lepas.... Lepas... Lepaskan aku," lala meronta dan menangis lebih kencang serta menjadi-jadi.

" Dokter, kenapa kakiku tidak bisa bergerak," tanya lala.

DEG!!!

Jantung azka berdekup kencang bagaimana dia akan mengatakan pada gadis itu. Azka terdiam dan mematung melihat lala yang terus menangis dan meronta.

Akhirnya dr. Eli memberikan penenang kepada lala, setelah lala tenang dan tertidur.

Azka memberanikan diri berbicara dengan dr. Eli.

" Maaf dokter, mungkin dokter punya saran untuk saya. Karena melihat lala seperti itu, saya tidak berani untuk mengatakan langsung." ucap azka

" Untuk sementara waktu pak azka jangan menemuinya dulu, tunggu tenang pak. Nanti kami bantu, karena kami tau pak azka akan bertanggung jawab." jawab dr. Eli dengan senyum.

" Terima kasih dok, saya permisi." ucap azka

Azka menuju ke parkiran untuk segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah azka menuju ruang makan, tampak di rumah makan papa, mama serta mitha sang istri sedang makan bersama.

Mitha berdiri dan menghampiri azka.

" Sayang, kamu sudah pulang? Kog tumben?" tanya mitha.

" huft... Lelah..." ucap azka

" Ya sudah kamu cuci tangan, abis itu makan malam,ok sayang," ucap mitha dengan menyecup pipi azka.

Azka mengangguk dan berjalan ke arah kamar mandi. Dengan langkah gontai azka kembali ke meja makan.

Mereka makan dengan tenang, namun sesekali papa mama azka mencuri pandang ke azka. Sepertinya mereka paham kalau putranya sedang mengalami masa sulit.

Selesai makan azka dan mitha hendak kembali ke kamar mereka, di kejutkan suara pak Jaya dengan memanggil nama azka

" Azka, papa tunggu di ruang kerja papa," ucap pak jaya

" Sayang, aku ke tempat papa dulu ya? Kamu kalau capek tidurlah dulu." ucap azka kepada mitha.

Azka menuju ruang kerja pak Jaya.

Tok.. Tok...

" Masuk," ucap pak jaya

" Ada apa pah," tanya azka sambil duduk di kursi depan pak Jaya.

" Harusnya papa yang tanya, kamu kenapa? " tanya pak jaya

" Aku... " ucap azka dengan menunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuk.

" Aku, tidak kenapa-napa pah, hanya saja azka memikirkan kondisi lala," ucap azka menundukkan kepala.

Pak Jaya menghembuskan nafas dengan kasar, sepertinya dia paham yang mengganggu pikiran anak lelakinya.

" Bagaimana kondisi terakhir lala? Apa dia sudah sadar dari tidur panjangnya, "tanya pak Jaya.

" Lala, sudah sadar tapi kondisinya memprihatinkan. Kakinya tidak dapat di gerakan dan lala... " ucap azka menggantung serasa susah mengatakan yang sebenarnya.

" Lala kenapa?"tanya pak jaya

" Lala... Lala depresi berat pah, dia menangis dan berteriak. " ucap azka.

" Baiklah, kita harus cari dokter untuk menyembuhkannya. Kita bisa cari referensi untuk dokter-dokter terbaik di bidang ini. Walaupun nanti harus menuju ke beberapa negara," ucap pak jaya

" Karena ini ada kesalahanmu, kamu harus bertanggung jawab penuh kepadanya." ucap pak Jaya.

" Baik pah, azka akan lakukan yang terbaik untuk lala, dan untuk sementara waktu apakah papa berkenan jika papa dan mama membantu azka untuk membujuk lala," tanya azka

"Tentu, papa mama akan membantumu, " ucap pak Jaya.

"Terima kasih pah, azka istirahat dulu. Malam pah, " ucap azka