Ruang Parfum di Rumah

"Anya, terima kasih sudah memberiku sebuah rumah untuk pulang," Aiden memegang tangan Anya dengan lembut dan mencium keningnya.

"Rumah kita," balas Anya sambil tersenyum.

"Ya. Rumah kita," senyuman itu seolah menular dan membuat Aiden membalasnya dengan senyuman yang sama.

Setelah menghabiskan makan malamnya, Anya bersandar dengan malas di pelukan Aiden. "Aku benar-benar senang hari ini."

"Nyonya Atmajaya, apakah kamu mau memberikan pengobatan untuk Tuan Atmajaya? Tuan Atmajaya akan sangat senang," goda Aiden sambil mengecup pipi Anya.

Saat mendengar apa yang Aiden katakan, wajah Anya langsung memerah. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Aiden agar Aiden tidak bisa melihatnya. "Tidak mau. Aku tidak senang yang itu."

"Tetapi itu yang membuatku senang," Aiden tertawa sehingga dadanya terguncang.

Anya hanya menggerutu pelan. Kemudian ia mengalihkan pembicaraan. "Mulai besok, aku mendapatkan akses untuk masuk ke ruang parfum. Aku bisa menciptakan parfumku sendiri," kata Anya.