Merasa Terhina

"Aku akan memberitahumu kapan aku akan melamarnya. Kalau Tara ragu-ragu, bibi harus membantuku. Sebenarnya, aku khawatir Tara akan menolakku sehingga aku tidak berani melamarnya," Nico berpura-pura terlihat sedih dan memelas untuk mendapatkan simpati Anya.

Anya tertawa melihat Nico. "Jangan khawatir. Tara tidak akan menolakmu. Kalau ia tidak mencintaimu, ia tidak akan mau bertahan menjadi kekasihmu selama dua tahun. Selama ini ia menunggu aku pulang dan mencari tahu kebenarannya. Sekarang masalahnya sudah selesai dan Tara tidak perlu mengkhawatirkan masa depannya lagi. Lamar dia secepat mungkin."

"Baiklah," kepercayaan diri Nico langsung meningkat mendengar kata-kata Anya.

Ketika mobil mereka berhenti di depan pintu rumah Diana, Anya langsung turun dari mobil dan menuju ke pintu depan. Sebuah sosok kecil langsung berlari menghampiri pintu ketika mendengar suara bel.

"Siapa di sana?" teriak Alisa dengan suara keras.

"Ini mama!" jawab Anya sambil tersenyum.