Interview

Tahap ketiga dimulai, kami dibagi menjadi 2 kelompok seperti kemarin. Aku yang tidak ada persiapan sama sekali, serta kemampuan komunikasi yang bisa dikatakan jelek, aku merasakan tekanan yang kuat pada tahap ini. Karena aku malu menunjukkan bahwa aku tertekan, aku memasang wajah muka biasa aja , sehingga teman teman tidak mengerti sebenarnya aku tertekan.

Saat sebelum masuk ke dalam ruangan interview , aku terus menatap pintu yang menjadi akhir perjuanganku dalam seleksi ini.

Peluh yang terus berkucuran, tanda aku begitu deg degan dengan kondisi ini.

*****

Di sisi lain teman temanku yang sudah selesai interview seperti merasa lega dan saling lempar pertanyaan tentang interview yang telah dilakukan

*****

Saat masuk aku mencoba berani untuk duduk di bagian depan, tapi apa aku semakin grogi ngga karuan.

Kami diberi pertanyaan dan disuruh untuk menuliskan jawabnya dengan apa yang ada dipikiran, seperti jawaban spontan.

Aku menjawabnya seperti yang diperintahkan tanpa pikir panjang setiap ada pertanyaan yang disebut dan seketika juga ada pikiran yang yang terlintas aku langsung menulisnya tanpa ada ragu bahkan sampai tak peduli dengan jawabannya.

Setelah itu, kami diberikan pertanyaan tentang keorganisasian dan sikap kita jika berada di posisi itu apa yang akan kamu lakukan.

Aku ngga jawab satupun dari pertanyaan yang dilontarkan oleh sang interview , sebenarnya sudah ada jawabannya dipikiranku tapi mulut ini sepeti ada sesuatu yang menghalanginya untuk bicara.

Hanya ada satu dari sekian banyak temanku yang selalu menjawabnya bahkan sampai sang interview heran kenapa anak ini saja yang sering menjawab.

Anak ini bernama Nila, berparas cantik nan anggun, dengan kepintaran dia dalam mengutarakan pendapatnya tanpa rasa malu ataupun takut. Kulitnya begitu putih dan glowing, bisa dibilang kalo kulitnya itu kaya kulitnya artis artis Korea.

Aku sampai heran kenapa ni anak selalu menjawab, bahwa aku berpikir dia itu anak yang nge-sok  dan kepengin banget untuk bisa jadi salah satu anggota OSIS. Dan aku juga pikir, dia pasti lolos.

Aku sempat berpikir, andai aku seperti dia dengan berani mengutarakan pendapatnya,mungkin aku bisa secara langsung mengutarakan pendapat yang ada dipikiranku ini,yang aku rasa ini salah satu pendapat yang cukup bagus.

Tapi kenyataannnya aku memang ngga bisa seperti itu, mau bagaimana pun aku ngga bisa untuk waktu ini.

Sang interview mulai kesal.

"Apa cuma nila yang bisa jawab"

"Gimana kalian ini mau ikut organisasi tapi mentalnya mental krupuk yang cuma ditegasin sedikit udah remuk"

"Mau kalian kaya gini?"

Walaupun nadanya tidak menggunakan nada tinggi tapi kata katanya itu menusuk banget.

Aku melihat sekitar, semua temen-temenku menundukan kepalanya semua.

"Cuma tinggal jawab aja ngga bisa, bisa apa sih kalian? Kalo cuma jawab pertanyaan kaya gini aja ngga bisa"

"Intrup..."

Saat nila ingin menjawab tiba tiba sang interview memotingnya.

"SUDAH!!!, kamu mulu yang jawab males aku dengernya, keluar semua"

Kami semua keluar dengan sedikit perasaan lega interview-nya sudah selesai dan kata kata yang dilontarkan oleh sang interview masih terngiang-ngiang di kepala.

[ 1 Minggu kemudian ]

Kami dikumpulkan lagi di lapangan seperti biasa dan katanya hari ini adalah hari pengumuman yang diterima dan pengumuman pembagian struktur organisasi.

Jantungku berdegup kencang mendengarnya dan terus berpikir aku bisa lolos atau tidak

Bersambung...