JHD~2

Nilai tergantung tempat duduk dan teman sebangku mau atau tidaknya memberikan contekan. Pasrah itu hal yang lumrah jika seorang siswa tidak dapat contekan temannya karena otaknya yang pas-pasan dan belum mempelajari semua materi ulangan.

"Ayolah, nomor terakhir doang" mohon Amanda kepada Alfian. Cowok yang tergolong cerdas dikelasnya itu.

"Gak!" singkat, padat, dan sangat jelas jawaban Alfian. Selain berwajah stadart menurut Amanda, sifat judes menambah nilai sempurna untuk raja bodo amat seperti Alfian.

"Kurang lima belas menit lagi!" Ucap Bapak Marno, guru biologi berkumis tebal itu dan juga botak. Beliau adalah guru teladan tahun lalu karena kedisiplinan mengajar memberi sebuah inspirasi motivasi untuk guru-guru lain.

Untung saja Bapak Marno masih duduk dimeja guru dengan membaca koran kesukaannya, jika beliau tahu Amanda mencoba untuk berusaha mencotek lagi kepada Alfian, pasti nama Amanda Violita akan tercoret mulus dari daftar nilai biologi pada ujian hari ini tentang sistem ekskresi.

Mau tidak mau yang namanya tercoret sebanyak tiga kali akan diberikan nilai nol bulat dan dinyatakan SP. Apakah SP itu?? SP adalah singkatan dari semester pendek. Pengulangan mata pelajaran biologi dari bab pertama hingga akhir. Itupun dilakukan diluar jam pembelajaran kelas kalau sudah selesai.

Kumisnya yang tebal itu membuat Amanda geram. Rasanya pengen jambak tuh kumis karena beliau tidak memiliki rambut diatas kepalanya, jadi tidak memungkinkan jambak kepala yang licin seperti lantai yang baru saja kena air pel.

Masih satu kali Amanda merasakan namanya dicoret dari daftar nilai ujian bulan lalu. Penyebabnya masih sama, Alfian selalu keberatan Amanda mencontek banyak padanya. Kecewa dan takut jika harus mengikuti semester pendek kalau ketahuan mencontek lagi.

"Dasar botak" celetuk Bumi, cowok berpostur tinggi yang baru saja menjabat sebagai ketua tim basket di SMA 2 NUSA BANGSA. Letak tempat duduknya tidak jauh dari meja guru. Kalau diberi gambaran nomor dua dari bangku depan tepat menghadap papan tulis pas.

"Siapa yang bilang botak barusan?" Tanya Bapak Marno dengan meletakkan koran yang dibacanya.

Semua mata menyorot pada Bumi. Matilah kau ketua basket. Sindiran kecil biasanya akan membuat guru biologi itu marah besar.

"Sekarang kamu keluar dari kelas saya!"

"Tapi Pak, ini kan kelasnya milik sekolahan bukan milik Bapak" bela Bumi tidak mau keluar dari kelas.

"Kalau saya bilang keluar ya keluar!" Jawab Pak Marno sambil berdiri karena sudah sangat emosi. Maklum guru sepuh hatinya suka kesinggung.

"Tapi Pak pekerjaan saya belum selesai loh. Masak Bapak tega ngusir saya yang ganteng ini" Bumi kembali memberi beribu banyak alasan agar tidak dikeluarkan dari kelas. Dengan berekspresi ingin menangis dan menunjukkan beberapa kekosongan jawaban dilembar jawabnya.

"Eh, gak pake tapi-tapian sekarang langsung keluar. Pintu keluar di sebelah sana" Bapak Marno menunjuk pintu kelas yang sudah terbuka lebar sedari tadi pagi.

Pasrah, Bumi hanya bisa berdoa semoga ada malaikat penolong diluar kelas nantinya. Seperti Ibu Jeni, wali kelas kami. Wali kelas XI IPA 4. Dia baik hati juga kadang ngeselin buat sejumlah anak didiknya yang pernah tidak sependapat dengan Ibu Jeni. Dasar siswa laknat.

Setelah melangkah dari tempat duduknya menuju arah pintu, Bumi kembali melontarkan kalimat pembelaannya lagi agar Bapak Marno mau mempertimbangkan hukuman untuknya, "tapi saya ini beneran ganteng loh Pak dan kadang ada yang bilang imut juga"

"Sudah cepetan keluar!" Bapak Marno berkata demikian dengan berjalan dan mendorong Bumi secepatnya keluar dari kelas.

"Tapi Pak saya ini ketua basket sekolah ini yang barusan menjabat" sebelum Bumi mengeluarkan kata-kata kembali, Bapak Marno sudah menutup pintu kelas keras.

Brakk

Anak-anak yang sudah selesai mengerjakan ujian cekikikan melihat tontonan konyol barusan.

"TAPI PAK GEBETAN SAYA BANYAK! BAPAK KALO MAU, SAYA KASIH SATU KALO SAYA DI IZIN KAN MASUK KELAS LAGI" Teriak Bumi dari luar sana. Suaranya agak menggema dilorong.

"Bapak gak peduli mau gebetan kamu banyak, ibu kamu banyak, sampe anak kamu banyak, Bapak gak bakalan peduli. Karena Bapak itu cuma setia sama satu wanita"

Keadaan didalam kelas menjadi gaduh karena ucapan beliau barusan. Kalimat motivasi banget untuk para jomblo termasuk Amanda.

"Uchhh so sweet banget sih"

"Aaaaa"

"Hidup jomblo!"

"Hidup!"

"Punahkan yang punya pacar! Biar malam minggu gak ada orang pacaran dipinggir jalan yang lagi pegangan tangan!"

"Bakar!"

"Doakan biar malam minggu ini hujan deras. Biar jomblo bisa tidur nyenyak dan bangun fresh pada esok harinya!"

"Aminn!"

Memang kebanyakan dari anak IPA jarang yang mempunyai gandengan karena anak hits dan rupawan banyak yang dari kelas IPS. Fauzan masih mengeluh-eluh kan pidatonya sambil berdiri didepan meja guru. Dia jomblo ngenes sepanjang masa SMP sampai sekarang.

"Walaupun hujan tetep bisa berduaan dicafe remang-remang!"

"Setuju!"

Pembelaan keluar dari mulut para anak yang punya pacar dengan perwakilannya Taufik bin Mail. Anak orang kaya yang gantengnya gak ketulungan.

"Stop! Stop! Kalian berdua duduk dibangku masing-masing" Bapak Marno mengambil alih keadaan kelas agar tidak semakin ricuh. Beliau mengusir Fauzan dan Mail agar kembali ke bangkunya.

Saat kedua manusia tadi duduk kembali dibangkunya masing-masing, Bapak Marno melihat gerak-gerik Amanda yang sedang mengobrol dengan Alfian.

"Ehem, dilarang diskusi jawaban Aman" sindiran halus membuat Amanda kaget dan langsung melihat guru biologi tersebut.

"Dilarang keras mencontek di area ini" ulang lagi Bapak Marno sedikit memperingatkan.

"Tapi pak nama saya kan Amanda bukan Aman" bantah Amanda tidak terima dengan sebutan Aman saja pada dirinya.

"Sama saja"

"Tuh kan, Pak Marno aja setuju nama lo itu cocoknya Aman" sahut Alfian dengan sedikit melirik guru tersebut.

Amanda kesal hingga memutarkan bola matanya melirik jawaban terakhir milik Alfian. Dan Amanda berhasil mendapatkan jawaban nomor sakral dua puluh satu itu. Karena merasa sudah selesai mengerjakan soal, cewek bergigi gingsul itu berdiri dan berjalan untuk mengumpulkan lembar jawabnya.

"Taruh disitu. Eh tunggu-tunggu Aman, nanti kalau didepan kamu ketemu Bumi bilangin dia, pas jam istirahat suruh menghadap saya di ruang guru nanti" pinta Bapak Marno dengan membetulkan letak kacamatanya.

Berapa banyak kali Amanda harus menjelaskan kalau namanya itu aneh kalau dipanggil dengan sebutan Aman-nya saja. Dia hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Lalu berlalu keluar dari ruang kelas.

***

Jam istirahat pertama berlangsung, kantin sudah sesak dipenuhi banyak siswa-siswi SMA 2 Nusa Bangsa yang sudah sangat kelaparan. Amanda bersama Meka mendapatkan tempat duduk didekat penjual siomay.

Kali ini jadwal Amanda untuk memesankan makanan karena Meka sudah mengerjakan tugasnya kemarin. Setibanya didepan kios penjual siomay, seseorang menyenggol lengan Amanda hingga menumpahkan jus jeruk yang dibawanya. Seragam Amanda yang tadinya putih bersih langsung bernoda orange. Padahal baru semalam seragam kebanggaan milik Amanda itu kering, dan sekarang sudah kotor secepat ini.

Senyum kebencian tercetak dibibir cewek itu. Tanpa ada tampang penyesalan dia berkata seperti menyindir "Ups, gue sengaja. Kotor ya baju lo"

Semua warga sekolah di SMA ini mengenal mereka semua. Geng yang paling sok berkuasa karena ketuanya adalah Fira Allyan Bramasta, anak kesayangan dari Kepala SMA 2 Nusa Bangsa.

Tawa dari geng itu meledak hingga semua pasang mata menatap pada mereka. "Makanya jadi cewek itu jangan sok di kelas" tuding Fira dengan menunjuk muka Amanda. Meka melihat kejadian barusan dan merasa ini adalah perilaku yang harus diadili.

"Woy cewek sirik kalo punya mulut dijaga! Dasar lambe nyinyir lo!" Bela Meka tidak mau kalau sahabatnya dikasari oleh Fira lagi.

"What? Temen lo ini nih yang cari gara-gara mulu sama gue duluan tiap hari" Fira tidak kalah membela dirinya. Fira tidak mau mengalah untuk hari ini.

"Lo kenapa sih selalu jahat sama gue Fir? Emang salah gue apa sama lo? Ha? Apa?" Amanda mengeluarkan suaranya walaupun agak serak karena menahan tangisnya.

"GUE BENCI BANGET SAMA LO DARI DULU!!" Jawab Fira dengan melayangkan tangan kanannya, dia akan menampar Amanda. Tapi saat tamparan itu akan mendarat tepat pada pipi Amanda, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang.

"Kalo mau nyakitin dia, lewatin gue dulu"  Cowok itu sedang marah memandang tajam kedua mata Fira.

Fira meronta agar cekalan tangan kuat cowok tersebut terlepas. Tapi tidak kunjung lepas. Rasa malu mulai merayapinya, bahwa yang ada dihadapannya sekarang adalah David. Kakak dari Amanda yang pernah dikagumi olehnya dulu waktu pertama kali menginjakkan kaki di Sekolah ini.

"Kak David"

***

"Seneng deh liat Abang lo tadi. Gayanya cool banget pas dia lagi belain lo, sampe Fira kikuk gitu" tak henti-hentinya Meka memuji-muji David sepanjang perjalanan kembali ke kelas mereka.

"Biasa aja kali Mek"

"Udah ganteng, keren lagi"  tambahnya lagi semakin terkagum-kagum, "kapan ya gue punya Abang kayak Kak David?"

"Suruh aja Nyokap lo nikah lagi nanti juga lo dapet kakak kalo lagi beruntung" canda Amanda. 

"Ihh lo kok ngomongnya gitu sih" Meka memanyunkan bibirnya.

"Abisnya lo ngomong gitu pengen punya Abang dari kemaren. Emang kak Moci mau lo kemana-in? Kurang apa dia sampe-sampe lo kagum luar biasa sama Abang gue" tutur Amanda menjelaskan hingga membuat Meka cengengesan. Giginya yang putih berbaris rata disana.

"Gak usah meringis-meringis gitu lo, jijik gue"

"Jahatnya" rajuk Meka. Amanda peka dengan keadaan Meka sekarang, ia selalu ingin punya keluarga yang lengkap. Bokapnya jarang pulang kerumah karena urusan bisnis di Jakarta. Di rumah hanya ada Nyokap dan Neneknya.

"Udah jangan ngambek gitu. Nanti kalo kak Moci lihat malu-maluin tahu" ujar Amanda dengan merangkul pundak Meka.

Kak Moci adalah gebetan Meka sejak kelas X. Maaf ralat bukan gebetan, tapi Meka-nya aja yang nge-fans sama Kak Moci. Masih hitungan hari Meka bersekolah di SMA 2 Nusa Bangsa ini, ia sudah berani berkenalan dengan Kak Moci.

Namanya asli disamarkan oleh Meka supaya nama Moci jadi kayak panggilan kesayangan. Ekstra kurikuler Jurnalistik yang digeluti olehnya. Postur tubuhnya lumayan untuk anak kelas IPA. Satu lagi kak Moci itu pendiam dan kemana-mana selalu pake topi, dan yang paling membuat Meka suka sama Kak Moci itu adalah dia punya lesung pipi di kiri, walaupun cuma satu itu udah cukup nambah kadar diabetes buat yang ngelihat dia. Tiap hari dan kemanapun dia pergi selalu bawa kamera digital, enggak sekalian dipacarin aja kameranya kak. Hehe