Ch. 7 "Vacation (2)"

Nyanyian burung-burung di pagi hari terdengar merdu di telinga Artemis. Terpaan sinar mentari dari kaca yang berada di langit-langit kamarnya membuat gadis tersebut membuka kedua kelopak matanya.

Ia menggerakkan lengan kanannya yang terasa berat.

"Aduh, kenapa berat bang-!"

Ucapannya terhenti ketika gadis itu menoleh kearah lengannya yang terasa amat berat. Dan, bagaikan ditimpa beton di pagi hari. Artemis menatap horor sosok anak laki-laki yang sedang tidur di sampingnya sambil memeluk tangannya.

Dan terlebih lagi anak itu bukan Satan, tapi orang asing.

"AAHHHHHHHHH!"

Artemis menarik lengannya dari pelukan anak kecil laki-laki tersebut dan berlari mendekati pintu kamarnya yang dibuka oleh Beelzebub.

"Ada apa?" tanya Beelzebub.

Artemis tidak langsung menjawab pertanyaan iblis tersebut dan mengarahkan jari telunjuknya kearah tempat tidurnya yang saat ini di atasnya terdapat seorang anak laki-laki dengan tubuh seukuran dengan Satan.

Ia mengusap pelan matanya, surai perak dengan beberapa helaian berwarna merah mudanya tampak indah di bawah pantulan sinar matahari. Ditambah lagi dengan kulit pucatnya yang hampir sewarna dengan rambutnya.

"Oh, halo Beelzebub!" sapanya dengan santainya dan membuat Artemis kebingungan setengah mati.

"Ah, bukannya sudah kukatakan untuk bangun sebelum ketahuan oleh Artemis!" Artemis menoleh kearah Beelzebub yang sedang fokus berbicara dengan anak aneh di tempat tidurnya.

"Kasurnya terlalu nyaman, tidak ada tempat tidur seperti ini di neraka. Lain kali mungkin kita harus membuat barang-barang seperti ini di neraka."

"Hei tunggu. Apa maksudmu di neraka?" ucap Artemis memotong pembicaraan antara Beelzebub dengan anak tersebut.

Beelzebub menghampiri anak tersebut dan memperkenalkannya, "Perkenalkan, dia adalah Abaddon, kau panggil saja nama Yunaninya Apolion atau Lion. "

"Astaga, makhluk neraka lagi. Mungkin dosaku sangat banyak hingga banyak makhluk neraka tertarik untuk tinggal di tempat ku," gumam Artemis pelan.

===

"Jadi, Lion akan ikut kita berkemah hari ini? Serunya!" teriak Satan kesenangan karena mendapatkan teman iblis yang memiliki wujud tubuh sama seperti dirinya sehingga dirinya tidak akan diganggu oleh saudara-saudara nerakanya.

"Jadi bagaimana dia bisa menyelinap di kamarku padahal sudah tertulis jelas di pintu kamar kalau 'tidak ada satupun makhluk berjenis apapun yang boleh masuk!', hem?" kesal Artemis sambil menekan kata-kata yang merupakan inti dari permasalahan saat ini.

Lucifer tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh, itu sebenarnya..."

Flashback

"Apolion? Bagaimana bisa kau kemari?" kaget Mammon ketika melihat salah satu makhluk penghuni neraka datang dan berdiri di depan pintu rumah Artemis dengan wujud manusianya.

"Tentu saja karena aku rindu kalian!"

"Bohong."

"Hehe, aku merasa tampaknya kalian sangat suka berada di sini, karena itu aku ingin ikut bergabung!"

Lucifer menatap malas kearah Apolion. "Masuklah," ucapnya ketus. Apolion terkekeh pelan dan melepas alas kakinya lalu masuk kedalam rumah Artemis.

Jam dinding ruang keluarga saat itu menunjukkan pukul dua pagi. Dan enam makhluk neraka dibangunkan oleh Lucifer untuk berkumpul diruang keluarga tanpa sepengetahuan Artemis.

"Jadi? Malam ini dia akan tidur dimana?" tanya Mammon.

"Cepatlah, aku mengantuk!" ucap Belphegor yang masih setengah tertidur.

Leviathan menatap saudara-saudaranya. "Apa tidak ada yang ingin merelakan kamarnya?" Semua hening, "Satupun?" Dan masih hening.

"Memang tidak ada cara lain," ucap Asmodeus sambil berdiri dari tempat duduknya dan mulai berjalan ke kamarnya. Sementara, yang lain menatap Asmodeus dengan pandangan bertanya.

"Satu-satunya cara adalah Apolion terpaksa tidur di kamar Artemis secara diam-diam."

Flashback End

"Jadi itu ide dari Asmodeus?" Artemis mematahkan sendok makan kayu yang berada di genggamannya saat ini sambil menatap Asmodeus dengan tatapan kemurkaannya.

"Sudahlah, mari kita selesaikan makannya dan pergi bersiap-siap untuk menjelajah," ucap Asmodeus mencoba mengalihkan topik pembicaraan sebelum tubuh manusianya mati dibunuh oleh Artemis.

===

"Sudah siap?"

Sembilan ora-. Atau mungkin satu orang dan delapan makhluk neraka sedang berkumpul di ruang utama saat ini sambil mengangkat tas besar mereka.

"Untunglah kita mendapat banyak bonus kemarin, jadi Lion masih mendapat jatah barang buat ikut berjelajah," ucap Satan.

"Aku lelah," ujar Belphegor sambil menguap pelan. "Aku juga malas."

Ucapan iblis pemalas tersebut tidak direspon oleh siapapun di ruangan tersebut. Mereka tidak akan mau menyia-nyiakan tenaganya mereka untuk mengurus iblis yang memang melambangkan rasa malas tersebut.

"Semuanya ayo berangkat!"

Mereka bersembilan mulai mengambil langkah pertama keluar dari pintu rumah Artemis dan tak lupa menguncinya, kemudian mereka kembali melanjutkan penjelajah dengan memasuki hutan belantara yang akan menjadi rumah sementara mereka selama perkemahan empat hari.

Cahaya matahari masih memancarkan sinar lembutnya di pagi hari, lalu suara burung-burung masih terdengar merdu menyapa indra pendengaran kesembilan penjelajah ini. Tak lupa juga dengan udara segar yang tidak terlalu panas ataupun dingin menyapu wajah mereka dengan lembut.

Terkadang canda tawa terdengar dari kesembilan penjelajah tersebut. Tanpa sadar sang mentari mulai memancarkan sinar teriknya, pagi sudah berganti menjadi siang.

"Heum, Artemis. Apa kau kehabisan air putih? Sebaiknya kita beristirahat dulu," ucap Asmodeus.

Artemis mengambil botolnya, dan benar saja, hanya beberapa jam berlalu sejak mereka memulai penjelajahan mereka dan airnya sudah habis. "Benar, kita harus mengambil air di sungai. Bagaimana dengan kalian?"

"Kita ngikut aja," sahut Leviathan kemudian diikuti oleh anggukan kepala dari yang lainnya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Namun, kali ini dalam tujuan untuk mencari sungai terdekat agar dapat mengisi kembali kekosongan air di botol mereka.

"Eh, ada jalan setapak dari arah sini."

Mammon menoleh kearah Apolion, dan menghampirinya. "Jalan setapak? Di tengah hutan seperti ini? Itu tandanya ada sesuatu di ujungnya yang harus kita saksikan!" ucapnya.

"Benar juga sih. Apa kita ikuti jalur ini? Siapa tahu nanti di tengah perjalanan kita bakalan ketemu sumber mata air," saran Artemis.

"Yap, setuju!" teriak Satan.

Jalan setapak yang terbuat dari batu tersebut terus membawa mereka naik ke atas gunung. Entah apa yang akan ditunjukkan oleh jalan tersebut kepada mereka.

Waktu terus berjalan, dan jalan tersebut masih terus berlanjut. Suara deru air yang terjatuh menerpa bebatuan terdengar pekat di telinga masing-masing mereka bersembilan yang sedang menanjaki jalan setapak.

Dan pemandangan indah yang menyejukkan hati pun menyapu pandangan mata kesembilan makhluk tersebut tanpa memandang jenis makhluk apakah mereka. Mereka semua terpesona oleh pemandangan yang sedang mereka lihat saat ini.

"Aku gak nyangka kalau sebenarnya bumi manusia seindah ini," ucap Apolion tanpa sadar.

Sebuah air terjun raksasa yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan, airnya jernih mampu memantulkan teriknya mentari dengan sempurna, dan memancarkan keindahan tersendiri dari airnya. Aroma segar dan lembap tercium di sekitar air terjun tersebut dan beberapa bunga langka, hidup disekitarnya.

"Tempat kemah yang sempurna!" ucap Artemis, "mari kita bermain, kemudian membangun tenda-tenda kita di sini!"