Ch. 8 "Vacation (3)"

"Satu! Dua! Tiga!"

Leviathan berlari di atas batu kemudian lompat dari batu tersebut sehingga tubuhnya terjatuh dan menghantam segarnya air terjun tersembunyi di dalam hutan.

Ia, Lucifer dan Mammon tertawa lepas ketika merasakan betapa serunya wahana melompat dari air terjun yang memiliki tinggi lebih dari lima belas meter, terlebih lagi bermain air dibawah sinar matahari terik seperti ini membuat tubuh mereka terasa sangat segar.

"Cepat Apolion! Bagaimana bisa seorang iblis sepertimu dapat dengan mudahnya ditaklukkan dengan air terjun ini?" Ucapan dari Belphegor membuat Apolion menunduk malu.

"Kalau begitu sebentar!" Apolion berhenti meronta dan berdiri tegak. Kedua tangannya di kepalkan dengan sangat erat, dan ia menggertakkan gigi-giginya.

Tak lama setelah itu, sepasang sayap berbulu lebat berwarna hitam pekat timbul dari punggung iblis tersebut, kedua sayap tersebut sangat lebar dan kokoh.

"Baik! Sekarang aku siap terjun!" teriak Apolion dengan nada bangga.

Sementara itu semua orang menatapnya dengan tatapan malas, termasuk Artemis yang sedang menunggu waktunya untuk terjun dari air terjun tersebut.

Apolion berlari dan melompat. Kedua sayap hitamnya di kepakkan secara perlahan untuk membantunya terjun dari air terjun yang menurutnya sangat tinggi tersebut. Sedangkan Lucifer yang menyaksikan hanya dapat menutup wajahnya karena malu.

"Bagaimana bisa seorang iblis yang dikatakan terkuat kedua setelah aku dapat mengepakkan sayapnya hanya untuk lompat dari air terjun setinggi lima belas meter," ucapnya yang merasa sangat kecewa.

===

"Sekarang giliran Artemis! Tapi kau yakin mau lompat dari sini? Kau kan perempuan!" teriak Satan.

Artemis bercekak pinggang sambil menatap kedelapan makhluk neraka yang sedang menatap dirinya dengan tatapan khawatir. "Santai saja, kalau misalnya perempuan gak boleh lompat dari air terjun mending aku jadi pria aja," ucap Artemis sambil memasang senyum bangganya.

Gadis tersebut memang sejak dilahirkan hidupnya selalu dipenuhi oleh adrenalin dan hal-hal berbahaya lainnya. Bahkan, ketika kedua orang tuanya masih bersama dengannya, gadis tersebut sudah mengalami banyak wahana berbahaya seperti paralayang, karena alasan itu juga rumahnya berada di tengah hutan.

"Mari kita mulai!"

Artemis mengambil langkah mundur, kemudian berlari sekencang-kencangnya menuju ujung dari air terjun dan kemudian melompat dengan sangat bersemangat. Kedua tangannya membentang lebar, dan kedua sudut bibirnya membentuk ukiran senyuman yang amat lebar.

Tubuhnya masuk sempurna ke dalam air. Sementara, kedelapan makhluk neraka yang menyaksikan aksinya itu terkagum melihat seberapa beraninya Artemis saat lompat dari air terjun.

Mereka berdelapan menoleh ke sekeliling untuk melihat keberadaan Artemis. Namun, tidak dapat di temukan di manapun. Raut wajah kaguma mereka berubah menjadi serius ketika gadis tersebut belum kunjung balik ke permukaan.

"Artemis?"

"Iya?"

Mereka sontak terkejut ketika Artemis tiba-tiba saja muncul tepat di belakang mereka sambil tertawa lepas karena keasikan.

"Astaga, dia benar-benar bahagia disaat kita merasa sangat khawatir kalau bakalan kehilangan dia," ucap Beelzebub tanpa sadar akan ucapannya sendiri. Sontak suasana kembali hening, bahkan Artemis sendiri pun berhenti tertawa.

Asmodeus dengan cepat menjewer telinga Beelzebub dan tertawa canggung. "Ahaha, dia pasti sangat kedinginan hingga tidak tahu apa yang di ucapankannya sendiri," ucap Asmodeus terkekeh pelan.

Namun reaksi Artemis masih sama meskipun Asmodeus telah berkata demikian.

"Ma-Maksud Beelzebub, kita khawatir bakalan ke-kehilangan kau soalnya kan cuma kau yang tahu jalur untuk kembali pulang. Diantara kita gak ada yang hafal bukan? Bukan?" ucap Mammon sambil menekankan kata-kata 'bukan' di kalimatnya. Ketujuh iblis lainnya tersenyum canggung sembari menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan Mammon.

Artemis menatap bingung kedelapan pria di hadapannya. "Tapi aku juga gak hafal jalan pulangnya," ucapnya polos.

Tampaknya gadis polos ini tidak mengerti efek dari perkataan yang terlalu jujurnya kepada delapan iblis di hadapannya saat ini.

"Leviathan, tampaknya kamu harus menenggelamkan gadis yang terlalu polos ini."

===

Mentari sudah kembali ke singgasananya, sudah waktu baginya untuk beristirahat setelah menemani para makhluk hidup untuk beraktivitas dan saat ini adalah saat bagi sang Ratu malam bangkit dan menemani malam hari.

Delapan sosok makhluk neraka dan seorang manusia tengah duduk di sekitar perapian ditemani handuk mereka dan beberapa kaleng makanan juga minuman. Mereka mengeringkan diri seusai menyamankan tubuh di air terjun yang menyegarkan selama hampir seharian penuh.

"Jadi, bagaimana dengan tendanya?" tanya Lucifer, "kapan kita akan membuatnya? Atau jangan-jangan kita akan tidur beralaskan tikar hari ini ditambah selimut dari daun pisang?"

"Oh tidak-tidak. Tentunya kita harus membangun tenda," sahut Artemis. Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju tasnya yang berada di dekat pohon. Beberapa saat gadis tersebut terus mengutak-atik tasnya. Raut wajahnya berubah-ubah, tiba-tiba cemas kemudian tiba-tiba menggelengkan kepalanya sambil tersenyum namun tak lama, raut wajahnya kembali cemas.

"Apa semua baik-baik aja?" Lucifer bangkit dan menghampiri Artemis yang masih mengotak-atik tasnya.

Artemis menoleh kemudian memberikan senyumannya. "Pasti akan baik-baik saja. Semuanya akan baik-baik saja!" ucapnya yang kemudian kembali mengutak-atik tasnya.

Setelah sekitar tiga puluh menit Artemis mengutak-atik tasnya, Belphegor mulai tertidur, Beelzebub masih memakan buah petikannya dan para makhluk neraka lainnya pergi untuk mencari permainan yang dapat menghilang rasa bosan mereka, Artemis mulai menunjukkan wajah sedih dan menyesalnya.

"Ada apa?" tanya Mammon menghampiri Artemis yang sedang menatap kosong kearah tanah. Jari telunjuknya mengeruk kulit pohon tanpa peduli seberapa tajamnya kulit pohon yang ia keruki.

"Hei, jarimu mulai berdarah," tegur Satan sambil memperhatikan jari telunjuk Artemis. Namun, dirinya seperti sedang berbicara pada patung Artemis. Tak ada respon atau tindakan dari Artemis yang mendengar perkataannya.

"Tenda," ucap Artemis, "aku melupakannya."

Lucifer menundukkan kepalanya dengan kedua jarinya memijit-mijit pelipisnya yang terasa amat berat saat ini. "Kalau begitu ayo kita cek di tas kita apakah ada yang membawa tenda," ucap Lucifer.

Artemis mengangkat kepalanya. "Eh, bukankah seharusnya masing-masing dari kalian membawanya? Aku merasa sedih karena aku akan tidur di luar dan lupa membawa tenda, bukan karena kalian."

"Itu, sebenarnya kami juga memilah beberapa barang tanpa mengerti apa yang ada di dalamnya ataupun apa manfaatnya," ucap Apolion, "soalnya kami merasa kalau bawaan kami terlalu berat."

"Aku membawanya!" ucap Asmodeus sambil menujukkan peralatan tendanya.

"Hm, aku juga. Karena aku tahu kalau alat ini bisa di buat malas-malasan," ucap Belphegor yang sedang memegang peralatan tenda dengan kedua tangannya.

"Aku iri karena kalian membawanya," ucap Leviathan menatap alat-alat tenda yang di pegang Belphegor dan Asmodeus.

Artemis menatap nanar mereka berdua. "Hanya...dua?" tanyanya yang dibalas anggukan kepala dari yang lainnya.

"Tenang saja Artemis! Kau boleh tidur di dalam tendaku selama empat hari tentunya lebih dari empat hari pun tak apa," ucap Asmodeus mencoba mencari kesempatan untuk berdua bersama Artemis.

"Tidak, Terima kasih, kami tidak akan mengijinkan Artemis bersama kau, orang mesum!" ucap Mammon secara spontan.

Belphegor menguap kemudian mengusap matanya. "Sudahlah, kalian bertujuh bagilah dua kelompok. Aku akan menampung empat orang lagi, Asmodeus tiga orang lagi. Lalu Artemis, tidurlah di tendaku. Sekarang aku ngantuk jadi cepat kita selesaikan tenda ini," ucap Belphegor.

Untuk sekejap ketujuh orang di hutan tersebut terkagum dengan seberapa pintarnya Belphegor hingga dapat mengutarakan ide secemerlang itu.

"Kau pintar! Luar biasa! Ayo cepat kita bangun kedua tenda ini."