6. Egois
Setelah makan siang, Chandra mengantarkan Cantika kembali ke kantornya. Pria itu sebenarnya masih enggan membiarkan istrinya bekerja, tapi dia juga masih punya banyak pekerjaan di kantor yang sudah menunggunya. Chandra menggenggam tangan Caca sebelum wanita itu keluar dari mobilnya. Menatap manik matanya dalam dan mengelus lembut pipi sang istri tercintanya.
"Saayaaanggg"
"Apa?"
Cup
Chandra mendaratkan bibirnya tepat di bibir merah jambu cantika, mengulum bibir istrinya dengan lembut. Caca yang awalnya kaget, kini terbuay dan membalas ciuman chandra.
Tangan chandra yang semula berada di pipi cantika kini berpindah ke belakang tengkuk wanita itu, menekan kepalanya agar memperdalam ciuman mereka. Tangan Cantika juga mengalung dengan indah di leher suaminya, membuat ciuman mereka semakin panas dan intim. Setelah beberapa menit, chandra melepaskan tautan mereka dengan enggan. Pria itu merapihkan bekas liptstik cantika yang bercampur dengan sisa saliva di sudut bibirnya. Dia tersenyum melihat bibir cantika yang agak bengkak karna ulahnya. Salahkan kenapa bibir istrinya begitu candu baginya, hingga dia tak pernah bisa tak menyentuh bibir merah muda itu.
"Kita pulang aja yuk? Ga usah kerja, kita kerjanya di atas ranjang aja gimana?"
Plakk
Cantika mendaratkan jari-jari lentiknya di kepala chandra saat pria itu lagi-lagi melontarkan kata-kata mesumnya. Sungguh caca heran, kenapa makin lama suaminya malah semakin mesum? Dia yakin ini semua pasti karna chandra terlalu sering bergaul dengan kaisan dan gimitri.
"Omongannya di filter kenapa si?! Jangan kebanyakan main bareng si item sama si bantet! Ga baik! Otak kakak bukan bagus malah makin bobrok" dengus cantika.
"Ngapain main sama mereka, ga seru! Seruan juga main sama kamu sayangg, apa lagi kalo mainnya di ranjang" goda chandra.
Cantika lagi-lagi mendengus kesal. Jika harus meladeni ucapan-ucapan tak bermutu suaminya, itu pasti tak akan ada ujungnya. Karna itu cantika memilih keluar dari mobil sebelum kesabarannya habis menghadapai tingkah laku menyebalkan chandra.
Meninggalakan suaminya sendiri di dalam mobil yang masih setia memperhatikannya dengan senyum yang terus mengembang.
"Sayaaanggg, nantii malemm bikin Baby ya!" teriak chandra. Membuat seisi kantor itu memekik menahan tawa mereka mendengar ucapan frontal suami seniornya.
"GILA!" pekik cantika yang langsung kabur meninggalkan loby dengan wajah memerah menahan malu akibat ulah chandra.
'Derita punya suami mesum, ya allah sabarkan hambamu ini' batin cantika.
Cantika kembali ke mejanya, disana Jeffry sudah siaga, siap untuk mengintrogasi cantika yang sudah membohonginya.
"Dari mana aja lo? Jam segini baru balik ke kantor?"
"Bukan urusan lo"
Jeffry menahan kesal mendengar jawaban sowon. Saat ini dia sedang kesal karna sudah merasa 'Dibohongi' oleh rekan satu kantornya, bahkan mereka satu tim.
"Lo sama suami lo abis dari mana?" kali ini jeffry mencoba untuk lebih tenang. Dia ingin tau alasan apa yang membuat cantika berbohong padanya.
"Lo pikun apa gimana? Kan tadi siang udah gue bilang kalo gue mau jenguk mertua gue yang sakit!"
"Oo jadi jenguk mertua yang sakit sekarang di restoran china ya? Bukannya orang sakit harusnya di rumah sakit?"
Deg
Cantika menegang saat mendengar ucapan Jeffry. Seketika mendadak cantika menjadibwas-was, takut jika jeffry tahu dia sudah berbohong. Batinnya bertanya-tanya, bagaimana bisa Jeffry tau jika tadi siang dia memang habis dari restoran china. Segala gerak gerik cantika tak lepas dari pengamatan Jeffry. Pria itu diam-diam menampilkan Smirk iblisnya saat melihat kegugupan cantika. .
"Kenapa? Ko diem? Gue benerkan?" ucap jeffry.
'Mampus, gue ko jadi berasa kaya abis ketauan selingkuh ya?' batin cantika.
"Itu--eum tadi abis dari rumah sakit gu--gua mampir dulu ke restoran buat makan siang" bohong cantika.
"Cih ga usah ngelak lagi, gue tau lo--"
"Caca, ikut saya ke ruangan!"
Ucapan Jeffry terpotong saat Levin dengan tiba-tiba datang dan menyuruh Cantika ikut bersamanya. Bahkan pria itu menampilkan wajah Flat dan Dinginnya lagi. Hal Membuat Cantika jadi sedikit takut jika Levin akan marah padanya, dia tak mau di pecat dari perusahaan ini.
'Alamat di pecat nih gue!!' batin Cantika.
Sedangkan Jeffry, pria itu malah memberikan tatapan mengejek pada cantika, bahkan pria itu menggumakan kata 'Mampus' yang jelas terbaca oleh cantika. Membuat cantika kesal dan mengumpati jeffry dalam hati.
Cantika terus mengikuti Levin hingga ia sampai di dalam ruangan sang atasan. Tatapan pria itu begitu tajam dan mengintimidasinya. Cantika bahkan tak berani menatap mata rusa pria keturunan china itu. Levin menyadari ke gugupan yang di rasakan cantika, pria itu menghela nafas dan perlahan mengikis jarak di antara mereka. Menyisakan jarak 3 langkah saja.
"Gue kecewa"
Satu kalimat itu entah kenapa begitu menohok bagi cantika. Wanita itu tau jika Levin pasti marah padanya. Apalagi dia tau jika Levin sangat membenci orang yang suka berbohong. Dan kali ini, Cantika telah melakukannya.
"Maaf"
Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut cantika, lidahnya kelu saat dia berusaha merangkai kata penjelasan untuk membela dirinya.
"Kenapa lo bohongin gue? Lo sendiri tau kan gue paling ga suka sama pembohong" ucap levin, nadanya terdengar dingin dan tajam.
"Gue, gue ga maksud buat bohongin lo, gue--"
"Kalo emang lo ga bisa, lo bisa ngomong langsung ke gue. Ga usah bohong segala. Emang selama ini gue selalu larang lo buat jalan sama suami lo? Engga kan? Itu karna gue mau kasih lo ruang dan privasi," potong levin. Cantika terdiam mendengar balasan levin, dalam hatinya dia ingin menangis sekarang.
"Gue bahkan ga masalah saat lo ga pernah luangin waktu lo bareng karyawan di kantor buat makan siang. Gue ga masalah karna itu hak lo. Lagi apa lo ga mikir? Di luar sana ga sedikit orang yang mulai mikir gue udah pilih kasih, gue selalu ngizinin lo buat makan di luar sedangakan karyawan yang lain harus makan siang di kantor. Lo pikir mereka ga bakal iri? Lo salah! Diem-diem di belakang lo, mereka selalu ngomongin lo, mereka berfikir mentang-mentang lo punya suami mapan, lo bisa seenaknya di kantor. Keluar masuk sesuka lo. Tapi gue masih bela lo, karna gue ngehargain lo. Tapi kali ini gue kecewa! Sikap lo hari ini udah nunjukin kalo apa yang di omongin karyawan di luar sana itu bener, lo emang selalu seenaknya" pungkas levin begitu menohok hatinya.
Cantika tertegu mendengar ucapan levin. Benar, selama ini tanpa cantika sadari dia selalu melakukan apapun sesukanya tanpa mempedulikan sekitar.
Jadi, selama ini dia telah egois?