Aku berdiri dengan berjuta amarah di tubuhku. Kedua tanganku mengepal di samping tubuh. Seluruh tenaga di tubuhku sudah kusalurkan di kepalan itu. Kuyakin siapa saja yang terkena pukulan itu akan terluka. Bukan hanya pusat tenaga yang sudah ada disana melainkan jutaan rasa emosi juga disana.
BUGH...
Pukulanku melayang mengenai rahang lelaki brengsek itu. Lihatlah bibirnya sedikit sobek dan darah segar mengalir. Ingin sekali kupatahkan tulang keringnya.
"Ini belum seberapa. Untuk kak Sha yang telah kau lukai brengsek" BUGH.. pukulan itu menghantam tepat di matanya. Tak kupedulikan matanya yang lebam. Dia tidak berani membalas, ya karena dia salah dan dia pantas mati.
"Hentikan Naily, sudahlah kasihan Bondan" Kak sha memegang tanganku yang hendak kembali melayangkan tinjuan.