Pacar Baru

Aku menatap nanar langit-langit kamar. Ragaku memang berada disini namun fikiranku melayang kejadian tadi. Kejadian ayah tadi selalu terputar bak rekaman rusak. Kelam, seperti itulah perasaanku. Rasanya tidak pernah sekelam ini. Aku bak kehilangan cahaya yang menuntunku dalam hidup.

Aku bingung harus menempatkan diriku dalam posisi senang atau sedih. Sedih karena tidak jadi bersama Gio atau senang karena aku bisa menanti Billy. Hah Billy? Bahkan aku sudah melupakannya. Yah semenjak aku bersama Gio, sedikit demi sedikit Billy terhapus dari fikiranku. Harus kuakui saat disisi Gio , terkadang aku berharap Billy tak menunjukkan wajahnya agar tidak runyam.

Tok..tok

Mendengar suara pintu diketuk, aku menghapus kasar airmataku. Aku tidak ingin terlihat sedih dihadapan mereka. Ayo naily kamu pasti bisa, aku mencoba menyemangati diriku meski aku tidak yakin akan berhasil.

"Dek, kakak masuk ya?" Pintanya dari luar sana.