Bab 5

'Noooo" teriak Faiza menggelegar.

''Izaaa.'' Peringat Arkan tajam.

''

Ya ampuun..kak..lo pikir gue apaan suruh nikah di umur gue yang masih ingusan, ini sama aja dengan nikah ama si om mesum itu tapi beda orangnya doang.." protes Faiza sewot.

"Tapi Zaaa ini untuk kebaikan lo"

"Kebaikan gundulmu kuwi!"

"Zaa.. "

"Apaan sich, bang?"

"Bang, bang, bang,.."

"Lo kan emang kayak abang siomai yang keliling komplek "

"..!!" Arkan benar-benar jengkel bila iza manggil dia, bang. Berasa dia abang tukang ojek.

"Pokoknya Iza kagak mau dinikahin, kalau besok abang bilang apa yang abang omongin tadi ke ayah, maka jangan salahin Iza bila Iza minggat lagi!" Ancam Faiza, kemudian ia berlari kecil kekamarnya dan membanting pintu tanda ia benar-benar jengkel.

Arkan yang melihat tingkah Faiza hanya geleng-geleng kepala saja. Ia tahu apa yang dipikirkan papanya sekarang, karena Faiza dari lair udah dijodohin ama anak temen papanya itu. Jadi tentu ini kesempatan bagus untuk menikahkan iza dengan dalih untuk keamanannya, bukan?

◎◎◎◎◎◎

Paginya, setelah sarapan.

"Faiza sayang..setelah kejadian ini..ayah sudah memikirkan masak-masak , bahwa untuk kebaikan dan keselamatan mu, ayah dengan berat hati menikahkan mu diumurmu yang masih belia ini"

Melihat Faiza mau memotong omongan nya, Davidpun mengangkat tangannya untuk menghentikan Faiza. Faiza pun terdiam.

"Begini, waktu kamu masih dirahim bunda mu, ayah dan temen ayah yang namanya Ziedan. Membuat kesepakatan bila anak yang ada diperut bundamu itu perempuan, maka nanti jika ia sudah dewasa, ia akan dinikahkan dengan putranya yang waktu itu berumur enam tahun yang bernama Axel. Dan ayah menyetujui nya, .."

Sebelum David selesai, Faiza menyela. Biar dia dibilang gak sopan tapi..ini menyangkut masa depannya.

"Ternyata yang lair perempuan dan itu Izakan yah? Ck kayak novel aja. Yah, bun, Iza masih kecil, Iza masih pengen sendiri gak terkekang ama pernikahan, dan.. Iza gak mau nikah karena terpaksa, yang membuat Iza depresi trus cerai..Iza pengen mental Iza siap dan mapan, nikah itu seumur hidup cuman sekali, yah bun..selama hidup Iza..Iza gak pernah minta aneh-aneh dan sesuatu dengan keinginan Iza sendiri. Karena semua sudah ayah bunda siapin ke Iza. Makasih yah, bun untuk semuanya. Tapi tolong jodoh Iza jangan disiapin juga..Iza gak mau, bukan iza lebih suka pacaran kayak anak jaman naw, tapi iza pengen siap lahir dan batin, juga yang paling penting iza sukai. Jadi...Iza menolak dengan tegas perjodohan ini.. jika ayah masih ngotot untuk nikahin Iza..jangan salahkan Iza bila minggat dari rumah lagi" kata Faiza tegas. Biasanya apapun yang ayahnya katakan selalu Faiza turuti. Jarang ia membantah apa yang ayahnya katakan. Tapi kali ini, ia minta ampun ke pada Allah. Karena membantah dan mengancam orang tuanya. Karena ini menyangkut hidupnya selamanya.

Setelah sepeninggalan Faiza, David mendapat telepon dari temennya Ziedan. Jika putranya Axel akan datang ke Indonesia untuk urusan bisnis dan pengen bertemu Faiza calon istrinya.

Kepala Davidpun seakan mau pecah memikirkan semua ini.

"Yah..coba dulu aja. Dipertemukan Faiza dan Axelnya.. tapi jangan bilang ke Iza."

"Iya bun, ayah akan coba"

Ting..tung..

"Sepertinya ada tamu yah. Bunda kedepan dulu ya.."

"Hmmm ayah ke kamar ya..kalau sudah selesai. Susul ayah dikamar."

"Ya, yah."

Syaifapun berjalan ke depan dan membuka pintu yang ternyata adalah adiknya, sofia.

Sofia matanya merah, kelihatanya ia baru saja menangis.

"Ada apa?"

Sofiapun menghambur kepelukan kakaknya. Dan menangis sesenggukan. Syaifapun mengajak adiknya masuk kerumah.

"Ada apa? Ceritakan ke kakak apa yang terjadi padamu?"

"Kak.._isak..isak.._mas Faris ia..ia..selingkuh.._isak..isak.."

Syaifa kaget .

"Kok bisa?! Kamu tahu dari mana...?"

"Dari buku rekeningnya. Setiap bulan ia mengirim uang sebesar uang belanjaku setiap bulannya. Ketika aku tanya..dia diam aja..tak menjawa.._isak.._isak.."

"Trus kamu anggap itu sia selingkuh gitu?"

Sofiapun mengangguk.

"Dek, kamu jangan su'udhon dulu ama suami kamu. Mungkin ia tidak mau memberitahu kamu tentang uang itu, takut kalau kamu marah atau gimana gitu..jadi ia gak memberitahukan mu"

"Nah, itu yang menyebabkan aku marah kak. Jika ia bilang dengan jujur mungkin aku bisa kompromi. Nah ini tidak.." masih dengan sesenggukan.

"Oke. Kakak telepon dia" Syaifapun menelpon Faris.

"Assalamualaikum,Ris."

"...."

"Iya..ini si Shofia ngira kamu selingkuh karena tiap bulan kamu kirim uang yang sama besarnya dengan uang belanjanya dia. Trus ketika kamu ditanya kamu diem saja, jadi..bilang sejujurnya ke mbak, biar clear urusannya, dan juga kamu gak disu'udzani istri kamu..."

Faris yang disebrang sana menghela nafas panjang.

"......"

"Ooooo... jadi uang itu untuk ibu kamu?...ya ampuunnn. Ris..seharusnya kamu jujur ke Sofia..biar ia gak su'udzon ama kamu..Mbak tahu sifat Sofia itu gimana, ia gak akan mungkin larang kamu kasih uang ke ibumu, malah ia akan dukung kamu..bantu ibu kamu. Sofia tahu hukumnya. Bila anak laki-laki itu sampai akhir hayatnya itu milik ibunya dan hartanya. Kalau ibu kamu minta semua hartamu, Sofia gak akan larang. Bila ia melarang dirinyalah yang dosa. Paling-paling sofia cari uang untuk dirinya sendiri." Dengan tertawa sambil melirik Sofia yang cemberut atas jawaban suami dan kakaknya.

"...."

"Ya..mbak maafin , tapi kamu harus minta maaf ke istri kamu dan jelaskan dengan baik. Jika kamu mau melakukan sesuatu diluar keseharianmu, lebih baik musyawaroh dulu ama istrimu. Itu berarti kamu juga menghargai istrimu"

"..."

"Hmmm...ya..oke "

"..."

"Waalaikumsalaam..."

Tutup telepon.

"Nah sekarang kamu pulang, Faris akan jelaskan kekamu, tentang uang itu, yang jelas Faris gak selingkuh."

"Makasih kak, Fia pulang dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.

◎◎◎◎◎◎◎◎◎

Ternyata Axel Ziedan tiba di Jakarta lebih awal. Dia kini sedang duduk di ruang tamu rumah Faiza, di temani oleh Faiza dan keluarga.

"Nak Axel udah gedhe ya.. tinggi, putih, tampan lagi. Kalau bunda masih single udah bunda embat" canda Syaifa.

David yang melotot tak suka dengan ucapan istrinya itu.

"Bunda kalau mo embat tu bule, silahkan. Iza ikhlas lahir batin. Malah kebeneran, kan? Ada yang gantiin Iza." Saud iza cuek, acuh tak acuh.

"Iza..." peringat David.

"Yah, dihadits rasulullah, seorang gadis dibawah umur dua puluh tahun, bila mo di nikahin harus nawarin si gadis, ianya mau kagak. Kalau mau lanjut, kalau kagak jangan di paksa. Kalau dikaitkan ama janji ayah di waktu muda...ya..itu tanggungan ayah. Jika ayah gak jadi menunaikan janji ayah, ya...ayah wajib puasa tiga hari berturut-turut sebagai denda karena telah melanggar janji dan minta maaf ke pada orang yang di beri janji. Seharusnya ayah tau ini kan? Gak usah di guruin Iza." Kata Faiza dengan wajah serius.

Axel yang mendengar penuturan Faiza, ia jadi tertarik ama si gadis didepannya. Ia gak sungkan atau takut ama orang tuanya. Bahkan menyerukan ketidak setujuannya plus ada dalilnya. Ck benar-benar menarik.

"Tapi iza...ayah gak bisa tarik kata-kata ayah. Karena..."

"Bagi seorang laki-laki pantang menarik kata-katanya kan?" Potong Faiza.

"Yah, seorang pria itu tidak harus menjalankan semua janjinya jika janji itu ada pihak dirugikan, malah iza menganggap itu suatu..apa yaa...emm.. laki-laki yang gak mikirin egonya doang"

"Tapi Faiza sayang.."

"Stop. Iza putuskan, iza me-no-lak-per-jo-doh-an. Titik."

"Tapi aku menerimanya. Gimana donk?" Saut Axel yang dari tadi diam.

"Itu sich, derita lo. Bukan gue, bye " izapun masuk ke kamarnya. Walaupun Axel cowok keren dan ganteng, membuat para gadis meleleh.kayak jeli. Dia gak peduli.

"Maafin Iza ya nak Axel" kata bunda.

"Tidak apa-apa tante. Tapi..saya ingin tetap menikah dengan Faiza..." kata nya keras kepala, ia bersikukuh dengan pernikahan ini. Mungkin ia udah jatuh cinta pada pandangan pertama? Entahlah ia juga tidak tahu. Yang jelas ia tak mau kehilangan gadis seperti Faiza ini.

Orang tua faizapun diam tak menjawab.