Adellia menggarut kepala-nya yang tidak gatal saat dia kebingungan mencari Kantin perusahaan Milik Max, sungguh perusahaan milik Max terlalu luas dan besar sehingga Adellia kebingungan hanya untuk mencari kantin saja.
"Dimana kantinnya?" Gumam-nya pada diri-nya sendiri, Hingga Seorang pria yang Memiliki paras yang cukup tampan mendekati Adellia yang masih berdiri kebingungan di dekat lobi kantor..
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya pria itu pada-nya. Adellia masih diam tidak menjawab pertanyaan pria itu hingga pria tadi menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Adellia.
"Eh— maaf, saya mau ke kantin tapi saya tidak tau dimana letaknya? " Jawab-nya sedikit tidak enak, Apalagi ketika Adellia menatap pakaian pria itu yang sangat rapih, tidak sepertinya yang berpakian seadanya.
"Kau bukan karyawan disini?" Tanya pria itu menatap Adellia dari bawah keatas sekan menilai diri Adellia. Dengan Ragu Adellia menggelengkan kepala-nya. Sejenak Pria itu terdiam mengangumi wajah cantik Adellia dan juga tubuh Mungilnya yang sangat pas menggunakan pakaian seadanya itu.
"Ohh sudah kuduga, baikalah saya akan mengantarkanmu ke kantin. Mari" ajak pria itu mempersilahkan Adellia berjalan di sebelahnya..
Adellia mengikuti langkah pria itu menyusuri setiap sudut perusahaan milik Max. Sungguh perusahaan Milik Max begitu indah, Dari interior hingga beberapa Hiasan yang menempel di setiap sudut dinding.
"Nama saya Johan, kau?" Pria itu memperkenalkan dirinya pada Adellia tanpa menghentikan langkah mereka terlebih dahulu, Adellia akui pria yang bernama johan itu memiliki wajah yang tampan dan juga gagah meskipun Max lebih tampan dan tentunya pria itu lebih unggul dari pada Johan.
"Adellia" jawab Adellia dengan tersenyum kecil membalas senyum ramah Pria itu.
‘Beatifull…’
”Apa?” Tanya Adellia, Ia tidak terlalu jelas mendengar ucapan pelan yang di ucapkan Johan barusan, Johan yang ditanya seperti itu menjadi salah tingkah, Ia tadi tidak sengaja mengucapkan kalimat itu ketika ia menatap senyum diwajah cantik Adellia.
“So, Apa yang kau lakukan di sini?, mengingat kau bukan karyawan di perusahan ini. Karena setahu saya tidak sembarang orang yang boleh masuk danjuga berkeliaran di sini” Adellia mertingis tidak enak dengan kalimat yang baru saja di lontarkan Johan.
Apa yang harus di jawab Adellia? Apa Ia harus mengatakan jika Ia murid Boss mereka?
“Aku baru saja menemui kakak sepupu ku” Adellia berharap Johan mempercayai kebohongannya, karena hanya alasan itu yang terlintas di fikirannya saat ini.
Johan tidak mengucapkan kalimat apapun, Ia hanya menganggukkan kepalanya mengerti dengan Ucapan gadis di sebelahnya. Hingga Mereka sampai di depan kantin perusahaan, Bahkan kantin saja sungguh sangat luas dan mewah membuat Adellia tecegang.
"Baiklah Adellia kita sudah sampai, jika begitu saya akan kembali ketem-"
"ADELL" Adellia dan juga Johan terkejut mendengar suara keras Pria yang sangat Adellia kenal, Adellia berbalik dan mendapati Max berdiri disana dengan tatapan tajamnya membuat Adellia tanpa sadar melangkah mundur.
‘My God’ Lirih Adellia dalam hatinya.
***
Max menarik pergelangan tangan Adellia, bukan menarik tepatnya dia menyeret gadis itu dengan paksa menuju Ruangannya. Jujur Adellia mulai ketakutan, dan Ia cukup merasa bersalah dengan Johan pria yang membantu-nya tadi.
Sungguh Max terlalu berlebihan dengan menghajar Johan tanpa ampun, andai saja Adellia tidak mengancam Max mungkin saja Max akan membunuh pria malang itu. Banyak yang menyaksikan semua itu, tapi tidak ada yang berani untuk menghentikan Pria itu. Mereka masih sayang dengan nyawa dan juga karir mereka hingga mereka hanya mampu diam membisu menyaksikan semuanya.
Menuju ruangan Max, hampir semua pasang mata menatap penasaran kearah mereka, Tapi dengan tegas Orang suruhan Max menyuruh mereka bubur dan kembali bekerja.
"Buka bajumu" desis Max. Dia menutup pintu ruangannya dengan kuat hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Sedangkan Tubuh Adellia di hempaskan begitu saja Oleh Max setelah masuk kedalam Ruangannya.
Tubuh Adellia terjungkal kebelakang dan hampir terjatuh kelantai, untung saja Gadis itu masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya hingga ia tidak perlu merasakan sakit pada tubuhnya.
"Buka baju mu Adell!" Kali ini Max membentak Adellia lebih keras lagi. Mata Max menatap wajah Adellia seakan ingin membunuh Gadis itu saat itu juga.
Tubuh Adellia bergetar ketakutan mendengar suara bentakan Max. Dengan sengaja Adellia menjatuhkan tubuh-nya di atas lantai dengan posisi memeluk kedua Lututnya.
"Ke.. Kenapa kau marah, A.. Ku tidak melakukan kesalahan apapun" Kata Adellia membenamkan wajah-nya diantara lipatan kedua tangan-nya.
"Apa kau bilang? tidak melakukan kesalahan? Apa dengan kau mendekati Pria itu kau tidak melakukan kesalahan HAH! " Bentak Max, Adellia meremas ujung pakaiannya, Ia sudah tidak tahan dan akhirnya Ia terisak.
"Dia hanya membantu menunjukkan dimana letak Kantin Hiks..Hiks.Apa itu salah? Lagipun kenapa Perusahan mu begitu banyak lorongnya yang membuatku kebingungan!" dengan keberanian yang sedikit Adellia menjawab dengan lantang, Namun tersirat nada merengek Agar Max tidak memarahinya.
"Tapi Tetap saja aku tidak suka jika kau berdekatan dengan Pria lain, Atau kau ingin meninggalkan ku?" Tudingnya melangkah mendekati Adellia. Gadis itu terkejut ketika tangan Max mencengram rambut-nya dan mengarahkan wajahnya tepat di wajah Adellia hingga Mereka saling bertatap muka.
"Apa kau ingin meninggalkanku?" Tanya lagi. Ingin sekali Adellia mengatakan iya tepat di depan wajah Max, namun melihat raut wajah Pria itu untuk saat ini hanya akan membuat semuanya semakin lebih sulit lagi.
Dengan keberanian yang Adellia kumpulkan, Ia mengulurkan kedua tangan-nya untuk memeluk leher Max dan saat itu juga Adellia dapat merasakan tubuh Max yang menegang.
"Maaf..Dia hanya menunjukkan dimana letak Kantin hanya itu saja!" Kata Adellia pelan meyembunyikan wajah-nya di ceruk lehernya, dengan berani juga Adellia mengecup kulit leher Max membuat Max mendesis tertahan.
"Tapi aku tidak menyukai hal itu sayang! seharusnya tadi kau bertanya saja padaku dan dengan senang hati aku akan mengantarkanmu kesana!" Adellia bernafas lega, setidaknya Max sudah mulai berbicara dengan nada lembutnya meskipun terdengar sedikit nada tidak suka.
"Maaf" Max menganggukkan kepalanya pelan, menerima permintaan Max Gadis kecilnya, lagipula Ia tidak bisa marah terlalu lama dengan Adellia. Ia terlalu menginginkan dan juga terlalu menyayangi gadis kecil-nya.
"Apa kau tadi sudah terlanjur makan, heum?" Adellia menggelengkan kepala-nya. Ia juga merasakan tubuh-nya seakan melayang karena tiba-tiba saja Max mengendong tubuh kecil Adellia dengan posisi didepan tubuh pria itu. Dan refleks hal itu membuat Adellia melingkarkan kedua kaki-nya di pinggang kokoh Max.
"Ambilkan ponselku sayang" Suruh Max dengan nada perintah yang jelas ketika dia sudah duduk diatas kursi kekuasaannya, sedangkan Adellia? Gadis itu tidak dia biarkan turun dari atas pangkuannya.
Dengan tangan gemetar Adellia mengambil ponsel milik Max yang terletak diatas meja kerjanya tidak jauh dari jangkauan tangan Adellia.
Adellia memberikan Ponsel Max dalam diam kepada pria itu yang langsung di terima Max dengan Senyum manisnya, Ia juga mengecup Pipi kiri Adellia dengan Gemas. "Bawa makan siang ke ruangan ku sekarang juga.Iya, dua Porsi. Sebentar…" Max menjauhkan Ponselnya dari telinganya, Lalu menatap Kearah Adellia.
"Apa? " Tanya Adellia bingung membalas tatapan Max.
"Kau mau makan apa sayang? " Adellia terdiam sejenak seakan sedang berfikir kira-kira apa yang saat ini ingin ia makan..
"Ehm…Mungkin daging Ayam Yang dipanggang dan di lumuri dengan Saos pedas akan kedengaran sangat nikmat" jawab Adellia seakan membayangkan daging ayam itu masuk kedalam mulut-nya, Adellia meneguk Air Liurnya yang ingin menetes keluar lantaran ia mulai tergiur dengan bayangan itu.
"Tidak sayang, aku melarangmu memakan makanan pedas seperti itu" Adellia menatap Protes kearah Max, Bukannya tadi Pria itu bertanya dia menginginkan Makanan Apa? Tapi kenapa ketika ia mengatakan keinginannya, Max malah Melarang-nya. Ck dasar!.
"Tapi aku menginginkan Makanan itu!" Adellia merengek sambil menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Max, Ia juga dengan sengaja menggesekkan hidung-nya di sana, Adellia dapat mendengar Max mendesis nikmat. Namun Adellia mencoba tidak peduli dengan hal itu.
"Tapi kau bisa sakit perut Nanti sayang" Dengan Gemas Adellia menggigit Kulit leher Max hingga Pria itu mengaduh kesakitan.
"Baiklah.. Baiklah, Astaga….." Adellia tersenyum menang, hingga tanpa sadar Ia mengecup pipi kanan Max, Sedangkan Max masih sibuk mengusap leher dimana bekas gigitan Adellia yang sangat menyakitkan.
"Kau mulai nakal sayang" Max menarik rambut Adellia mengarahkan wajah gadis itu tepat di depan wajah Max lalu Max mulai mencecap bibir Adellia dengan rakus, Adellia memukul-mukul bahu Max Agar Pria itu menghentikan cumbuannya yang terkesan kasar.
"Dasar mesum" Ucap Adellia lalu turun dari pangkuan Max, Adellia menghentak-hentakkan kakinya melampiaskan rasa kesal-nya, sedangkan Pria itu berjalan menuju sofa sambil menahan tawa melihat tingkah lucu Adellia, Ia juga mengangkat bahunya acuh sambil mengikuti langkah Adellia yang berjalan menuju sofa.
"Mau apa? " Tanya Adellia heran menatap Max yang ikut duduk disebelah-nya.
"Aku lelah, aku ingin istirahat" dengan tampang datarnya Max merebahkan tubuhnya diatas sofa dan Paha Adellia Ia jadikan sebagai bantalan untuk menopang kepalanya.
"Berat Max" degus Adellia mendorong pelan kepala Max menjauh menjauh dari Pahanya.
"Aku lelah sayang" bukannya menjauh, Max malah mengubah posisi-nya dengan menghadap perut Adellia, Ia memeluk pinggang Adellia dengan erat dan membenamkan wajahnya diperut Adellia membuat Adellia dapat merasakan Nafas Hangat Max yang Mengenai kulit perutnya yang berbalut pakaiannya, ia juga merasakan geli disekitar perutnya karena deruan nafas hangat pria itu.
Adellia mendesah pasrah dengan apa yang dilakukan Max. Untuk saat ini Ia akan mengikuti alurnya saja, dan jika Dimana Max mulai tidak mengekang-nya, maka saat itu juga Adellia akan pergi jauh bersama kedua orang tua-nya meninggalkan Pria kejam Itu.
Max sudah tertidur sekitar Sepuluh Menit yang lalu, Dan Lihatlah betapa pulas nya Pria itu tertidur diatas pangkuan Adellia. Hingga suara Ketukan pintu Dari luar terdengar, Dengan hati-hati Adellia memindahkan kepala Max di atas bantal sofa yang tidak jauh dari jangkauan-nya.
Setelah berhasil memindahkan kepala Max tanpa membuat Pria Terbangun dari tidur nyenyaknya. Adellia bangkit dari duduknya untuk membuka pintu Ruangan Itu.
“Permisi Nona, Ini pesanan Mr.Azxwall” Kata seorang Pria paruh baya yang berpakaian khas seorang OB ketika Adellia membuka Pintu itu.
“Oh iya.. Sini Biar saya yang membawanya Sir…” Adellia mengambil Alih Paper Bag yang tertuliskan salah satu Restaurant Terkenal yang sangat Adellia tau.
“Biar saya saja Nona, Ini sudah seharusnya tugas saya” Kata Pria paruh baya itu Takut-takut.
“Tidak apa-apa Sir, Anda bisa pergi biar saya saja yang membawanya kedalam” wajah Pria paruh baya itu sempat terkejut lantaran ketika matanya tidak sengaja mendapati Boss besarnya tertidur diatas Sofa. Tidak seperti Biasanya Boss besar mereka tertidur diatas Sofa, sangat tidak pernah terjadi.
“Baiklah Nona, Maaf merepotkan Anda. Saya permisi” Adellia kembali menutup pintu Ruangan Max, Ia berjalan menuju Sofa dimana Max tertidur, Ia meletakkan Paper Bag itu diatas meja.
Adellia memanyunkan Bibir nya melihat Max yang tertidur sangat pulas, Bagaimana membangunkan Pria itu? Sedangkan perutnya sudah memberontak ingin diisi segera mungkin. Dengan sedikit merengek membangunkan Max, Akhirnya Pria itu terbangun meskipun kedua matanya tampak enggan untuk terbuka.
“Ada apa?” Tanya Max malas menatap kearah Adellia, Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya menghilangkan rasa kantuk yang menyerangnya secara tiba-tiba.
“Aku lapar. Makan-nya juga sudah sampai” Adellia menundukkan wajahnya tidak berani menatap wajah Tampan Max. Pria itu tersenyum tipis menatap wajah takut Adellia, Ia mengangkat tubuh Adellia yang ada di Sebelah nya untuk ia dudukkan diatas Pangkuannya.
“Makanlah” Max menyodorkan potongan daging Ayam kemulut Adellia, dan Adellia yang memang Lapar menerima begitu saja tanpa ada perlawanan sedikit pun membuat Max tersenyum senang.
“Bagaimana jika kau Home Scholing saja?” Tanya Max masih menyuapi Adellia dengan makanan-nya, Ia mulai melihat Adellia kepedasan, terlihat dari bibir gadis itu yang semakin memerah.
“No, Aku tidak mau!” Tolak Adellia dengan cepat, Ia mengibas-ibaskan tangannya diatas bibirnya karena merasa kepedasan.
“Kenapa tidak mau?” Tanya Max memberikan segelas air Mineral kepada Gadis kecilnya.
“Jangan bercanda Max, Aku tidak suka Home Scholing, Jangan mengambil kebebasan ku untuk berada di sekolah” Kedua mata Adelli menatap memohon kepada Pria itu.
“Rasanya aku ingin sekali mengurungmu di Rumah saja, untukku”
“Itu kedengaran sangat Egois” Decih Adellia tidak suka.
“Ya, aku memang Egois jika itu tentang mu Sayang!” Max tersenyum miring.
“Yang benar saja!” Kesal Adellia memukul bahu Max pelan hingga Pria itu tertawa pelan, lalu menarik bibir Adellia yang mengerucut menggunakan jari-jari besarnya.
“Baiklah, Kau akan tetap sekolah di sekolah milikku, tapi dengan satu syarat, Bagaimana?”
“Syarat? Syarat apa maksud Anda?” Adellia menanti jawaban Pria itu, Ia juga mewanti-wanti dengan apa yang akan Pria itu katakan. Semoga aja Pria itu tidak meminta yang aneh-aneh.
Max tersenyum miring, mengecup bibir merah Adellia “Jangan mendekati Pria manapun!” Ucap Max final.
***
Adellia berjalan menyusuri setiap koridor sekolah-nya dengan wajah yang tampak malas. Adellia membuka pintu Ruang kelas nya yang tertutup, Kaki jejang miliknya melangkah memasuki ruang kelas yang sudah ramai dengan Teman-teman sekelasnya yang berpakaian sama dengan Adellia.
"Adell" Gadis itu menegakkan pandanganya menatap wajah sahabat-nya Eve yang baru saja memanggil namanya.
"Hmm" dengan malas Adellia merespon panggilan Eve dengan hanya bergumam, lalu Adellia mendudukkan bokong-nya di atas kursi disebelah Eve.
"Hey, apa kau—"
"Tidak!" Jawab Adellia cepat memotong ucapan Eve
"Aku belum selesai berbicara Adell!" Adellia terkekeh geli ketika Eve memanyunkan bibirnya tanda sahabatnya mulai kesal.
"Apa?"
“Tidak jadi!” Eve melipat kedua tangannya di depan dada-nya, ia juga memalingkan wajahnya tidak mau menatap wajah Adellia yang sudah menahan tawa.
“Ya sudah” Adellia menaikkan bahunya tanda tidak tertarik dengan perkataan Eve.
“Ish..Kau sangat tidak Asik!” Eve memukul Bahu Adellia pelan, namun Adellia yang mendapat serangan Mendadak memekik pelan lantaran terkejut.
“Aku tadi bertanya ada apa?. Tapi kau mengatakan Tidak jadi!” Adellia memutar bola matanya, Dengan kesal Eve memutar tubuhnya menatap Adellia, lalu ia menarik Nafasnya untuk kembali menyampaikan apa yang tertunda tadi.
"Mr.Axzwall kemarin tertangkap kamera sedang mengandeng seorang perempuan di depan kantornya" Kata Eve dalam satu tarikan Nafas, Matanya pun ikut melebar Lantaran begitu Antusias menyampaikan Berita itu kepada Adellia.
Dan hal itu sukses membuat kedua bola mata Adellia melebar sempurna, Ia takut jika perempuan yang di maksud Eve itu adalah Dirinya dan parahnya bagaimana jika Semua penggemar fanatic Max membully nya? Adellia menggelengkan kepalanya membuang fikiran-Fikiran yang membuatnya takut. Ia meyakinkan dirinya jika Hal itu tidak akan terjadi!.semoga saja itu bukan dia, tapi jika bukan dirinya. Lalu siapa? Apa Pria itu memiliki wanita selain dirinya?. Tiba-tiba saja hati kecil Adellia seakan tidak menerima semua pemikiran yang baru terlintas di benaknya.
"Tuh kan! aku tau kau pasti terkejut mendengar ini. Aku saja saat pertama kali melihat fotonya aku ingin sekali menarik rambut perempuan itu yang sudah berani menggoda Mr.Axzwall!" Eve melanjutkan argumentnya, bahkan dia juga meremas buku yang ada diatas meja mereka dengan gemas.
"Fo.. Foto?" Astaga Bahkan suara Adellia terdengar seperti suara tikus yang terjepit di dalam Got.
Eve mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi galeri dan membuka salah satu Foto yang di maksud Eve. Gadis itu langsung mendowlond Gambar yang Ia temukan di salah satu akun gossip agar Ia dapat memberitahukannya kepada Adellia.
Di foto itu terlihat jelas Sekali jika Max sedang menggandeng seorang perempuan, tapi ketika dia amati lebih seksama lagi sepertinya dia mengenali perempuan itu. Bukankah itu adalah...
"Adell, jika aku perhatikan lagi dari postur tubuhnya sepertinya perempuan yang ada di foto ini mirip dengamu" Eve menatap kearah Adellia, ia juga memperhatikan Tubuh Sahabatnya itu mulai dari ujung kaki hingga ujung kepalanya seakan menyamakan postur tubuh Adellia dengan perempuan yang ada di ponselnya. Adellia menggigit bibir bawah nya ketika Ia merasa gelisah dan lagi tatapan menyelidik yang dilayangkan Eve membuatnya semakin gugup.
"Ahh, itu tidak mungkin aku, tapi bisakah aku berharap jika Perempuan itu aku, mengingat kau sangat Fans sekali dengan Mr.Axzwall, kan bisa saja aku membuat mu iri nanti" Jawab Adellia bercanda, Ia juga terkekeh meskipun ia lakukan dengan terpaksa. Namun detak jantung Adellia berdetak kencang, berdoa agar Sahabatnya percaya dengan alasannya itu.
"Dasar!, dalam mimpi" kata Eve memukul kepala Adellia pelan, Adellia menghembuskan nafas lega-nya. Untung saja. Memang benar sosok perempuan itu adalah dirinya sendiri, tapi yang Adellia syukuri adalah di dalam foto itu Ia membelakangi kamera sehingga tidak ada yang tau jika yang ada di dalam pelukan Max adalah dirinya sendiri.
Hingga semua keributan yang mereka Timbulkan terhenti lantaran Mrs.Liana Masuk kedalam Kelas sambil membawa beberapa buka tebal miliknya.
"Morning" sapa Mrs. Liana yang mengajar bahasa Spanyol. Semua mulai duduk dengan rapi dan memulai pelajaran Mrs. Liana dengan suasana hening. Semuanya mengunci bibir mereka rapat-rapat agar tidak menimbulkan suara sedikit pun, mengingat Mrs. Liana begitu tidak suka ada keributan sedikitpun di mata pelajarannya. Mereka akan membuka suara mereka itupun jika Mrs.Liana bertanya dan menyuruh mereka menjawab.
Adellia dan juga Eve saat ini berada di salah satu Swalayan yang terkenal di Kota Alaska, America serikat. Sebenarnya Adellia sudah menolak ajakan Eve tadi, hanya saja sahabat-nya ini memaksa-nya dengan segala bujuk rayuannya sehingga disinilah Dirinya menemani Eve membeli beberapa pakaian dan juga sepatu.
***
"Adell, kau yakin tidak mau memilih salah satu dari mereka?" Tanya Eve menunjuk kearah salah satu sepatu yang ada di rak. Adellia akui jika Eve memang tergolong dari keluarga Kaya raya, Ayahnya yang seorang pengacara terkenal di America dan Hanya dia lah Anak satu-satunya dari kedua Orang tuanya membuat Eve menjadi seorang Gadis yang manja.
"Tidak perlu Eve, Itu pasti sangat Mahal" Kata Adellia. Sebenarnya ia sedikit meringis ngeri karena kenyataannya sepatu yang di tunjuk oleh Eve sudah Ia miliki terlebih dulu karena Pria super sibuk itu sudah membelikan-nya beberapa hari yang lalu. bukan hanya sepatu, karena pria itu juga membelikan Adellia tas dan juga pakaian bermerek terkenal, seperti GUCCI yang harganya bahkan sulit di jelaskan Oleh Adellia.
"Baiklah, setelah ini kita akan kemana?" Tanya Eve, Ia tidak akan memaksa Adellia untuk Ia belikan sepatu atau barang apapun itu, Ia tahu jika Sahabatnya itu tidak terlalu suka berbelanja.
"Bagaimana jika kembali pulang, karena aku baru ingat jika aku harus mengerjakan sesuatu di rumah" Bohong Adellia, namun tidak sepenuhnya bohong karena Ia memang ingin pulang tapi bukan karena ingin mengerjakan sesuatu tapi karena Ia tau Max pasti akan marah jika pria itu tidak menemukan Adellia di Rumah itu.
"Yah..ini masih terlalu awal Adell untuk kembali kerumah, biasa nya kita kan pulang sekitar jam Sembilan malam" Katanya. Memang benar apa yang dikatan Eve barusan, tapi saat ini Adellia tidak tinggal bersama kedua orangtuanya melainkan dengan Pria yang memiliki temperamen buruk.
"Emm..kau tau kan Eve jika Paman ku tidak suka jika aku pulang terlalu lama, jika aku masih tinggal bersama kedua orang tuaku kita bisa saja berpergian seperti biasa." Kata Adellia mencari alasan yang tepat, Adellia merasa tidak enak membohongi sahabat nya Eve, apalagi Adellia juga membohonginya soal Ia tinggal di rumah paman-nya.
"Baiklah aku mengerti. Ayo, aku akan mengantarkanmu" Adellia menghembuskan nafasnya, Akhirnya Sahabatnya itu tidak banyak bertanya lagi, Dengan semangat Adellia menganggukkan kepala-nya
Mereka berdua berjalan keluar dari Swalayan dan berjalan menuju parkiran dimana Mobil Eve terparkir. Gadis itu menyalakan mesin mobilnya, lalu menginjak pedal gas secara perlahan meninggalkan Area Swalayan itu, selama perjalanan pulang, Adellia dan juga Eve sailing bercerita, sesekali mereka juga akan tertawa ketika topic pembicaraan mereka ada yang lucu.
"Eve bisakah nanti aku turun di dekat lampu merah itu saja" Kata Adellia di tengah-tengah pembicaraan mereka.
"Kenapa harus disana? biar aku antar kau sampai dirumah pamanmu, sekalian biar aku tau dimana rumah pamanmu itu" Adellia menggarut kepala-nya bingung, tidak mungkin Ia berhenti di depan rumah Max, bisa-bisa Eve akan membotaki rambut-nya saat itu juga.
"Eve please" Rengek Adellia menggoyangkan Lengan Eve..
"Baiklah, Kau ini ada-ada saja" Kata Eve akhirnya. hingga dalam beberapa menit kemudian mobil Eve berhenti di tempat yang Adellia inginkan. Sedari tadi Eve memang bertanya kenapa Ia harus turun Di Lampu merah, namun Adellia mengatakan jika paman-nya yang akan menjemput dirinya dari tempat itu. Eve yang memang mudah percaya kepada Adellia pun langsung menganggukkan kepalanya mengerti.
Setelah melihat Mobil silver Eve sudah menghilang dari penglihatan-nya. Adellia pun bergegas berjalan kearah berlawanan menuju Rumah Max. untung saja Dari lampu merah itu tidak jauh dari Rumah Max sehingga hanya membutuhkan waktu 20 menitan untuk sampai ke rumah Pria itu
Adellia menghembuskan nafas dengan lega saat Ia sudah berhasil masuk kedalam Rumah tanpa harus ketahuan. "Sepertinya Max belum pulang" Gumam-nya kembali menghembuskan nafas lega.
"Baru pulang Heh?" Adellia terkejut hingga tanpa sadar kakinya melangkah mundur. tiba-tiba saja Max berdiri tepat di depan pintu kamar Adellia sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Pria itu menatap Adellia dengan tajam.
"Emmm....Itu tadi sa--saya--" Adellia menelan Salivanya dengan kasar, suaranya juga seperti tertahan sesuatu sperti bongkahan es hingga begitu sulit untuk mengatakan sesuatu.
"DARI MANA HAH?" Teriak Max kencang. Dia melangkahkan kakinya mendekati Adellia dan langsung mencengkram rahang Gadis itu dengan kuat.
"Le--lepas...ini sa--kit" Ringis Adellia kesakitan. Ia berusaha melepaskan tangan Max dari rahang-nya.
"Dasar jalang, tidak tau diri" Makinya. Adellia meremas tangan Max yang ada di rahang-nya tanpa sadar Adellia juga membalas tatapan tajam milik Max.
"APA?" Bentak Max lagi tepat di wajah Adellia, Ia tidak suka jika Gadisnya mulai membangkang Lagi. Dan lihatlah sekarang bahkan gadisnya membalas tatapan tajamnya membuat Max merasa Marah.
"Jalang?" Tanya Adellia parau, entah keberanian dari mana, Adellia mendorong tubuh besar Max sehingga tangan Pria itu terlepas dari rahang Adellia. dengan marah Adellia berjalan melewati Tubuh Max begitu saja, namun belum ada beberapa menit Adellia merasakan sakit di rambut-nya.
"Mau Kemana kau hah!" Max menarik rambut Adellia dengan sangat kuat, Ia memutar Adellia hingga mereka saling berhadapan. Kedua mata indah Adellia sudah berkaca-kaca menahan rasa sakit di hatinya dan juga rasa sakit di kepalanya.
"APA MAUMU HAH!" Teriak Adellia penuh emosi, Habis sudah kesabarannya diperlakuakan kurang Ajar oleh Pria itu, padahal baru beberapa hari yang lalu pria itu berperilaku baik.
"Kau membentakku..KAU MEMBENTAKKU JALANG!"
Cukup sudah pria itu mengatai-nya jalang. Air mata Adellia yang sedari tadi ia tahan pun menetes dari kelopak matanya yang indah "Kenapa hah? Apa kau akan menyiksa ku seperti awal kau membawaku ke neraka ini?" Tanya Adellia menahan isak tangis-nya, Tubuh Adellia bergetar ketakutan.
"Jangan mencoba memancing amarahku Adellia!" Max mengubah nada suaranya menjadi lebih lembut, Tangan kanan-nya terlepas dari rambut Adellia dan beralih ke wajah Adellia untuk menghapus Air mata Gadisnya.
Namun dengan kasar Adellia menepis tangan Max dari wajahnya. Max kembali marah dan Dengan teganya dia mendorong Tubuh Gadis itu kearah meja sehingga gelas yang Ada diatas itu terjatuh dan menimbulkan bunyi pecahan yang nyaring.
tanpa berfikir apapun, Adellia mengambil serpihan kaca itu lalu mengarahkan pecahan kaca itu kearah perutnya. Ia menarik sedikit pakaiannya keatas menampakkan kulit putih polos Adellia.
"Ahhh" Nyeri. Hal itulah yang pertama kali Adellia rasakan ketika pecahan kaca itu merobek kulit perutnya, Rintihan sakit keluar dari mulut Adellia. Max masih terdiam di posisinya, apa yang dilakukan Gadisnya barusan membuat tubuhnya kaku seperti batu.
"ADELLIA...." Teriak Max sadar dari keterkejutannya, ia melihat tubuh Adellia terjatuh di atas lantai dengan posisi menyamping sambil memegangi perutnya yang mulai mengeluarkan darah segar. Max berlari kearah Adellia dengan wajah Khawatir dan takut.
“Sayang” Panggil Max lirih, Ia mencoba menyentuh Adellia namun Gadis itu menepisnya dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki. Dengan tangan yang penuh Noda darah nya sendiri, Adellia mencoba menjauhi Max.
"Jangan mendekat..hiks..Hiks..Biarkan aku mati saja " Minta Adellia dengan nada suara pelan sambil memegangi perut-ny yang Masih mengeluarkan banyak darah. Max menggeleng keras mendengar penuturan Adellia, Bagaimana pun Ia tidak akan membiarkan Adellia Pergi dari sisinya. Ia sudah terlalu terobsesi dengan Adellia.
"Kenapa kau melakukan ini sayang? kenapa? Apa kau ingin pergi meninggalkan aku sendiri disini tanpa dirimu?" Tanpa mengubris penolakan Adellia yang ingin disentuh olehnya, Pria itu menggendong tubuh kecil Adellia menuju kamar. Ia sengaja tidak ingin membawa Adellia kerumah sakit karena ia sangat benci dengan Rumah Sakit, samar-samar Adellia dapat melihat wajah Max yang mengeluarkan air matanya.Tapi kenapa?.