"Grrrrr!! Bisakah kau menyingkirkan pedang aneh ini dari tenggorokanku?!"
"Itu tergantung sikapmu"
"Sudah, sudah. Kau tidak harus seketat itu padanya, Val"
"Anggaplah itu sebagai belas kasihan."
Setelah itu Val melenyapkan pedang auranya dan makhluk kecil ini terlihat seperti seekor kucing yang baru melihat induknya kembali. Matanya berkaca-kaca dan mulutnya juga gemetar.
"A-aku sudah lama mencarimu... Master!"
"Berhentilah memanggilku Master," ucapku lalu memukul kepalanya pelan dengan pukulan kampak.
"Ughh!... lagi pula mengapa Master—"
"Hei!" potongku cepat dan memukulnya kembali. "Langsung saja ke intinya dan berhentilah memanggilku Master jika kau tidak ingin kepalamu penuh dengan luka," lanjutku geram.
"B-baiklah... "
"Raven. Panggil saja aku menggunakan nama itu... "
"R-Raven? T-tapi bukankah nama master adalah Edge?"
"Edge?"
Val yang sedari tadi terlihat tenang tiba-tiba saja kaget dan menarik tubuhku menjauh dari makhluk kecil itu.
"Apa yang kau katakan... jika sekali lagi aku mendengar nama orang itu, akan kupastikan mayatmu terkubur jauh di dasar tanah," ucap Val dengan nada mengancam.
"Seharusnya akulah yang heran, Val—Val...?"
Sepertinya mau bagaimana pun aku berusaha memanggil namanya, ia sama sekali tidak merespons. Mungkin nama orang itu memiliki pengaruh kuat padanya. Jika terus seperti ini, aku tidak bisa melanjutkan perjalananku.
"Mau bagaimana lagi...."
Aku pun menarik lengan Val dan memberinya sebuah pelukan kecil sambil mengelus kepalannya pelan.
"Tenanglah. Aku tidak tahu tentang itu, tapi setidaknya aku ingin tenang, dan biarkan ia menyelesaikan perkataannya.
Kau mengerti?"
"Ya," balasnya singkat lalu terdiam sambil membenamkan wajahnya ke dadaku.
"Jadi... siapa Edge yang kau bicarakan ini?"
"Itu—tidak! Bagaimana mungkin Master menaklukkan monster seperti itu?"
"Sekali lagi kau memanggilku Master akan kupastikan kepalamu penuh dengan benjolan," sahutku datar.
"Ughh...."
Mungkinkah Edge yang ia bicarakan memiliki keterkaitan dengan orang itu? Dua orang yang muncul di dalam mimpiku bisa saja salah satu di antara mereka memiliki nama ini. Akan kupastikan terlebih dahulu.
"Tenang saja, itu hanya peringatan kecil. Lalu kita lanjutkan perbincangan ini. Siapa Edge yang kau sebut itu?"
"Itu adalah...."
Dari raut wajah dan juga pupil matanya yang melihatku. Aku bisa merasakan kehangatan dan juga harapan yang keluar dari dalamnya.
"Tapi, maaf... meskipun kau melihatku seperti itu, aku bukanlah orang yang kau harapkan"
"Begitu... kah?"
"Bisakah kau menceritakan sedikit tentang orang ini, mungkin saja aku pernah mengenalnya di suatu tempat"
"Baiklah," ucapnya dengan raut murung.
Ketika Val masih terdiam, makhluk yang memperkenalkan dirinya sebagai Luk ini mulai menceritakan semua kisah tentang Edge ini. Namun, apa yang membuatku terkejut adalah semua deskripsi yang ia katakan mirip sekali dengan laki-laki yang ada di dalam mimpiku.
Dan yang membuatku paling terkejut adalah identitasnya. Ya, identitas aslinya adalah seorang raja.
"Edge Maxwell atau yang biasa aku panggil sebagai Master adalah seorang raja dari Kerajaan Falore. Master memiliki tiga entitas spiritual dan empat kesatria khusus yang melayaninya. Salah satunya adalah diriku sendiri seekor Sabertooth
Cahaya. Master memberiku nama Luk yang memiliki makna yang hampir sama dengan jenis spiritualku"
"Hmm... baiklah. Sejauh ini aku mengerti tentang hal itu, tapi yang membuatku bingung adalah... mengapa kau bersi keras jika aku adalah Edge?"
"Itu karena kau memiliki penampilan yang sangat mirip, bahkan aura, dan juga perasaan yang serupa"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu"
"Mau bagaimana lagi. Berharap kejadian itu hanya sebuah mimpi dan mengharapkan sesuatu yang telah lenyap dari dunia itu memanglah sia-sia. Sepertinya perkataan Alfera dan Mira benar, mungkin akulah yang hingga sampai saat ini masih terikat dengan masa lalu."
Entah mengapa aku seperti melihat seekor kucing yang murung karena jatah makanannya aku kurangi. Aku memang merasa menyesal, tapi di sisi lain juga masa bodo.
"Percuma saja kau mengharapkan hal yang telah tiada, hanya rasa sakitlah yang akan kau dapatkan jika terus seperti itu"
"I-itu memang benar. T-tapi... aku tidak bisa melupakannya begitu saja"
"Terikat oleh ikatan, eh? Itu memang menyusahkan. Sebaiknya kau mencari sesuatu yang lebih baik untuk kau kerjakan, jika tidak kau hanya akan membusuk dalam rasa kehilangan."
Ini memang terdengar kejam, tetapi setidaknya lebih baik dari pada memberinya harapan palsu.
"Apa kau sudah merasa lebih baik?"
"Ya. Berkat perhatianmu, aku merasa jauh lebih baik," balasnya dengan pipi yang merona.
"Seperti itulah... kuharap kau bisa menemukan sesuatu yang lebih baik."
Setelah semua perbincangan yang membuatku bingung itu. Aku mendapatkan informasi baru tentang kedua orang yang selalu muncul di dalam mimpiku. Mungkin sedikit, tetapi setidaknya informasi ini sudah lebih dari cukup untukku. Aku bisa mengetahui siapa identitasnya dan mengapa ia memberikan petunjuk seperti itu.
Kami—aku dan Val pun kembali meneruskan perjalanan. Sementara itu Luk tampaknya masih terpukul dengan kenyataan yang menghantamnya begitu keras. Lagi pula aku mengerti bagaimana perasaannya saat ini.
Aku juga pernah kehilangan seseorang yang sangat berharga bagiku. Untuk yatim piatu yang selama ini selalu dalam kehangatan Kakeknya, aku sangat mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang terdekatku.
Begitu menyakitkan dan perih. Selain itu juga sahabatku pergi meninggalkanku karena merahasiakan penyakitnya yang telah menginjak stadium empat. Saat itu aku hanya meringis dan pasrah atas kepergian mereka.
Namun, bagaimanapun aku memikirkannya. Ia benar-benar mengingatkanku pada kucing jalanan yang selalu aku beri makan setiap pulang sekolah. Apakah aku akan meninggalkannya atau memberinya pilihan lain?
"Huhh. Ini menyebalkan... apakah kau tidak keberatan dengan ini, Val?"
"Tentu saja tidak. Lagi pula aku sudah tahu hal in pasti terjadi," balasnya merendah.
"Kau membuatku terlihat seperti orang jahat saja."
Aku pun berbalik dan berusaha memantapkan niatku.
"Hei, Luk! Bagaimana jika kau ikut bersama kami untuk sementara ini?"
"Eh? Apakah aku boleh ikut dengan kalian"
"Yah... itu pun jika kau tidak keberatan dengan perempuan yang satu ini," ucapku lalu memegang kepala Val.
Namun, siapa yang akan menyangka bahwa ia langsung terbang ke arah wajahku dengan kecepatan penuh hingga membuatku jatuh terhempas menghantam pohon.
"Bhuakss!!—"
"Uaaaaaaa!!!!!"
"Dasar bedebah! Apa yang kau lakukan pada, Raven!"
Ya... dan begitulah yang terjadi padaku saat ini. Dihinggapi oleh kucing terbang yang menangis dan seorang perempuan beringas nan garang yang berusaha melepaskannya dari wajahku dengan kekuatan penuh.
Aku tidak tahu ini firasatku atau hanya sekedar intuisiku sebagai laki-laki yang selalu menyendiri. Namun, ke depannya perjalananku akan semakin menjadi meriah akibat kedatangan hal-hal tak terduga seperti.
Ya. ini baru pertama kalinya ada kucing terbang yang menganggapku sebagai majikannya. Terlebih mengingat majikan terdahulunya adalah seorang raja. Aku jadi tidak ingin memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Hahh... hidup itu memang penuh dengan misteri. Terkadang penuh kejutan mengundang tawa dan terkadang memanggil sesuatu tak terduga layaknya buntelan bulu terbang yang hinggap di kepalaku.
Aku juga jadi merasa aneh jika seandainya yang datang nanti adalah laki-laki aneh yang mengaku sebagai Ayahku, lalu mengajakku pergi berpetualang untuk menyelamatkan dunia.
Semoga saja itu hanya ada di imajinasiku. Ya... aku sangat mengharapkannya jika imajinasi aneh itu tidak menjadi kenyataan.