Senin adalah hari dimana banyak mahasiswa semester tiga yang ingin kabur saja dari kampus. Kenapa? Karena pada hari senin semua mata kuliah yang paling dihindari disatu angkatan yaitu Akuntansi, Perpajakan, Statistika.
Siapa sih yang suka mata kuliah hitung-hitungan diawal minggu? Gak ada lah guys, termasuk Haena. Ia juga ingin bolos saja, selain mata kuliahnya yang membosankan, sulit dimengerti, dosennya pun juga rada-rada mesum padahal sudah umur.
Banyak yang membicarakan dosen yang cabulnya diatas rata-rata ini. Entah itu mahasiswa maupun para dosen sekalipun. Rumor yang beredar dikalangan mahasiswa jika dosen yang menyandang gelar cabul ini hampir memperkosa salah satu mahasiswi tingkat akhir yang sedang bimbingan untuk skripsinya. Untung saja hal tersebut gagal karena mahasiswi tersebut bisa lepas dari jeratan lelaki tua itu. Selain itu, dosen itu terlalu terang-terangan jika menatap dengan pandangan mesumnya, bahkan sampai membuat mahasiswi di Universitas Neologi menjadi risih dan takut jika harus berhadapan langsung dengannya.
"Fix, gue harus bolos kuliah hari ini, malas banget gue ikut mata kuliahnya si dosen cabul." kata Haena pada Naya. Haena mempunyai panggilan kesayangan untuk Naya, yaitu Nana karena terdengar imut dan lucu. Naya adalah sahabat seperghibahannya. Haena dan Naya sudah mengenal sejak sekolah dasar karena mereka satu sekolah dulu. Persahabatan mereka sudah terbentuk sejak lama dan mereka juga mempunyai ikatan yang kuat satu sama lain.
"Jangan macam-macam lo, sekarang si dosen cabul makin ketat absennya, gak bisa titip absen lo, Dek." Naya memanggil Haena pendek karena kalian tau lah alasannya, wkwk.
"Serius lo? Makin berkurang deh niat gue kuliah hari ini. Pokoknya hari ini mau bolos aja. Tapi ijin dulu sama Mark dulu deh." Haena mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor Mark dan meneleponnya.
"Bucin banget lo!"
"Iri tanda tak mampu."
Suara teleponnya menandakan panggilannya tersambung.
“Hallo Mark.”
“Ada apa sayang?” tanya Mark yang entah dimana. Haena menatap Naya sebentar. “Cepat Dek! Sebelum dia datang!” Naya sebenarnya sudah geregetan sendiri karena Haena tidak segera menjawab pertanyaan Mark. “Sabar!”
"Sayang, aku mau bolos mata kuliah si dosen cabul, boleh gak?"
Terdengar diseberang sana sang kekasih menghela nafas pelan. "Kamu udah semester 3, jangan banyak bolos. Belajar yang bener ya sayang.” Haena yang mendengar jawaban dari Mark pun mencebik kesal. Naya seolah tahu apa jawaban dari kekasih sahabatnya itupun langsung terlihat lesu. Gagal sudah rencana mereka untuk bolos.
"Tapi kan aku bosen. Boleh ya sayang?” Haena tak menyerah sampai disitu, ia memohon pada kekasihnya yang tampan itu agar memberikannya ijin.
"Jangan bolos, Haena!." Mark sudah berkata demikian, berarti sudah final dan tidak ada yang bisa merubahnya lagi, Haena sekalipun.
"Terserah!." Haena yang tampak kesal pun langsung memutuskan panggilannya. "Gimana? Di acc gak sama Mark? Tapi keliatan dari muka lo sih kayak skripsi ditolak dosen pembimbing, wkwkwk." ledek Naya.
"Memang ya, sahabat kurang ajar lo, Na." Haena akhirnya tidak jadi membolos, takut dimarahi Mark. Tapi ia juga kesal sekali sama Mark, pokoknya pundung, mau ngambek saja. "Rasakan itu. Udah belajar saja. Tuh si dosen cabul sudah datang."
Akhirnya mereka mengikuti pelajaran si dosen cabul atau bisa disebut Pak Josh. Mata kuliah Statistika pun berjalan dengan lancar, namun Haena yang sudah dari awal tidak ada minat untuk mengikuti mata kuliah ini, akhirnya tertidur.
Tanpa ia sadari, ternyata Pak Josh sadar dengan keadaan sekitar, ia melihat Haena tertidur dengan pulasnya. "HAENA CHANLIA! CEPAT BANGUN!" teriaknya dan menghampiri Haena yang dibangunkan oleh Naya.
"Dek, bangun! Pak Josh ngamuk." kata Naya panik. Haena langsung bangun dan mulai kelimpungan sendiri. "Mampus gue. Gimana ini?" Haena menatap Pak Josh dengan perasaan takut. “Haena Chanlia, enak tidur di mata kuliah saya?" tanya Pak Josh sambil menatap Haena sinis.
"Enak pak. Hehehe." kata Haena cengengesan. Naya yang berada disebelah Haena pun hanya mengumpat dalam hati. Bodoh banget sahabat gue ini. "Baik semuanya, hari ini cukup sampai disini. Dan untuk Haena, harap ke ruangan saya sekarang dan untuk yang lainnya dipersilahkan untuk keluar ruangan."
Akhirnya mata kuliah ini sudah selesai dan hanya meninggalkan Haena dan Naya di kelas. "Gue harus gimana Na? Takut diperkosa gue sama si cabul." kata Haena takut.
"Tenang, gue anter sampai depan, kalau diapa-apain langsung lari saja. Gue jaga didepan ruangan dia." kata Naya menenangkan. Sebenarnya Naya juga takut jika sahabatnya diperlakukan dengan tidak pantas oleh dosen statistiknya. "Sekarang mending kita ke ruangan si cabul."
Akhirnya mereka pergi keruangan Pak Josh. Haena sudah berada di dalam ruangannya. Posisi saat ini adalah Haena duduk disofa panjang dan Pak Josh duduk disebelahnya. Terlalu dekat. Haena sudah was-was dan membuat rencana jika Pak Josh melakukan hal yang tidak-tidak padanya.
"Maaf pak, saya ketiduran tadi soalnya saya begadang buat tugas kemarin." kata Haena meminta maaf. Pak Josh yang disebelahnya pun menepuk paha Haena pelan dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Saya maklumi karena kamu mahasiswa yang berprestasi jadi harus belajar sampai malam." Tepukan dipaha berubah menjadi elusan yang mulai merambat semakin ke atas sehingga membuat Haena risih. Haena menepis tangan Pak Josh dari pahanya.
"Maaf pak tangannya." kata Haechan sopan, namun ekspresinya sudah kesal setengah mati. Ingin rasanya ia membunuh dosennya yang sudah melecehkannya saat ini. "Memangnya kenapa tangan saya? Aman-aman saja kok." kata Pak Josh santai. Haena menatap vas bunga yang ada dihadapannya. Jika ia memukul kepala dosen cabulnya ini menggunakan vas bunga itu, bagaimana ya?
"Saya risih pak. Sudah selesai pak? Kalau begitu saya mohon ijin keluar." Kata Haena. Ia langsung bangun dari tempat duduknya. Tapi Pak Josh secara tiba-tiba menarik tangannya dan membuat Haena harus berakhir dipangkuannya. Tua-tua begini, Pak Josh masih kuat dan memiliki tenaga ekstra dibandingkan Haena.
"Pak lepasin saya!" Pak Josh malah mengeratkan pelukannya pada Haena. "Kamu kok montok banget sih. Gak kuat saya lihat kamu, ingin saya perkosa." katanya sambil meremas pantat Haena. Haena meronta-ronta agar terlepas dari jeratan Pak Josh, akhirnya ia terlepas dan bisa kabur. Ia menangis dipelukan Naya yang menunggunya diluar.
"Dek, kenapa? Kok lo nangis? Diapain sama Pak Josh?" tanya Naya panik. Ia segera mencari tempat yang aman dan sepi, yaitu taman belakang kampus. Naya memeluk Haena erat. "Apa yang dilakukan si tua bangka itu sampai bikin lo nangis?"
"Gue..."
"Gue dilecehin Na! Badan gue digrepe-grepe, pantat gue diremes. Oh Shit! Jijik gue, Na!" Isakan Haena semakin keras. Naya masih menenangkan Haena. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Mark agar menghampiri mereka. Ia tahu Haena butuh Mark sekarang dan hanya Mark yang bisa membantunya dalam urusan ini.
"Jangan nangis, Dek. Dasar tua bangka! Pengen gue tonjok mukanya." kesal Naya. Haena masih menangis didekapan Naya sampai Mark datang.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Mark panik, pasalnya ia melihat kekasihnya menangis sesenggukan seperti ini. Haena menoleh dan segera memeluk Mark. Ia isakannya semakin keras.
"Haena dilecehin sama Pak Josh, Mark." jelas Naya marah.
"Brengsek!" Emosi Mark tak bisa dikendalikan, ia sangat marah karena miliknya, telah dilecehkan oleh seorang dosen yang seharusnya tidak melakukan hal rendah seperti itu. "Maafin aku, Mark. Aku kotor, aku jijik sama diriku sendiri. Aku gak pantas buat kamu." Mark mengeratkan dekapannya pada Haena.
Ia mengelus rambut Haena dan mengecupnya. "Kamu gak salah sayang, yang salah si bajingan tua itu. Aku selalu sayang kamu. Ini salahku yang gak becus jagain kamu dari bajingan itu. Maafkan aku."
Setelah Haena sudah mulai tenang, Mark mulai menanyakan kronologis kejadian tersebut. Tentu saja ia sangat marah dan emosi mendengar cerita Haena. Tidak bisa dibiarkan! Ia harus melenyapkan bajingan yang telah melukai perasaan kekasihnya itu.
Akhirnya Mark bisa bermain lagi setelah sekian lama. Ia sangat senang sekali.
Permainan akan segera dimulai!