WebNovelPsycho21.74%

CHAPTER 5 : A TRUTH

Haena menatap dirinya pada cermin dikamarnya. Ia meneliti pakaian yang dipakainya. Sungguh seperti penguntit yang handal. Baju serba hitam, kacamata hitam yang bertengger dihidungnya, topi yang menutupi kepalanya melengkapi perannya.

"Wow, emang cocok banget gue jadi mata-mata. Tapi ngapain ya kira-kira Mark sama si Nancy itu? Apa Nancy itu selingkuhan Mark? Jadi penasaran gue."

"Gue chat Mark deh, apa dia bohong atau memang benar mengurus malasah perusahaannya atau malah bertemu wanita itu." Haena mengeluarkan ponselnya dan menelepon kekasihnya.

"Hallo sayang. Ada apa?" jawab Mark diseberang sana.

"Kamu dimana?" tanya Haena. Ia menunggu jawaban yang keluar dari kekasihnya.

"Ee.. aku sekarang lagi di kantor, ngurusin berkas berkas perusahaan. Ada apa?"

"Gak papa, aku hanya bertanya saja. Ya sudah lanjut aja dulu. Semangat sayang!"

"Iya sayang, terima kasih." Haena semakin curiga dengan gelagat Mark. Akhirnya ia bergegas menuju cafe tempat janjian Mark dan wanita itu. Setelah ia masuk, ia duduk dan memesan makanan agar tidak mencurigakan. mau numpang duduk doang di cafe orang, bisa bisa diusir mah kalau gitu.

Tak lama kemudian, seorang wanita berparas bule-bule dikit masuk ke dalam cafe dan duduk di meja depan Haena. Ia memperhatikan wanita itu, Sepertinya Haena pernah melihatnya, kira-kira dimana ya, pikirnya. Selang 10 menit, seorang lelaki ia Haena kenal betul memasuki cafe tersebut, ia adalah Mark kekasihnya. Mark menghampiri wanita yang duduk di depannya tersebut. Haena menutupi dirinya agar tidak ketahuan oleh Mark.

"Hai Mark! Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu!" sapa wanita tersebut sambil memeluk Mark. Jangan tanya bagaimana ekspresi dari Haena saat ini. Ia menahan dirinya agar tidak menghampiri wanita itu dan menamparnya dan juga kenapa Mark malah terima-terima saja jika dipeluk oleh wanita itu? Dasar lelaki buaya!

"Baik. Kamu apa kabar?" jawab Mark. "Baik kok. Sudah lama ya setelah kita berpisah saat kamu masih di Kanada. Tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa pamit." kata Nancy. Ia memegang kedua tangan Mark erat.

"Maaf." Hanya kata itu yang dapat Mark katakan. Haena sungguh penasaran. Apa maksud dari pembicaraan mereka? Maaf untuk apa? Apa yang dulu diperbuat oleh kekasihnya kepada wanita itu? Apa hubungan mereka dimasa lalu? Banya pertanyaan yang timbul diotaknya saat ini.

Sungguh, rasanya ia ingin pergi dari sana karena sudah tidak kuat melihat kelanjutan dari drama ini. "Ada yang ingin aku bicarakan denganmu kamu." Nancy menatap mata Mark lekat, sedangkan Mark hanya diam saja menatap Nancy dengan datar.

"Mungkin kamu tidak percaya atau ingin bilang jika aku itu berbohong. Tetapi aku harap kamu mau bertanggung jawab." Mark menyengitkan alisnya. Bertanggung jawab untuk apa? Memangnya ia melakukan kesalahan apa? Pikirnya.

Haena tertarik dengan percakapan antara Nancy dan Mark. Sama seperti Mark, Haena juga penasaran apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu. "Sebelum kamu menghilang, aku hamil, Mark. Hamil anakmu."

Kalian tahu bagaimana perasaan Haena saat ini? Hatinya hancur mendengar ucapan wanita itu. Ia tak menyangka bahwa Mark akan melakukan hal seperti itu. Mark yang ia kenal tidak seperti itu, walaupun ia mengakui Mark memang mesum, tapi ia tidak akan tega melakukan hal yang merusak masa depan mereka.

Air mata Haena lolos begitu saja dan ia segera pergi dari cafe tersebut. Kalian tahu bagaimana ekspresi Mark? Penasaran bagaimana reaksi Mark mendengar kabar dari Nancy? Mark menatap Nancy dengan pandangan merendahkan.

Setelan pertemuan Mark dan masa lalunya, hati Haena sudah tidak berbentuk lagi, hancur berkeping-keping. Walaupun ia seorang lelaki, tetapi ia juga memiliki perasaan. Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian sayang dan menjadi masa depan kalian ternyata dahulu pernah merusak seorang wanita sampai hamil?

Sakit hati?

Jelas!

Rasanya ingin menangis saja. Tapi ia juga sebagai wanita tidak boleh egois, ia hanya mendengar dari pihak wanita, ia belum

mendengar kebenaran yang seharusnya dari mulut kekasihnya itu. Tapi tetap saja hati ini tidak bisa ditata kembali setelah hancur berantakan. Jika melihat wajah Mark hatinya terasa nyeri, sungguh menyakitkan. Mungkin menghindar dari masalah adalah jalan yang salah, tapi ia tak punya pilihan lain.

Saat ini Haena sedang berada di apartemennya terbungkus selimut dengan tisu disebelahnya. Setiap ia mengingat hal itu, otomatis air matanya lolos begitu saja. Sebenarnya ia sangat lelah jika terus-terusan seperti ini.

Haena mengambil ponselnya dan menghidupkannya. Tak lama kemudian banyak notifikasi yang muncul. Mulai dari sahabatnya, Naya, Willy, Jeno, dan kekasih tercintanya, Mark. Bukan hanya pesan, mereka juga menelepon Haena.

Ia membaca pesan yang dikirimkan oleh para sahabatnya. Sahabatnya khawatir karena Haena tidak ada kabar dari kemarin. Mark juga demikian, bahkan notifikasi dari Mark sendiri lebih dari 100 pesan. Notifikasi panggilannya juga tak kalah banyak.

Haechan tersenyum kecut melihat notifikasi dari Mark dan juga membacanya.

"Sayang, kamu dimana?"

"Jangan buat aku khawatir kayak gini."

"Kamu kenapa bear?"

"Aku ke apartemen ya? Aku otw sekarang!"

"Baby, buka pintunya!!! Kamu didalam kan?"

"Mungkin kamu udah tidur, aku pulang dulu ya sayang. Besok aku kesini lagi. Tolong jangan buat aku khawatir kayak gini. Kalau aku ada salah, maafin aku. Kalau kamu ada apa-apa tolong kasih tau aku, aku gak mau kamu sendirian. Kamu masih punya aku. Jika kamu dengar sesuatu hal yang buruk tentangku, kamu bisa tanyakan padaku kebenarannya.

Mungkin aku belum sepenuhnya terbuka dan jujur padamu, tapi aku berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Aku sayang kamu, my baby bear❤"

Haena membaca pesan yang dikirimkan Mark. Air matanya menetes begitu saja. Benar kata Mark, jika ia ingin tahu kebenarannya, ia harus bertanya langsung padanya, bukan malah menyiksa diri seperti ini.

Haena menghapus air matanya. Ia ingin bertemu dengan kekasih tercintanya. Ia segera mengambil kunci mobil dan keluar dari apartemennya. Tujuan utamanya adalah perusahaan Mark. Sesampainya di perusahaan milik Mark, ia segera masuk ke

gedung pencakar langit itu.

"Gila, besar juga kantor calon suami gue." Haena kagum melihat interior dari gedung ini. Selera Mark sekali, pikirnya. Haena mengakui kalau Mark adalah calon masa depannya, siapa coba yang menolak pesona dari CEO muda Liam Company yang kaya raya tujuh turunan. Hanya Haena yang tahan banting dengan semua sikap Mark, entah yang jadi budak cinta sampai singa liar yang menakutkan.

Perjalanan Haena saar bertemu dengan Mark terhambat oleh resepsionis yang menghalangi jalannya. Haena menyengit pelan. "Maaf nyonya, anda dilarang masuk." kata resepsionis itu menatapnya dengan pandangan meremeh. Haena menatap jengah wanita itu.

"Kenapa memangnya saya tidak boleh masuk? Saya ingin bertemu calon suami saya yaitu bosmu." Wanita yang berprofesi menjadi resepsionis di perusahaan calon masa depannya.

"Tuan Mark calon suamimu? Hahaha. Jangan bermimpi! Tuan Mark tidak mungkin memilih wanita dekil dan kumal sepertimu. Ia pasti lebih memilih wanita cantik sepertiku." Kata wanita itu percaya diri sambil menunjuk penampilan Haena yang berantakan.

Haena terkekeh pelan. Ia tersenyum sinis kepada wanita itu.

"Wow, seharusnya Mark tidak mempekerjakan wanita yang tak punya sopan santun sepertimu."

"Apa maksudmu?! Berani sekali padaku!" wanita resepsionis itu menggeram kesal karena ucapan Haena.

"Ah, aku muak melihat tingkahmu." Haena mengambil ponselnya dan mencari kontak Mark disana. Ia segera meneleponnya.

"Hallo sayang. Akhirnya kamu menghubungiku. Aku sangat mengkhawatirkanmu."

"Mark, kamu dikantor kan? Aku di lobby sekarang. Cepat kesini ya." Sebelum mendengar jawaban dari Mark, Haena sudah mematikan panggilan tersebut.

"Ajal akan segera menjemputmu wanita sombong."