WebNovelPsycho17.39%

CHAPTER 4 : WHO IS SHE?

Entah mengapa perasaan Haena saat ini tidak enak. Ia ingin Mark ada disampingnya saat ini. Mungkin bukan hal yang aneh jika Haena tiba-tiba bertingkah seperti ini, padahal setiap hari mereka selalu bertemu, namun tetap saja ia tidak bisa menyangkalnya. Ia rindu kekasihnya, Mark. Akhirnya Haena mengambil ponselnya dan menelepon kekasih yang ia rindukan.

"Hallo sayang." Jawab Mark diseberang sana.

"Kamu dimana? Aku merindukanmu." kata Haena cepat. Mark diseberang sana hanya terkekeh pelan. Ia membayangkan ekspresi kekasihnya setelah mengungkapkan perasaat rindu padanya, dengan pipi yang bersemu merah pasti sangat menggemaskan!

"Coba buka pintu apartemenmu." Haena bingung dan langsung berlari ke arah pintu apartemennya. Mengapa Mark menyuruhnya untuk membuka pintu? Haena sungguh penasaran. Ia pun membuka pintu apartemennya perlahan.

"Mark!!!" Pekik Haena. Ia langsung memeluk kekasihnya dengan erat. Mark membalas pelukan Haena. Akhirnya ia bertemu dengan kekasihnya kesayangannya itu! "Begitu merindukanku?" Haena menganggukkan kepalanya didekapan Mark.

"Ayo masuk ke dalam. Aku sudah membelikan makanan untukmu. Aku tahu kamu pasti belum makan kan seharian ini?" tebak Mark. Bukan peramal, tetami Mark sangat tahu betul bagaimana kebiasaan Haena. "Bagaimana kamu tau?" Haena bingung.

"Memangnya sudah berapa lama kita menjadi sepasang kekasih? Aku sampai tahu bagaimana kebiasaanmu, sayang. Apalagi sekarang diluar sedang hujan, pasti sangat mendukung kan untuk rebahan seharian."

"Mager sih, hehehe. Kamu juga baru datang, jadinya aku sendirian dan bingung harus melakukan apa." Kekeh Haena. Mark tersenyum melihat tingkah sang kekasih.

Saat ini Mark dan Haena sedang berada diruang tamu sambil menikmati makanan yang dibawa oleh Mark. Suasana hari ini sangat menguntungkan bagi Mark. Bagaimana tidak, hujan turun dengan derasnya ditambah dengan udara dingin yang perlahan peyusup ke dalam tubuh, sehingga Haena duduk dipangkuan Mark untuk menghangatkan tubuhnya.

"Mark.." panggil Haena sambil menonton film kartun kesukaannya, Were Bare Bear. Mungkin kalian menganggap bahwa Haena seperti anak kecil karena menonton acara kartun di televisi, tetapi memang seperti itulah kenyataannya. Haena jika dalam mode baby benar-benar seperti baby pada umumnya. Menggemaskan, lucu, dan manja.

"Ada apa, bear?" jawab Mark sambil memeluk pinggang Haena dari belakang.

"Apa kamu menyayangiku?" Mark menyengit heran, mengapa Haena bertanya pertanyaan konyol seperti itu? Sudah jelas Mark sangat menyayangi dan mencintai Haena. Hanya orang bodoh yang menganggap bahwa Mark hanya bermain-main dengan kekasihnya itu. Bahkan dunia pun tahu bahwa seorang Mark Liam tidak bisa hidup tanpa Haena.

"Kenapa tiba-tiba bertanya begitu, sayang? Aku bahkan mencintai dan menyayangimu lebih dari diriku sendiri. Apa yang kamu pikirkan sampai bertanya hal yang sudah jelas kamu tau jawabannya?"

"Aku hanya takut kalau kamu pergi meninggalkanku. Mencintai orang lain yang lebih dariku. Kamu sempurna Mark, aku merasa tidak pantas untukmu." Mark memutar badan Haena agar berhadapan dengannya.

"Hei, siapa bilang kamu tidak pantas untukku? Bukan kamu yang tidak pantas untukku, tapi aku yang jauh dari kata pantas untuk seseorang yang sangat berharga sepertimu."

"Aku tidak sempurna. Aku punya banyak kekurangan, bahkan aku tidak memiliki tujuan hidup yang pasti. Tetapi denganmu aku merasa utuh dan memiliki tujuan hidup, yaitu membahagiakanmu."

Haena tersenyum dan memeluk kekasihnya dengan erat. "Terima kasih telah menjadi bagian penting dari hidupku."

"Aku mencintaimu, sangat."

"Aku juga mencintaimu."

***

Mark dan Haena sedang berada di kantin kampusnya. Istirahat 30 menit setelah mendapatkan mata kuliah yang membuat otaknya berputar sungguh terasa singkat. Bagaimana tidak? Hari ini mata kuliah yang didapatkan adalah akuntansi. Bisa dibayangkan saja mata kuliah akuntansi menjadi mata kuliah yang paling dibenci kedua satu fakultas setelah mata kuliah statistika.

Perut mereka sudah tidak bisa menahan gejolak, akhirnya mereka memutuskan untuk mengisi perutnya. "Sayang, mau makan apa?" tanya Mark sambil mengelus rambut Haena.

"Hm, aku mau soto ayam deh. Minumnya es teh saja." jawab Haena. Sungguh selera Haena sangat merakyat. Biasanya untuk anak kos seperti kita makan apapun minumnya pasti es teh sudah sangat nikmat.

Mark pergi memesan makanan untuk mereka. Tak lama setelahnya, ponsel Mark berdering menandakan ada pesan yang masuk. Haena refleks menoleh kearah sumber suara. "Siapa sih yang chat? Kalau gue cek kira-kira dapat masalah gak ya? Tapi kalau dicek takutnya gak sopan. Kalau tidak di cek takutnya mati penasaran." Hati Haena gundah gulana saat itu. Akhirnya dengan berani, Haena mengambil ponsel Mark dan mengecek pesan tersebut.

"Nancy?" Haena melihat nama tersebut di ponsel kekasihnya. Ia melihat notifikasi dan membaca pesan tersebut.

"Mark, apa kabar?

aku kangen kamu!!!!.

Kita ketemuan yuk di Cafe Sintori jam 3 sore."

Begitulah isi pesan tersebut. Haena menyengit pelan. Siapa Nancy-Nancy ini? Kenapa mereka begitu akrab. Rasa penasaran Haena menggerayangi otaknya. Tak lama kemudian Mark datang membawa semua pesanan mereka.

"Ini pesanannya, sayang. Makan yang banyak, akhir-akhir ini kamu makin kurusan. Aku gak suka." kata Mark sambil mencium pucuk kepala Haena. Sedangkan Haena sendiri mengucutkan bibirnya.

"Kan aku lagi diet, Mark! Baju aku banyak yang kekecilan sekarang."

"Kenapa tidak bilang sama aku? Nanti kita belanja beli baju, asal kamu tidak diet lagi." Haena menoleh pada Mark dengan pandangan berbinar. "Serius? Ah tapi tidak perlu repot-repot deh. Nanti aku minta uang aja sama papa."

"Serius sayang. Jangan minta uang dari papa kamu, mending itu uangnya untuk ditabung. Aku gak merasa direpotin sama kamu, aku malah seneng kalau aku bisa bahagiain kamu." Haena memeluk Mark erat.

"Terima kasih sayang!!!"

Akhirnya mereka makan dengan lahap, Haena juga tidak harus pusing dengan dietnya itu karena solusi sudah dia dapatkan, yaitu Mark. Mark memperhatikan Haena yang sedang makan, sangat menggemaskan pikirnya. Ia mengambil ponselnya dan membukanya. Terdapat notifikasi dari Nancy, masa lalunya saat di Kanada.

Ia menyengit pelan membaca pesan tersebut. Untuk apa mantannya ingin bertemu dengannya? Apakah ia harus mengiyakan atau tidak. Mark menatap Haena. "Ada apa?" tanya Haena bingung. Ia melihat layar ponsel Mark menampilkan chat dengan Nancy.

"Ah tidak. Makan yang banyak ya sayang." Setelah mengatakan itu, Mark terlihat membalas chat dari Nancy-Nancy itu. Haena mengerutkan keningnya, ia sungguh penasaran apakah Mark akan mengiyakan ajakan tersebut atau tidak.

"Mark, nanti jam 3 bisa anterin aku gak ke gramedia? Aku mau beli buku soalnya." Haena menatap Mark dengan pandangan memohon. "Maaf sayang, aku hari ini tidak bisa soalnya ada rapat penting diperusahaan. Jam 7-an aja bagaimana?" Haena menampilkan wajah kecewa. Apa Mark memilih untuk menerima ajakan wanita itu daripada kekasihnya sendiri? Pikiran Haena kacau saat itu.

"Gak bisa. Aku maunya jam segitu. Kalau kamu gak bisa, aku sendiri aja." kata Haena.

"Kamu ajak Naya atau Willy ya biar ada temannya. Aku gak mau kamu sendirian." Haena hanya mengangguk dan tersenyum masam.

Huft, jadi aku ini dianggap apa.

Tidak pentingkah?