Lembar Tigapuluh Empat

PANDANGANKU terbuang kasar. Menatap jengah bagaimana wajah pria dihadapan ku; yang tengah menyeringai—begitu sulit kutebak. Iris pekatnya memang kerap berubah-ubah, tak menentu. Membuatku menurunkan bahu, seraya mengaitkan kancing kemeja yang sempat Tae Oh buka—begitu mudah, sebab hal intim semacam itu bukanlah sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh sepasang manusia yang telah tumbuh bersama sejak kecil. Apa hal itu terdengar tak layak? tenanglah—tak ada satupun yang mengetahui, hubungan apa yang kami miliki. Ahh—sejujurnya aku pun begitu; tak mengerti benang apa yang telah mengkaitkanku dengannya.

Tatkala kelopak manikku berkedip, didetik ini juga—aku sungguh mampu mengingat segalanya. Tentang Tae Oh kecil yang dititipkan di rumahku, hanya karena ibunya tak ingin memberi bocah itu sepiring nasi.