Musim Kedua; Bagian 1

Musim semi, Japan, 2022.

LANGKAH gadis bersurai legam yang mencapai pinggang itu, terlihat tergopoh. Tak ayal membuatnya sesekali menabrak beberapa bahu, yang hilir mudik; tengah memadati kawasan Tokyo Disneysea. Sejurus memicingkan iris, kini nafasnya terhela bebas. Tatkala mendapati bocah berusia tiga tahun itu, terlihat berlari kecil kearahnya dengan tawa lima jari. Anehnya ada hal lain yang detik itu, telah mengusik gadis yang langsung saja memasang raut tak suka. Tepat ketika ia dapati presensi seseorang, yang sama sekali tak ia harapkan untuk kembali hadir.

"Mommy, aku mendapatkan banana milk ini, dari paman yang tinggi dan tampan itu!" nada mendayu dari bocah yang telah beralih dalam dekapannya, terdengar mengayun begitu menggemaskan. Sedikit membuat gadis itu lupa diri, akan kehadiran pria yang entah sejak kapan telah memaku tungkai dihadapan gadis yang setiap harinya selalu pria itu rindukan.

Hingga detik pertama suara bariton itu telah menelisik rungu, dinding beton yang dibangun dalam kurun waktu empat tahun; telah runtuh seketika. Menyisakan satu tempat yang begitu jauh dalam relung, lantas sedikit banyak terobati, "Lama tidak bertemu, noona. Aku merindukanmu, dan maaf—telah membuatmu menunggu, terlalu lama."

Gadis itu, tak menggubris. Atau juga barangkali indera pendengaran gadis itu, telah tuli—sebab kini langkahnya terasa begitu terburu, guna mengabaikan panggilan pria; yang malah ditanggapi oleh sepasang netra bulat dari bocah yang bibirnya turut dikerucutkan, bersama poni legam yang tergerak kesana kemari. Hingga membuat si bocah gembil itu, terlihat sepuluh kali lipat lebih menggemaskan. Terlebih ketika wajahnya, tengah meringsak pada ceruk leher seorang gadis muda yang terus menggendong tubuh si mungil; agar bocah itu tak lagi menghilang dari jangkauannya.

Sesekali, satu alis bocah itu terlihat menukik; manakala seorang pria dewasa yang sepuluh menit lalu baru ia temui, terus saja mengekor. Seakan tengah mengikuti jejak tapak kaki yang ditinggalkan oleh wanita yang akan mengomel, jika bocah itu merengek untuk mendapatkan satu kotak susu pisang.

Sepersekon saling melempar tatap pada pria yang diam-diam menggoda sang bocah bermata bulat, hingga meciptakan kikik tertahan; kini wajah mungil itu, telah beralih. Sekilas menilik gadis berparas menawan, yang langsung saja mengulum senyum tipis; ditengah langkahnya yang mulai memasuki satu restaurant.

"Mommy, akan membelikanku churoos, ‘kan?" tebak sang bocah yang satu pipinya langsung dikecup sang gadis, dengan gemas. Menyisakan cetakan warna bibir yang membekas kentara, sebelum ia mengedar pandang; guna menemukan tempat paling tepat, untuk bersembunyi. Gadis yang surainya ia ikat kuda, lekas mengaduh lirih. Merasakan bagaimana lengannya mulai terasa kebas; sebab ia cukup lama untuk menahan bobot tubuh bocah gembil yang langsung saja ia turunkan di atas permukaan sofa panjang, yang terletak pada sudut ruang.

Kepalanya bahkan sempat menggeleng perlahan, tatkala mendapati jagoan kecilnya lekas berdiri di atas kursi dengan kokoh. Hingga bergerak aktif; tengah menari di atas permukaan kursi, sebelum satuan lengannya lantas berakhir untuk dikalungkan pada leher gadis itu; dengan begitu manja. Sejemang mengamati gerak-gerik bocah yang terus menampilkan tawa lima jari dengan begitu girang, tak pelak menciptakan tawa masam sang gadis; tepat ketika angannya kembali dibawa oleh presensi pria yang baru saja ia temui. Bukankah Nam Eunwoo, begitu identik dengan Nam Jungkook? fikir gadis itu, dalam benak.

Lekas menciptakan kepalan pada dua tangan; tengah susah payah untuk menahan pelupuknya yang mulai mengembun, sebelum mengujar, "Bagaimana Eunwoo bisa begitu percaya pada orang asing? harusnya Eunwoo tak boleh meminum banana milk itu. Kemarikan, biar mommy belikan sesuatu yang lebih enak dibandingkan sekotak banana milk." bocah itu spontan merengut. Bahkan nyaris menangis, tatkala wanita di hadapannya hendak merampas kotak susu yang ada di tangannya dengan paksa. Menyisakan gadis itu, yang hanya meleguh pasrah; sebelum belah bibirnya terkatup rapat-rapat.

Kelopak maniknya lekas mengerjap sekilas. Mendapati beberapa hal janggal, manakala romanya seketika meremang. Tepat didetik pertama, tatkala sisi pahanya terasa seperti menempel pada sesuatu yang terasa hangat. Bahkan seluruh sarafnya terasa membeku, tatkala indera penciumannya dapat menangkap samar aroma maskulin bercampur mint yang begitu familiar. Tidak. Detik ini, gadis itu sungguh tak merasa bergairah, sampai kehilangan kontrol akan libidonya; lantas menciptakan fantasi liar akan seorang Nam Jungkook. Membuat kepalanya lekas menoleh ke sisi kiri, sekedar memastikan. Hingga irisnya langsung saja melebar; tatkala mendapati presensi seorang yang begitu lancang, telah mengambil tempat di sisinya tanpa sebuah sekat.

Fikir gadis itu, ia nyaris tewas; setelah terkena serangan jantung. Manakala tanpa sempat diperkirakan, kedua tangan Jungkook lekas terbentang untuk melewati tubuh gadis itu begitu saja. Lantas meraih jagoan Eunwoo yang terkikik geli, sebab ia tengah di beri serangan gelitik oleh pria yang sesekali menilik gadis disisinya; seraya menggerling nakal.

"Hey, paman tak boleh duduk di sini. Kata Mommy, Eunwoo tak boleh berbincang dengan orang asing! terkecuali, jika paman memberikanku sekotak banana milk lagi!"

Lagi, nafas Lee Jian tercekat; dibuatnya. Mendapati bagaimana gelak tawa dari seorang yang lama tak ia temui, atau perihal aroma memabukkan seorang Nam Jungkook; yang nyaris membangkitkan gairahnya didetik itu juga. Menyisakan gadis itu, yang terus menerus mengulum bibir, sebelum dua tangannya hendak merampas kembali bocah kecil yang sisi tubuhnya telah dipegang oleh Jungkook.

"Paman? apa pria tampan sepertiku, sudah terlihat tua di matamu eoh?" gelak tawa Lee Jian nyaris lolos. Mendapati bagaimana raut merengut Jungkook; yang tak ada bedanya dengan rengutan Eunwoo, pada situasi dimana gadis itu akan memberikan petuah pada bocah kecil nakal; yang terus saja membuat kepalanya nyaris pecah. Mendapati kenakalan kelewat batas, ketika bocah gembil itu menjahili teman seumurannya dengan pistol air hingga basah kuyub, atau banyaknya mainan yang akan diletakkan secara asal sebab atensinya begitu mudah dialihkan oleh game pada tablet yang seharian penuh akan terus ia mainkan.

Bocah itu terkikik geli. Sedikit memajukan wajahnya, sebelum tangan mungilnya tergerak untuk mencubit pucuk hidung Jungkook. Lekas membuat Lee Jian tergerak, untuk menahan gerakan Eunwoo yang selanjutnya nyaris memberikan gigitan pada puncak hidung pria yang lekas mengalihkan pandangnya.

"Yak, Eunwoo-ya! berhenti bersikap tak sopan seperti itu! kemarilah!" keduanya mengerjab, secara bersamaan. Menampilkan satu ekspresi yang sama; hanya melongo dalam sepersekian detik, sebelum kembali melakukan pergerakan yang sama; serempak mempoutkan bibir.

"Tidak mau! mommy bahkan tak pernah memberikanku banana milk! padahal, Eunwoo menyukainya." tandas bocah gembil yang kini menempel pada dada bidang pria yang lekas mengulum bibir. Terlihat menahan tawa kemenangan, sebelum iris berbinarnya kembali terarah pada Jian.

"Eunwoo sungguh menyukai banana milk? Apa itu karena ayah Eunwoo juga menyukainya?" gadis itu berdesis. Sedikit menghembuskan nafas kasar, selepas pertanyaan menjebak seorang Jungkook terlontar begitu saja. Ia faham betul, mengapa pria bersurai legam itu; melontarkan kalimat asal pada seorang bocah kecil, yang berusaha ia jebak untuk memberikan setitik informasi mengenai hal yang sempat tak ia percayakan.

Mendapati airmuka tertunduk Eunwoo, Lee Jian lekas bangkit. Bersiap meraih tubuh bocah itu dengan sekali rampasan, hingga suara lirih jagoan kecil yang kini merunduk, tak pelak membuatnya terpejam singkat. "Mommy tak pernah membicarakan apapun tentang hal itu. Tapi, Nam Eunwoo tetap menyayangi papa Tae Oh dan—"

"Eunwoo-ya!" pekik Lee Jian, lekas meraih tubuh bocah kecil itu dalam sekali sentak. Menyisakan Jungkook yang turut bangkit, untuk mencekal pergelangan gadis yang rautnya telah berubah masam; bersama iris nyalang, yang meyorot begitu kelam.

Meninggalkan airmuka terperanjat Jungkook, lekas gadis itu ambil beberapa langkah terburu yang lantas terjeda oleh satu cekalan cukup kuat yang kini melingkari pergelangan tangannya, "Setidaknya, bicaralah terlebih dulu denganku noona! jangan hanya diam seperti ini! apa kau ingin membunuhku secara perlahan?" cegat pria, yang lebih memilih untuk memberi tatapannya pada bocah kecil yang kini meringkuk takut.

Adam apel pria itu bergerak naik turun, lekas mengulum bibir singkat; selepas nalarnya sedikit memberi terkaan pada lontaran jujur seorang bocah kecil yang telah menyebutkan nama ‘Nam Eunwoo'.

Belum sempat katupan bibir merekah Jungkook terbuka, Lee Jian lekas menyela; begitu memberikan penekanan pada setiap kata, tatkala ia berujar, "Apa kau baru saja memohon, padaku? tidakkah kutukan, serta cemooh dariku dimasa lalu; tak dapat menghentikanmu, Jung?” []

--o0o--