Selama hampir tiga tahun setelah bencana besar yang berwujud pria bernama Michael Soga melanda hidupku, aku tidak pernah lagi berkencan atau bahkan dekat dengan seorang pria mana pun. Aku tidak memiliki keinginan untuk itu. Rasa cintaku terhadap Mike terlanjur besar dan dalam kurasakan. Setiap sel dalam tubuhku masih menyerukan namanya, oleh sebab itu aku masih belum memiliki kekuatan untuk terbebas darinya.
Padahal tidak sedikit pria yang mengajakku berkenalan dan pergi berkencan. Apalagi setelah aku bekerja di Upper Scale. Banyak di antara para pelanggan pria yang secara terang-terangan mengajakku pergi makan malam. Aku pun sering mendapatkan tips dengan jumlah yang cukup menggelikan, yang disertai nomor ponsel dari beberapa pengunjung restauran. Bahkan ada di antaranya yang selalu menyisipkan pesan cinta, atau kutipan-kutipan dari lirik lagu maupun novel untukku.