Di sebuah desa bernama Ixora, banyak orang baik laki-laki maupun perempuan berlalu-lalang karena kesibukan sehari-hari
Banyak anak-anak yang bermain dengan gembiranya tanpa memikirkan apa pun
Tapi berbeda dengan ku, karena hari ini adalah waktu untuknya ladang kami panen, walau hanya sayuran dan buah-buahan saja
Ayahku bernama Bart, dia seorang yang gigih bekerja dan tekun dalam melakukan pekerjaannya, bahkan membantu orang lain tanpa pamrih
Sedangkan ibuku bernama Shanon, jika ada orang yang berkata siapa wanita yang paling cantik, aku pasti akan berteriak kalau itu adalah ibuku
Kami sekeluarga di kenal suka membantu dan menolong, dan kami tinggal kerajaan Sanctum, salah satu dari 5 kerajaan terbesar di benua ini, dan kerajaan Sanctum berada di bagian timur
Untuk 4 kerajaan lainnya aku tak tau, ibu berkata kalau umurku sudah beranjak 15 tahun, aku di perbolehkan itu ke dalam Akademi yang berada di ibu kota kerajaan, Kazel
Tapi itu masih lama karena aku baru berusia 10 tahun, masih ada 5 tahun lagi
Oh... dan juga ada banngsawan yang berkuasa di desaku ini, kalau tak salah dia bernama Tuan Rean Acelor
Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung, tapi kata orang tuaku dia bangsawan yang baik
"AKHIRNYA SELESAI..." teriakku bersemangat saat memetik apel terakhir
Ayah dan ibuku hanya tersenyum melihatku yang sangat bersemangat karena telah selesai membantu mereka
"Nak kemari, bantu ibumu mengangkat buah-buahan ini, besok para pengepul akan datang"
"Baik ayah" segera berlari menghampiri ibuku
Dengan segera aku membantu membawa 2 keranjang buah apel, walau agak berat
Di perjalan pulang sore ini, aku melihat banyak tetanggaku yang pulang bersama hasil panennya, ada juga anak-anak yang berlarian karena di marahi orang tuanya
Benar-benar damai.... aku benar-benar menyukainya
***##***
3 hari telah berlalu, semenjak aku membatu panen kedua orang tuaku
Hasil yang kami dapat dari pengepul juga cukup banyak 80 perak 50 perunggu
Kata ayah, di dunia ini ada 4 macam uang pembayaran yang sama di setiap kerajaan, ada perunggu, perak, emas dan platinum
100 tembaga itu setara 1 perak, sementara 100 perak setara 1 emas
Untuk koin platinum ayah maupun itu tidak pernah melihat atau mengerti jumlah uang yang setara dengan itu, dan hanya orang-orang di istana kerajaan atau bangsawan peringkat tinggi yang mempunyainya, aku harap punya satu
Dan kini semua orang di desaku berkumpul di alun-alun kota, walau jumlah orang di desaku tak sampai 100 orang, ini masih tetaplah wamai bagiku
Kami semua di sini menunggu tuan Rean untuk menagih pajak bulanan
Namun suasana berbeda menjadi tegang, wajah serius dan garang dari setiap orang yang aku kenal membuatku gelisah
Dan setelah menunggu beberapa saat, muncul 2 kereta kuda dari kejauhan, yang satu kereta kuda mewah, dan satunya seperti kereta kuda yang biasa di gunakan para pengepul atau penjual keliling
"Semua, beri hormat pada Tuan Rean Acelor" teriak Urd, ketua desaku yang baik hati
Semua orang termasuk diriku menundukkan kepala serempak saat kereta kuda mewah itu berhenti
'Jadi ini adalah tuan Rean itu' ucapku dalam hati yang penasaran
Karena dari cerita ayah, tuan Rean suka menolong dan memberi uang kepada orang yang derajatnya lebih rendah
Tapi sepertinya wajah orang-orang semakin buruk, apa yang terjadi
Perlahan langit juga mulai mendung, dan suasana dingin dari angin mulai menerpa kulitku
"Kalian semua, angkat kepala kalian" ucap tuan Rean dengan suara serak
Dalam pikiranku, sosoknya akan seperti pahlawan dengan tubuh ramping dan rambut pirang, serta sebuah pedang suci yang mampu melawan kejahatan
Dan saat aku melihat langsung, harapanku sirna seketika
Ternyata bangsawan itu gemuk... tidak, tapi sangat gemuk, bahkan lebih gemuk dari babi milik pak Henri, teman dari ayah
"Jadi pajak mulai hari ini naik menjadi 1 koin emas"
" "...!!!..." "
Oi.. oi.. bukannya itu terlalu tinggi
Banyak warga desa yang mengeluh, bahkan pak Urd juga ikut protes
"Tuan Rean, pajak itu terlalu tinggi. Bahkan pendapatan kami tidak sampai sekeping emas"
"Oh begitu... jadi apa masalahnya?" dengan wajah mengejek
Pak Urd mengerutkan alisnya mendengar jawaban dari tuan Rean, bahkan aku sendiri sampai bingung
Apakah ini orang yang baik itu, orang yang suka membantu orang lain
"Tuan itu terlalu tinggi untuk kami"
"Itu benar, jika pajak setinggi itu, anak dan isriku nanti makan apa?"
"Tentu saja makan gandum dan jelai lah... "
Dan seketika banyak warga desa yang melayangkan protesnya karena tak sanggup membayar
Namun tiba-tiba tanah di sekitar kami bergoncang cukup kuat hingga membuat beberapa bangunan mengalami kerusakan
Gempa itu hanya berselang beberapa saat, dan membuat warga terdiam
Tak lama dari balik kereta mewah itu, muncul pria kekar dengan sebuah pedang panjang di pinggulnya
Pakaiannya terlihat sangat bagus, tapi sayang sekali, wajahnya tampak galak
"Jadi... siapa yang mau nilai pajak turun, hadapi dia" ucap tuan Rean dengan sombongnya menunjuka pria kekar di sebelahnya
Tapi apa yang terjadi, hanya keheningan
'Kemana semangat kalian?' pikirku setelah melihat semua terdiam
"Jika tak ada maka...CEPAT BAYAR" teriaknya
Entah kenapa penilaianku terhadap orang ini berubah drastis, apa ini bangsawan yang di ceritakan oelah ayah dan ibu
Tapi sebuah tepukan mendarat di kepalaku, hangat dan lembut
"Ibu" ucapku saat mengetahui siapa yang menepuk kepalaku sementara ayah hanya tersenyum masam
Jadi mau tak mau, kami sekeluarga harus mengikuti permintaan bangsawan ini
" Selanjutnya..." teriak seorang pelayan yang mengurus pajak
Kini giliran keluargaku, sekaligus yang terakhir... dan entah kenapa perasaanku menjadi tak enak
Langit juga mulai menggelap dan beberapa kali terdengar suara guntur yang cukup keras
"Maaf... tapi kami hanya memiliki uang ini saja" ucap ayah menaruh 90 perak
"APA !!" teriak tuan Rean yang mendengar kalau ada orang yang tidak cukup membayar
Seketika ayah dan ibu langsung sujud di hadapan tuan Rean sambil memohon di berikan waktu
Tapi dengan sekali tanda, orang kekar di dekat tuan Raven memukul ayah dengan sangat kuat hingga tak sadarkan diri
"Bart !" teriak ibu
Aku juga sontak langsung berlari ke arah ayah, tapi yang lebih mengejutkan lagi, pria kekar itu langsung menyeret ibu menuju kerta yang lain
Dan saat di buka, sunggh terkejutnya diriku dan orang-orang yang lain
Ada beberapa orang di dalam kereta itu yang ternyata sebuah kurungan besi yang di tutup kain
Ibu langsung di masukan ke dalam sana, dan segera saja aku bersujud di hadapan tuan Rean
"Tuan... aku mohon kepada anda, tolong berikan kami waktu, saya janji akan memenuhi kekurangan itu"
Namun tidak ada jawaban dari tuan Rean, tapi malah menginjak kepalaku
'Sakit...'
"Kau tau bocah... hal ini akan menjadi pelajaran bagi desa ini dan desa lainnya, barang siapa yang tidak membayar pajak, akan aku jual menjadi budak"
Ketegangan pun terjadi, banyak dari warga desa gemetar mendengar perkataan tuan Rean
Semua tau apa artinya menjadi budak, selain hilangnya kebebasan...itu berarti hilangnya semua hal yang di miliki
"Jadi karena orang tuamu tidak mampu membayar... kau tau sendiri bukan?" dengan semakin kuat menginjak kepalaku
'Sialan..sialan...' sambil mencoba membebaskan diriku
Aku gunakan segala cara untuk menyingkirkan kakinya itu bahkan aku tak ragu memukulnya dengan batu
"Aw... bocah tak tau diri, Vold, beri pelajaran bocah ini" sambil memegang kaki kanannya yang terhantam batu
"Anakku... cepat pergi dari sini" teriak itu dari dalam kereta dengan menangis
Aku juga takut saat perlahan pria besar ini mendekatiku, tapi saat pria yang bernama Vold ini memukulku, seseorang segera menahannya dari belakang
"Cepat pergi nak !" teriak ayah yang kepalanya mengalir darah
Bruak..
Dalam sekejap ayah di banting ketanah dengan mudahnya, bahkan aku mendengar suara dari tubuh ayah, seperti patah tulang
Aku yang sudah pucat langsung berlari, namun yang terjadi sungguh di luar perkiraanku
Dengan mata yang terbuka lebar, aku melihat kalau jalan keluarku telah di hadang
Bukan oleh pelayan bangsawan serakah ini, tapi oleh warga desa yang aku kenal
"Nak maafkan kami" Ucap Urd dengan mendorong ku sampai jatuh
Tak lama setelah itu, aku melihat kepalan tangan yang langsung menuju kepalaku dan segera aku menggelinding ke kiri
Bam..
Pukulan Vold membekas dan debu berterbangan
'Gila... mati aku kalau sampai kena'
SRIIINGG....
JLEB...
Namun tiba-tiba perutku terasa sangat perih, dan saat aku melihatnya, ada benda lancip dan panjang menembus perutku
"UGH..." seketika darah keluar dari mulutku dan membuatku jatuh terkapar
'Sakit sekali...' sambil menahan darah yang keluar
Air mataku tak kuat ku bendung, ini adalah rasa sakit yang paling parah seumur hidupku
Rasa panas dan dingin yang bergantian, serta rasa perih yang semakin kuat
"INI ADALAH AKIBAT KAU MENENTANGKU BOCAH"
JLEB..
"AAARRRGGHH..." teriakku kesakitan saat bahu kananku tertusuk pedangnya
"TIDAK....!!!" teriak itu dari dalam kurungan, air matanya juga segera mengalir
Ini adalah hari paling parah dalam keluargaku
"T-to-tolong" mengulurkan tangan kananku yang penuh darah kearah Ren, sahabatku dari kecil tapi dia malah memalingkan wajahnya
Kini perasaan ku menjadi tak menentu... bukan hanya Ren, tapi orang yang ku kenal memalingkan wajahnya, Pak Urd... Pak Henri...
Sial... kenapa tidak ada yang mau menolong kami, bukannya kami sudah menolong kalian tanpa imbalan
Apakah ini hasil dari pertolongan kami... hanya untuk di abaikan
Perlahan hujan menguyur dengan derasnya, perasaan amarahku entah kenapa mulai menggila
'Apanya yang sahabat... apanya yang baik... apanya yang balas budi' dengan menggertakkan gigiku dengan kuat
Akibat air hujan ini, rasa sakit dan perih semakin kuat, begitu juga dengan amarahku ini
'Apanya yang bangsawan... apanya yang suka menolong'
Perlahan mataku semakin berat, rasa sakit ku juga perlahan menghilang di gantikan rasa dingin yang amat sangat
Pengan pandangan terakhir ibuku yang berusaha keluar untuk pergi kearahku, namun amarah dan dendam ku menolak untuk menghilang
Suara hujan dan orang-orang di sekitar juga menghilang, tapi ada satu yang akan ku tanamkan dalam hatiku, sesuatu yang tidak pernah terpikir oleh anak-anak sepertiku
'Ku bunuh kalian semua...' dan aku masuk kedalam kegelapan