"The Smuggler"

"Melegalkan kebaperan"

Itu istilah yang Maleek gunakan untuk menggambarkan kondisi masyarakat saat ini. Terlalu mudah melaporkan rasa hati yang terluka ke polisi. Terlalu sensitif dan terlalu suci untuk merasa salah. Akhirnya aksi saling lapor polisi jadi bahan tontonan sehari-hari.

"What is this bullcrap!" sergah Maleek satu sore.

Ia sedang menonton acara gosip di TV. Mulutnya nampak nikmat mengunyah pisang goreng favoritnya. Ia memandang sebal ke sebuah acara yang menayangkan aksi lapor polisi. Alasannya cukup simpel. Salah satu artis merasa tersinggung dituduh berhidung palsu.

"Pencemaran nama baik terhadap klien kami ini tentu tidak benar" ujar pengacara artis itu.

Penjelasan pengacara itu kemudian tidak terdengar lagi karena sang klien sibuk tertawa dan bercanda dengan awak media. Artis itu pun nampak selalu sibuk mengibaskan rambutnya yang berwarna hijau keemasan.

Fame.

Rasanya hanya itu yang dikejar society sekarang. Sebetulnya tidak salah karena faktanya uang datang dari fame. Tapi setidaknya ada value yang dijual. Bukan hanya drama semata. Just my two cents though, kata Maleek.

"What the ffff..." gumam Alex yang tiba-tiba muncul. Ia nampak baru selesai mandi.

Dengan handuk masih mengikat diperutnya ia langsung bergabung menonton TV bersama Maleek. Alex nampak menggeleng-gelengkan kepalanya menyaksikan betapa mudahnya orang lapor polisi karena tersinggung.

Mereka berdua memang kompak sebagai pasangan besan. Anak cucunya sudah memaklumi jika mereka menghabiskan waktu semalaman hanya untuk mengobrol.

"Union of the grumpiest oldmen in town" begitu kekeh Adam setiap melihat kedua kakek itu bercengkerama.

"The pervert and the smuggler" ralat Abi yang disusul tawa Adam.

Cerita Alex yang dahulu ketahuan pernah mengintip Sisca, ibunya Abi, memang sudah melegenda. Alex sering menjadi bahan banyolan satu keluarga. Ia hanya bisa tersenyum kecut penuh malu. Apalagi dulu ia punya reputasi penjahat cinta.

Sesuatu yang sama sekali tidak pernah dilakukannya. Alex merasa tidak pernah melakukan semua itu. Namun saja semua hoax biadab itu sudah keburu menyebar dan Alex tidak punya tenaga untuk terus menerus mengklarifikasi. Akhirnya Alex pasrah menerima cap itu sepanjang masa. Nakal. Atau yang paling bombastis:

"Si Cabul"

Alias Pervert.

Namun cerita smuggling narkoba yang dilakukan Maleek menyisakan rasa kagum yang tidak bisa dijadikan bahan banyolan layaknya cerita Alex. Saat itu Maleek sedang berusaha menyelamatkan keluarganya dengan mengorbankan jiwanya. Ia bisa mati kapan saja. Cuma keberuntungan semata ia bisa hidup sampai saat ini.

************************

Kembali ke Gjirocaster. Tahun-tahun kelam yang lalu.

Maleek membaca beberapa catatan dihadapannya. Padahal Ismael sudah berulang kali mengatakan jika jalur sutera Malaysia ke Indonesia adalah melalui Selat Malaka kemudian ke Dumai, Bengkalis, Pulau Rupat atau Batam. Namun Maleek tidak menghiraukannya. Ismael nampak kesal dan memaki dalam bahasa Rusia.

"Eta glupasc!" maki Ismael sambil menepuk jidatnya. Tolol sekali. Begitu katanya.

Zamalci! balas Maleek menyuruh Ismael tutup mulut sambil tetap memperhatikan gambar peta dihadapannya.

Ismael nampak terkejut Maleek mengerti umpatannya. Tanpa pikir panjang ia melompat kearah Maleek.

"Nyi shuci sa mnoy!" ujar Ismael sambil melompat kepunggung Maleek. Menyuruhnya Maleek berhenti mencandainya. Dengan gerakan kasar ia menarik kerah baju Maleek dan mengguncang-guncang leher Maleek. Semua orang terpingkal-pingkal.

Namun tidak lama. Dukagjin datang dan memisahkan mereka dengan sekali tarik. Ismael pun jatuh berdebam. Profesor itu menggerutu sambil membersihkan bajunya.

"What's wrong, brother?" ujar Ardjan yang sedari tadi hanya memperhatikan.

"Nothing. Just to ensure, that's all" jawab Maleek sambil tersenyum menenangkan Ardjan.

Namun kemudian Maleek menunjukkan sebuah peta kepulauan Indonesia. Jarinya menunjuk sebuah pulau terluar didekat Filipina.

"Miangas Island. Only 30 minutes from the Philipines"

"Yes we know that. But it's too far from the Golden Triangle" ujar Ardjan mengangkat bahu.

"...also we don't have the market there" lanjutnya.

Beberapa hari ini Maleek mempelajari karakter teman barunya. Ternyata Ismael dan Bogdan adalah sepupu asal Rusia. Selebihnya adalah teman dan saudara dari kecil yang kemudian tumbuh dan terinspirasi kesuksesan Alex Rudalj serta Xhevdet Lika. Ardjan sendiri adalah sepupu Plaurent Dobroshi. Seorang raja heroin Eropa yang sekarang dipenjara di Rutan Ullersmo Norwegia. Kemungkinan besar ia belajar banyak dan mendapat pasar dari saudaranya itu. Tapi Maleek tidak perduli. Ia hanya fokus menyelesaikan tugasnya demi uang untuk menyelamatkan keluarganya.

Tapi manusia hanya bisa berusaha.

Dua hari kemudian Maleek pun sudah berada dilaut Bengkalis menuju Pekanbaru. Bulan tersenyum malu dibalik awan. Angin berhembus kencang dimuka Maleek. Air laut nampak tidak bersahabat. Gelombang nampak tinggi. Tubuh Maleek menggigil. Ia hanya bisa pasrah.

Maleek menutup mata. Lidahnya terasa asin karena deburan air laut yang tidak berhenti menerjang wajahnya. Fatima yang menangis saat melepaskan dirinya di bandara masih teringat. Bayangan Dhayfa yag memeluknya erat masih menari dibenaknya.

"Maafkan ayahmu ini" tangis Maleek perlahan.

Air matanya tersapu ombak yang kembali menerpa wajahnya. Speedboat yang karam itu nampak hanya menyaksikan dari jauh.

Diam.

************************

Mustafa Amri adalah tekong asal desa Tengayun, Sungai Pakning, Bengkalis. Ia berpengalaman sebagai kapten kapal selama puluhan tahun. Ia sangat berpengalaman dalam hal menyebrangi Selat Malaka. Ombak besar dan angin kencang adalah makanan sehari-harinya.

Pagi itu Mustafa sedang bersiap untuk melakukan penyelamatan speedboat Melajoe Express yang karam tadi malam. Penyewa kapalnya adalah seorang Arab yang flamboyan bernama Ari Wibowo. Ia nampak khawatir. Menurutnya ada kerabatnya di kapal itu.

"Tiap akhir tahun memang iklimnya pancaroba. Mulai dari pesisir selatan Malaysia sampai utara Bengkalis. Tinggi ombak bisa mencapai 2 sampai 3 meter" ujar Mustafa mempersiapkan kapalnya.

"Kalau kami nak turun ke laut, wajib tengok angin. Kemungkinan dia main tancap gas saja.

"Full speed hantam ombak sampai terangkat lambung perahu bagian depan" lanjutnya lagi.

Ari menyimak dengan serius. Rambutnya yang coklat dan panjang sebahu nampak melambai tertiup angin.

Menurut Mustafa, semakin cepat kapal melaju maka semakin kuat ombaknya. Kapal tidak akan tahan. Apalagi speed boat tidak memiliki pompa air untuk membuang air laut yang masuk ke perahu. Dia menduga itu penyebab insiden karamnya Melajoe Express.

Mustafa memperkirakan lokasi speedboat itu belum jauh dari Selat Melaka. Iklim laut diperkirakan adalah Angin Muson Barat yang bertiup dari arah barat ke timur. Besar kemungkinan akan banyak mayat dan barang mengapung di Pesisir Pambang. Kesana tujuan mereka pagi ini.

"Satu sampai tiga hari pasti mayat akan mengambang" kata Mustafa. "Usus manusia akan menggelembung dan menjadi pelampung" ujarnya kembali. Ari bergidik.

"Kalau koper bagaimana? Pasti ada?" selidik Ari terdengar sangat khawatir. Mustafa mengerenyitkan keningnya. Koper?

"Kita lihat saja nanti" jawabnya sambil mengangkat bahu. Koper?? batinnya lagi. Tingkah penyewa kapalnya itu memang aneh. Tapi ia tidak perduli. Ia pun mengarahkan boat ke daerah Pesisir Pambang.

Tiga jam berlalu.

Tebakan Mustafa ternyata tepat. Pengambilan rutenya yang aneh berhasil menemukan sebuah speed boat bertuliskan Melajoe Express yang mengambang ditengah laut. Saya sering antar narkoba. Mereka biasa ambil jalan sini hindari polis aer. Ungkap Mustafa jujur menjawab pertanyaan Ari tentang rutenya yang aneh. Ari tersenyum lebar. Bangga akan pilihannya atas Mustafa.

Lihat itu! jerit Ari lantang. Menunjuk sesosok pria yang terapung-apung diatas pecahan lambung kapal. Mustafa segera menggerakkan kapalnya mendekati pecahan puing boat dihadapannya itu. Ari segera menjulurkan sebuah kayu panjang untuk menarik pria itu.

HELP!!! ujar pria yang ditarik itu. Lemah.

Tubuh pria itu berhasil ditarik ke geladak kapal. Matanya berputar liar ke sekeliling. Tiba-tiba ia duduk dengan wajah tegang. Matanya bergerak kesana kemari mencari sesuatu.

"Where's my suitcase???" bentaknya panik.

Koper itu adalah nyawanya. Haram kehilangan benda laknat itu. Koper itu didapatnya dari Mr. Bao Lin di Malaysia. Ia bilang koper tersebut sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga kokain yang terdapat didalam koper itu dapat digunakan 16.240 orang. Hanya saja para pengguna wajib mengekstraksi terlebih dahulu campuran kokain dan plastik yang telah dilebur menyerupai dinding koper itu.

Kehilangan koper seberat 5 kg itu berarti harus mengganti Rp.10 milyar. Mungkin lebih. Kepala pria langsung terasa berat. Bayangan kehilangan keluarganya kembali terbayang.

"Here"

Terdengar suara dibelakang pria itu sambil menunjuk koper hitam yang berada digenggamannya. Pria itu segera berdiri dan berusaha merampas koper itu.

"Hey hey heeeyyy...what the hell man! We're on the same team!" pekik Ari sambil mempertahankan koper dari cengkeraman tangan pria yang basah kuyup itu.

"Who are you?!"

"Wow man chill" jawab Ari santai.

"Follow me" kata Ari sambil merapihkan rambut.

Kemudian Ari berjalan masuk ke dalam speedboat Mustafa. Ia hanya tertawa melihat kebingungan pria yang setahunya bernama Maleek itu.

Such an amateur. Batinnya geli.

Mereka pun duduk begitu sampai di kursi penumpang. Mustafa memberikan baju ganti kepada Maleek yang tidak melepaskan genggamannya dari koper hitam itu. Ari masih tertawa. Kemudian ia bercerita bahwa sudah lima tahun ini ia menjadi penyelundup narkotika ke Jakarta. Bandarnya adalah Triad Hong Kong. Belakangan ia menerima order dari Ardjan, sepupu Plaurent Dobroshi, mantan kliennya yang sekarang dipenjara.

Maleek, menurut Ari, adalah kandidat penerus Ari yang akan pindah rute. Dan saat ini tugas Ari adalah mengajari Maleek akan pekerjaan barunya.

"You should start learning the language now" kedip Ari kearah Maleek.

"Yeah" senyum Maleek sekenanya. Ia sudah mulai tenang. Tapi ada aura Ari yang tidak disukainya.

"You'll love it. People here are amazing" cerocos Ari. Maleek kembali tersenyum sopan.

"...and the galzzzz....." cubit Ari sambil bersiul panjang.

"Hey man come on" ujar Maleek sambil menghindar.

Pria disampingnya ini benar-benar banyak omong. Ingin rasanya menonjok hidungnya yang terlalu mancung. Batin Maleek kesal. Namun ia mencoba tidak perduli.

Ari kemudian bercerita bahwa ia juga pelarian perang dari Irak. Nama aslinya Abu Daud. Nasib membawanya ke Jakarta dan berkenalan dengan dunia hitam.

"I go with two names here, you know" kerling Ari.

Maleek tidak peduli. Ia tetap menyantap makanannya. Namun tampaknya Ari alias Abu Daud sangat antusias. Ia terus menatap Maleek berharap ditanya.

"Oh yeah. What?" tanya Maleek dengan malas.

"Ari Wibowo"

Maleek mengangguk pelan sambil terus menghirup sup kacang merah. Ia kembali menunduk. Namun sudut matanya menangkap hal yang lain. Ternyata Ari masih menatapnya. Berharap ditanya kembali nama berikutnya. Alisnya bergerak naik turun. Bibir bawahnya digigit sedikit. Membuat Maleek tidak punya pilihan lain. Maleek pun mendesah lelah.

"Ok...aaand???" ujar Maleek memutar matanya keatas.

"Primus Yustisio" ujar Ari tersenyum memamerkan giginya yang putih dan rapi.

Maleek tidak perduli. Ia terus menghirup sup kacang merahnya itu. Meninggalkan Ari alias Primus yang sibuk merapikan rambutnya dari hembusan angin.