Bagian 16 : Tak apa

Pukul 13.00 tiba, saat yang ditunggu-tunggu pun sekaligus tiba.

Semua peserta lomba, bersiap-siap di belakang panggung menunggu panggilan kemenangannya.

Dari semua juara kecuali juara 1, tak ada yang menyebutkan 'Pandawa Band'. Sampai pada puncak yang ditunggu-tunggu, hal yang tak disangka pun terjadi.

"Juara 1, Pandawa Band" ucap kedua host bersamaan, disusul dengan tepuk tangan yang masih setia menonton hingga di penghujung acara.

Levi dan teman-temannya berteriak, berpelukan, dan langsung berlari ke atas panggung. Kecuali, Raksa.

Beberapa juri pun memuji penampilan dari 'Pandawa Band', sampai dimana satu juri mencari bassist band tersebut. Siapa lagi kalau bukan Raksa. Juri itu, memuji penampilan Raksa. Bahkan, Ia berkata "Nilai saya beri tinggi, karena pemain bassnya berhasil menarik hati saya" ucapnya pada penonton.

Levi terpaksa harus mengarang alasan bahwa Raksa pulang lebih dahulu karena ada acara penting.

Acara selesai, dan mereka pun bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.

-

Dari lantai empat, Raksa duduk di depan toko baju sambil menundukkan kepalanya. Matanya tak terfokus pada apapun, tapi telinganya menangkap suara pembawa acara lomba yang Ia dan Levi ikuti. Setelah host menutup acaranya, Raksa pergi untuk membeli minuman.

"Sa!" panggil laki-laki dari belakang.

Raksa membiarkannya, tak menjawabnya. Bahkan, Ia tak peduli siapa yang memanggilnya.

"Beliin gue juga dong, uang gue ketinggalan" katanya yang sudah berada di sebelah Raksa. Laki-laki itu adalah Nafta, yang kembali lagi ke mall setelah berpura-pura pulang dengan Brandy dan yang lainnya.

"Tambah satu" ucapnya kepada pelayan yang sedang membuat minuman Raksa.

-

Setelah mendapatkannya, Raksa membayarnya dan pergi ke tempat duduk sebelumnya.

"Makasih Sa" ucap Nafta, lalu menyedot minuman boba yang ada di dalam minuman miliknya.

"Lo gak mau pulang?" tanya Nafta, menoleh ke arah Raksa.

"Nanti" jawab Raksa.

"Sa!" panggil seseorang dari kejauhan, disusul dengan larian kecil oleh orang tersebut.

"Oke pulang sekarang" ucap Raksa, lalu berdiri dan berjalan cepat menuju parkiran.

Seseorang yang memang Ia hindari saat itu, Raksa sama sekali tak mau menemuinya. Melihatnya, pun ogah.

Raksa, lalu berjalan cepat menuju parkiran. Nafta yang masih di tempat, hanya mencegah Levi.

"Gak usah Vi, biarin aja Raksa sendiri dulu. Semakin lo bujuk-bujuk dia, dia semakin sebel sama lo. Pulang aja kagak apa oke, gue mau nyusul Raksa. Btw CONGRATS lombanya!" ucap Nafta, sambil berlari menyusul Raksa.

-

"Gimana tadi menang?" tanya Melvin, yang sedang bercengkerama dengan teman-teman kampusnya di ruang tamu.

"Gak tau" jawab Raksa, lalu pergi meninggalkannya.

"Eh jangan lupa mandi lo" kata Melvin, memperingatkan.

"Iye" jawab Raksa.

Setelah mandi dan makan, Raksa langsung pergi ke kamarnya lalu membuka handphone. Seperti biasa yang Ia lihat adalah notifikasi dari grup. Sampai Raksa menggeser chatnya ke bawah, Ia menemukan Lavina dengan 5 pesan belum dibaca. Raksa pun langsung membukanya.

"Sa.

Es susu oreo yang dibawa Titan, lo tumpahin kalo lo tadi gak sadar.

Setelah lo pergi, Titan nangisin lo. Gue gaktau dia nangisin lo apa nangisin susu oreonya.

Tapi dia juga bertanya-tanya, apa lo berubah sepenuhnya sama dia.

Terserah lo gimana, minta maaf mungkin bisa membuat semuanya lebih baik"

Raksa hanya membacanya, Ia tak memberi balasan apa-apa pada Lavina. Lavina pun sepertinya juga sudah terbiasa dengan sifat Raksa, yang hanya suka membaca chat dari orang-orang.

Sebelum tidur, Raksa sempat memainkan satu lagu dengan keyboardnya.

Broken - Anson Seabra

Tak hanya memainkan not-not dalam keyboardnya, tapi Ia juga menyanyikannya.

"... Am I broken?

Am I flawed? ..."

Raksa menangis, saat Ia menyanyikan bagian reffnya. Raksa sendiri tak mengerti jelas, untuk apa tangisannya? Untuk siapa tangisannya? Hanya tiba-tiba, dan air matanya menetes.

Berkali-kali Raksa juga menyebutkan kalimat, "tak apa untuk tak baik-baik saja".

-

Selamat menunggu

-Raksa