Part 7

Pagi ini jendela Hiro dibiarkan terbuka sehingga seekor gagak dapat terbang masuk ke kamarnya dan hinggap di atas lemari Hiro.

Seperti biasa ibu Hiro selalu saja meletakkan dan merapikan baju-baju Kenzo yang baru saja di cuci di lemarinya, tetapi dia tidak pernah meletakkan dan merapikan baju-baju Hiro di lemarinya.

"Hiro! Rapikan bajunya! Di usia seperti ini saja, dia tidak peduli padaku, apalagi jika dia sudah besar nanti. Cih! Tidak ada yang peduli padaku ataupun yang kulakukan untuk mereka setiap harinya." Kata ibunya sambil melemparkan baju-bajunya ke wajah Hiro.

"Tidak ada yang peduli kepada orang-orang sepertiku, tetapi orang-orang seperti mereka selalu minta dipedulikan. Apakah hanya aku, atau dunia semakin kejam setiap harinya? Kurasa dunia makin kejam setiap harinya." Gumam Hiro sambil menuju ke kamarnya untuk menata baju-bajunya.Hiro sama sekali tidak menyadari seekor gagak itu daritadi hinggap di atas lemarinya karena sibuk berkata pada dirinya sendiri.

"Anak kita tidak ada yang berguna selain Kenzo. Lihat anakmu itu, tidak pernah mau membantu orangtuanya seperti anak orang lain yang selalu rajin membantu orang tuanya. Anakmu selalu cuek dan sibuk dengan ponselnya. Dia menjadi suka marah karena ponsel bodohnya itu." Kata ibunya kepada ayahnya.

"Dia mau aku belajar setiap hari tanpa henti, rajin membantu mereka, bersikap ramah dan bahagia seolah tak ada yang terjadi padaku? Tapi maaf, aku tak bisa menjadi orang lain yang bukan bagian dari diriku. Orang tuaku membuatku gila, semakin harinya. Masalahnya bukan ponselnya, tetapi masalahnya ada di diri mereka, tapi mereka selalu menyalahkan yang lain. Mereka merasa diri mereka benar, dan tidak mau disalahkan." Gumam Hiro yang masih merapikan bajunya. Sedangkan ibunya terus-terusan mengomel kepada aayahnya soal Hiro.

"Mereka selalu menyalahkan yang lainnya atas apa yang terjadi denganku, seperti menyalahkan teman-temanku, ponselku, pengaruh orang lain, dan apa yang aku gambar. Aku bosan dengan perasaan seperti aku terjebak dalam pikiranku. Aku bosan dengan perasaan seperti aku terbungkus dalam kebohongan. Aku bosan dengan perasaan seperti hidupku adalah permainan sialan. Aku benar-benar ingin mati di malam hari. Hanya waktu yang ada dalam pikiranku, saat aku sendirian, suara-suara itu mengatakan bahwa aku harus membunuh diriku untuk menghentikan rasa sakit ini." Gumam Hiro

"Asal tahu saja, saat sibuk dengan ponselku, aku tidak bermain game ataupun sibuk di media social seperti anak-anak lainnya tetapi aku sibuk menulis sebuah cerita. Aku bukan malas, tapi aku hanya lbih suka mengerjakan urusanku sendiri, aku malas dengan kebusukan kalian, aku lebih suka mengerjakan pekerjaanku sendiri daripada pekerjaan kalian yang tidak ada gunanya, buang-buang waktu, dan hanya menghasilkan kerugian bagiku. Mungkin aku bisa mendapatkan uang dan bekerja sendiri nantinya, dan sukses tanpa kalian. Aku sibuk mencariku karirku sendiri, bukan sibuk untuk mengurusi karirmu. Ketika aku sibuk dengan membangun karirku, kalian selalu saja sibuk menghakimiku, dan menghujatku padahal kalian tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan. Aku tidak peduli kau memberikan kue buatanmu atau tidak padaku, karena aku memang tak berharap kau memberikannya. Aku selalu melakukan apapun untuk membuat kalian bangga, hanya saja kalian tak pernah melihat aku berusaha. Kalian selalu meminta lebih dan lebih, kalian tidak pernah puas. Kalian serakah. Senyuman busukmu mengingatkanku pada kebencianku, kepura-puraaan kalian membuatku muak. " Kata Hiro pada dirinya sendiri.

Dia orang yang sok religious dan selalu saja berbicara omong kosong soal dosa, tetapi dirinya sendiri selalu menghakimiku seakan-akan dia tidak melihat dosanya sendiri. Batin Hiro sambil keluar dari kamarnya, dan turun dari tangga untuk pergi ke ruang tamu. Bersamaan dengan gagak itu yang langsung keluar dari kamar Hiro lewat jendela terbuka dan berpindah hinggap ke pohon yang berada di dekat rumah Hiro.

Pernah suatu kali ada seorang anak kelas 8 bunuh diri karena depresi, dia selalu saja menuliskan sesuatu tentang tekanan yang Ia dapat di media sosialnya, dia tertekan denan banyaknya tugas, dia tertekan karena ia kesepian, dan taka da yang mau memberi ia bantuan. Sedangkan orangtuanya sibuk bekerja, dan saat ibunya melihat apa yang ia tulis di media sosialnya, ibunya menganggap itu adalah lelucon dan bualan, dan dia juga suka menonton film horror. Banyak yang engaitkan bahwa anak itu bunuh diri karena terinspirasi film horror padahal menurutku dia hanya ingin rasa sakitnya selesai, dia ingin penderitaanya berakhir, dia lelah dengan semuanya, karena itu dia ingin mengakhiri hidupnya, jadi menurutku bunuh dirinya sama sekali tak ada kaitannya dengan film horror, namun masih banyak orang tua yang berfikiran sempit bahwa anak itu dirasuki iblis dari film horror yang Ia tonton. Menurutku pendapat mereka sama sekali tak masuk aka, dan inilah yang menjadi salah satu contoh kenapa seorang anak malas menceritakan masalahnya kepada orangtuanya, orang tua terkadang tidak menganggapnya masalah serius, orangtua juga malah marah ketika menceritakan masalah kita atau bahkan menganggap kita sebagai anak kurang, dll.  Apalagi jika aku menceritakan masalahku pada orangtuaku, masalah adalah mereka sendiri, mereka terlalu membuatku tertekan dan terluka, dan jika aku membicarakannya kepada mereka yang pasti mereka menyiksaku, Jadi itulah aku malas dengan orang tuaku.

"Mungkin Hiro punya masalah yang ibu tidak mengerti." Kata Kenzo

"Kau pikir ibu tidak ada masalah? Pekerjaan dan saingan ibu makin bertambah!  Jadi semua itu harus disyukuri.  Semuanya akan didapat dan masalahnya terselesaikan jika berdoa dengan Tuhan."

Cih! Apa yang harus aku syukuri? Aku lebih memilih tidak punya orang tua, karena tidak ada lagi yang menghakimiku. Dulu, aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku punya orang tua yang tidak pernah menghakimiku, memukulku, aku ingin punya orang tua yang tidak pilih kasih, menerimaku apa adanya, mengakui bakatku, dan menyayangiku, tetapi semuanya tetap sama saja sampai aku berhenti berdoa kepada Tuhan, sekarang pun aku meragukan bahwa apakah Tuhan benar-benar sungguh ada? Sekarang pun mati atau hidup pun aku tak peduli.

Dia selalu saja memaksa segala  sesuatu yang tidak kusukai dan kubenci. Aku semakin muak dengannya, dan berharap mereka mati saja. Aku lebih baik jadi anak yatim piatu daripada punya orang tua seperti mereka. Aku sangat membenci mereka. Dia selalu saja memaksaku untuk mendapatkan nilai bagus di semua mata pelajaran yang tidak kusukai. Dia bahkan memaksaku les biola. Padahal aku benci memainkan alat music itu. Aku lebih suka bermain piano daripada biola tetapi dia bahkan tak mau mendengarkannya. Hal baik yang terjadi saat aku pindah kesini adalah, aku akhirnya tidak perlu les ini dan itu. Hidup disini membuat hidupku lebih damai, hanya saja aku masih merindukan Kai, Travis, Han, dan Sharon.

"Hiro cepat makan makananmu!" Bentak ibunya

Aku tidak lapar. Aku kenyang.

Tidak! Kau harus makan! Kalau tidak kau tidak boleh pergi keluar rumah!

Bukankah sudah jelas aku sudah bilang aku tidak lapar, aku sudah kenyang?! Aku sedang tidak ada nafsu makan. Perutku sedang tidak enak. Dia malah memaksaku makan. Aku sangat membencinya. Ditambah lagi dia menyuruhku makan makanan yang tidak kusukai. Masakannya lebih cocok di buang di tempat sampah. Batin Hiro sambil menghembuskan nafas panjang dan membawa sepiring plastik nasi dan udang ke kamarnya.

Hiro pun langsung segan makan makanan itu, tapi pada akhirnya Ia pun memakannya, tetapi baru saja Ia memakan tiga sendok, perutnya langsung tidak enak, dan dengan cepat Hiro pergi ke kamar mandi, dan muntah di klosetnya.

"Bajingan! Ini gara-gara wanita jalang itu memaksaku untuk makan padahal perutku sedang tidak enak." Kata Hiro sambil menekan tombol flush pada klosetnya.

"Sisa makanan ini harus kuapakan?"

Klontang!

Bunyi tempat sampah yang terjatuh dari luar rumahnya terdengar jelas di kamar Hiro. Dengan cepat hiro langsung pergi ke arah jendela kamar karena mengira itu adalah rakuaan yang sedang mencari makanan. Tetapi ternyata tidak, ternyata itu adalah anjing dan kucing berwarna hitam, bermata kuning menyala yang sedang menjatuhkan tong sampah mereka, tetapi ketika mereka menyadari Hiro sedang melihat mereka dari luar jendela, mereka langsung berlari ke arah hutan. Hiro dengan cepat membawa sepiring makanannya dan melompat keluar dari jendela kamar dan mengejar mereka.

Tak lama kemudian Hiro pun menemukan anjing dan kucing berwarna hitam tadi, namun tubuh mereka lengket karena terkena cairan hitam yang ada di depan Hiro. Ketika mereka menoleh, mana mereka benar-benar kuing menyala. Ditambah lagi suasana hutan yang lumayan sedikit berkabut dan hawa dingin benar-benar sedikit membuat Hiro takut bertemu wendigo lagi.

Hiro pun meletakkan makanannya di dekat mereka, anjing itu langsung mengendusnya dan memakannya sampai habis, sedang sang kucing hanya menatap Hiro.

"Tubuh kalian kotor, sebaiknya kalian kubawa pulang untuk kubersihkan." Kata Hiro sambil mengelus mereka dan menggendong kucing hitam tersebut.

Sedangkan anjing hitam besar itu langsung mengikuti Hiro. Namun baru saja Hiro kembali dengan membawa kucing hitam itu menuju halaman rumahnya, namun Ia mendapati ayahnya sedang berdiri di halaman rumahnya persis di dekat mobilnya sambil menelfon seseorang yang kelihatannya sangat penting. Hal itu lantas membuat Hiro melepaskan kucing yang berada di tangannya dan bersembunyi di balik pohon. Jelas saja, ayah dan ibunya akan membunuhnya jika mereka mleihat Hiro keluar tanpa pamit, dan selama ini mereka tidak mengijinkannya memegang kedua hewan tersebut, apalagi jika hewan itu Ia temukan di jalanan.

"Dimana Hiro?"

"Di kamarnya, mungkin sedag tidur seperti biasanya. Benar-benar anak yang pemalas." Kata ibunya sambil menuju ke mobil ayah Hiro.

"Ini salahmu tidak mendidiknya dengan baik!"

"Itu bukan tanggung jawabku, itu adalah tanggung jawabmu!"

"Tanggung jawabku adalah bekerja! Kau seharusnya di rumah saja mengurus anak sialan itu!"

"Aku lebih baik bekerja daripada aku harus bersama anak sialan itu!"  Bentak ibunya sambil masuk ke dalam mobil ayah Hiro.

"Seharusnya kita hanya punya Kenzo saja, dia seharusnya tak pernah dilahirkan!" Bentak ayahnya sambil masuk ke mobil dan melaju pergi.

Setelah mobil mereka sudah melaju jauh dan tak terihat lagi, Hiro dengan cepat keluar dari tempat persembunyiannya dan mencari kedua hewan tadi, namun mereka sama sekali tidak ada disana, mereka menghilang. Setelah itu Ia tak sengaja melihat seekor gagak terbang menjauh.

Padahal aku yakin tadi mereka berada tepat didekatku, dan lagi-lagi aku seakan-akan diawasi oleh gagak. Batin Hiro sambill dengan cepat Ia memanjat naik ke pohon di dekat rumahnya, kemudian melompat ke jendela kamarnya. Setelah itu Ia membuka jendela kamarnya dan masuk ke dalam kamarnya. Baru saja dia masuk ke dalam kamarnya, Ia mencium bau rokok.

Siapa yang merokok di kamarku? Kenzo? Tidak mungkin, dia terlalu naïf untuk merokok. Batin Hiro sambil mendekat ke arah lemari, sumber dari bau rokok itu berasal.

Hiro pun membukanya dan betapa terkejutnya dia menemukan Zane sedang merokok disana.

"Apa kau gila?! Apa yang kau lakukan disini?! Orang tuaku akan membunuhku jika dia melihatmu berada  di kamarku sambil merokok!"

"Santailah mereka sudah tidak ada disini. Kau baik-baik saja? Kau terlihat pucat, bung." Kata Zane

"Aku sakit, tapi ini bukan sakit parah. Tidak perlu khawatir."

Zane langsung meletakkan tangannya tepat di dahi Hiro untuk mengecek suhunya.

"Suhumu panas. Dan kau bilang aku tak perlu khawatir?  Minumlah obat ini, dan beristirahatlah. Kau ini sudah seperti adikku sendiri jadi jika sesuatu terjadi padamu, maka  semuanya akan menjadi salahku. Karena aku merasa kau adalah tanggung jawabku." Kata Zane sambil memberikan sebotol pil berisi obat kepada Hiro.

"Kau selalu membawa obat kemana pun kau pergi?" Tanya Hiro

"Ya, untuk berjaga-jaga. Aku tidak boleh sampai sakit-sakitan selama aku kerja, atau aku akan kehilangan pekerjaanku. Aku juga tidak mau membuat pacarku khawatir ataupun kecewa padaku."  Kata Zane

"Kau punya pacar? Siapa namanya?"

"Kau tidak tahu tentang itu?"

"Aku tidak punya social media atau semacamnya. Aku juga tak menghabiskan waktu di dalam social media."

"Audrina Stanford."

"Penyanyi terkenal yang berasal dari Florida itu?"

"Yup! Sekali-sekali, ceklah social media. Jika tidak kau akan ketinggalan jaman." Canda Zane

"Tapi bagaimana kau bisa disini?" Tanya Hiro

"Tadinya aku kesini untuk mengajakmu memancing di danau Hollow Lake. Jadi aku berjalan ke rumahmu, dan melempar kerikil ke jendelamu agar kau keluar. Tapi kau sama sekali tidak keluar dari jendela. Aku pikir kau tertidur pulas atau keasikan mendengarkan music sampai kau tidak mendengar suara benturan krikil yang kulempar ke jendela kamarmu. Jadi aku memanjat pohon dan naik ke kamarmu, lalu aku masuk ke dalam tapi kau tidak ada. Jadi aku bersembunyi di lemari untuk menunggumu sambil merokok." Kata Zane

"Apa tujuanmu memancing? Apakah kau akan memakan ikan hasil buruan kita jika dapat?" Tanya Hiro

"Phillip butuh sesuatu yang baru di aquariumnya." Kata Zane

"Aku akan ikut."

"Bukannya orang tuamu nanti kembali? Lagipula kau kan sedang sakit?" Tanya Zane

"Mereka akan keluar kota selama beberapa hari. Sedangkan Kenzo tidak akan di rumah selama beberapa hari karena sedang bekerja membuat progam baru atau apapun itu." Kata Hiro

"Kupikir Kenzo akan kuliah?"

"Dia juga bersikeras bekerja yang berhubungan dengan progam dan computer." Kata Hiro

"Kau sakit, kau tak bisa ikut aku."

"Bagaimana kalau besok?" Tanya Hiro

"Besok aku harus pergi ke Hollywood." Kata Zane

"Kalau begitu kesempatan kita hanya sekarang." Kata Hiro sambil meminum obat yang diberi Zane.

"Aku akan baik-baik saja, aku sudah minum obat." Kata Hiro

"Uggghh… jangan merengek lagi. Aku akan membawamu kesana." Kata Zane

***

Malam pun tiba, mereka sudah berada di atas speedboat Zane di tengah danau sambil menunggu umpan dari pancing mereka dimakan.

"Zane, apa kau selalu berkeliaran sendiri saat malam di kota kecil ini? Maksudku apakah kau tidak takut?" Tanya Hiro

"Usiaku sudah 20 tahun dan untuk apa aku takut? Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tapi aku hanya berkeliaran disini saat aku ingin saja."

"Daerah disini sangat sepi, kenapa aku tidak pernah melihat anak-anak yang bahkan seusiaku berkeliaran saat matahari terbenam?"

"Sudah kubilang itu karena gang Caesar. Mereka takut pada gang Caesar."

"Apa alasan lain dari ketidakdekatanmu dengan para warga disini? Padahal kau lahir disini dan besar disini?" Tanya Hiro

"Karena mereka suka menghakimi, mereka mengambil keputusan tanpa berfikir panjang, mereka hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar, mereka paranoid, mereka selalu mengaitkan sesuatu dengan iblis dan hal-hal mistis lainnya, orang-orang di Hollow Lavador akan dengan mudah menuduh seseorang sebagai iblis ataupun roh jahat hanya karena orang tersebut tidak bergaul dengan supel pada warga lainnya, mereka juga mudah membenci orang hanya karena mereka melakukan suatu kesalahan, mereka orang-orang barbar dan tidak jelas. Karena itu aku tidak ingin terlalu bergaul dengan mereka karena aku tidak mau melakukan kesalahan yang nantinya menyebabkan diriku berada di dalam masalah. Aku juga memberitahumu tentang hal ini, agar kau tidak perlu terlalu dekat ataupun bergaul dengan mereka." Kata Zane

"Apa kau tahu dimana ujung danau ini?" Tanya Hiro

"Berasal dari kastil keluarga Agravain dan berakhir di hutan Lavador yang sangat luas."

"Kastil yang berada di bukit itu milik keluarga Agravain? Apakah mereka masih hidup dan tinggal disini?" Tanya Hiro

"Mereka hilang tanpa jejak selama berabad-abad seperti ditelan bumi, tak ada yang melihat salah satu dari mereka sampai sekarang tapi salah satu keturunan mereka jelas masih hidup karena mereka tetap saja membayar pajak tanah mereka." Kata Zane

"Kenapa mereka tiba-tiba menghilang?" Tanya Hiro

"Akan kuceritakan saat malam Halloween." Kata Zane sambil tersenyum

"Kenapa danau ini disebut Hollow Lake?"

"Kurasa mereka menamainya dari mengambil nama kota ini, Hollow Lavador. Tapi warga disini bilang bahwa danau ini berhantu, Karena itu mereka manamainya Hollow Lake. Tapi yang kutahu semuanya omong kosong karena aku sama sekali tidak melihat hantu disini." Kata Zane

"Apa kau pernah melihat hantu atau makhluk mistis?" Tanya Hiro

"Hanya sekali. Saat itu malam musim dingin menjelang di Hollow Lavador saat usiaku 9 tahun. Malam disertai salju, kuhabiskan untuk pergi duduk di bangku dekat hutan Lavador. Tak lama kemudian saat aku duduk di sana, aku mendengar suara semak-semak berbunyi di tengah hutan itu. Aku pikir yang keluar dari semak-semak itu adalah kelinci-kelinci. Jadi kudekati semak-semak besar itu. Tiba-tiba saja monster dengan tanduk rusa besar bermata tiga dengan mulut berdarah dan gigi yang tajam melompat muncul di depanku, aku langsung berlari keluar dari hutan untuk pulang ke rumah, namun aku tersandung dahan kayu saat di taman kemudian aku terjatuh. Setelah itu semuanya menjadi hitam. Hari itu adalah hari terburuk yang pernah aku alami." Kata Zane

Deg!

"Apa kau tidak pernah menceritakannya kepada orangtuamu?" Tanya Hiro

"Tidak, karena aku tidak pernah sempat menceritakannya. Lagipula krampus sialan itu tidak pernah kutemui lagi, aku pun juga tidak pernah bertemu makhluk gaib ataupun yang lainnya. Bahkan sampai sekarang pun aku bahkan mengira krampus yang kulihat itu adalah bagian dari imajinasiku atau ilusiku karena terlalu takut." Kata Zane

Tidak sempat? Apa maksudnya? Ilusi karena takut? Apa yang dia takutkan? Tanya Hiro dalam hati

Tak lama setelah itu Hiro merasakan kailnya ditarik.

"Zane aku butuh bantuanmu disini. Aku rasa aku mendapatkan sesuatu." Kata Hiro sambil menarik tali pancingannya dengan memutarnya. Zane dengan cepat meletakkan pancingannya dan mengambil alih alat pancingan Hiro.

"Aku akan mengurus milikmu. Kau urus milikku." Kata Zane sambil sibuk dengan hasil yang Hiro dapat.

Hiro pun dengan cepat mengambil alat pancing Zane dan tak lama kemudian merasakan tali pancingannya ditarik, Hiro pun menariknya juga, dan Hiro sedang berusaha menariknya namun Ia seakan-akan ditarik oleh sesuatu hingga tercebur ke dalam danau. Zane yang baru saja selesai meletakkan hasil tangkapannya di dalam kotak gabus langsung terkejut ketika melihat Hiro tercebur. Sementara Hiro terus ditarik ke dalam oleh para mayat hidup dengan wajah mengerikan dengan cakar yang tajam yang melukai kaki dan tangan Hiro. Mereka membawa dan menarik Hiro ke dalam sebuah kotak kayu. Namun dengan cepat sesuatu yang lain menarik Hiro kembali ke permukaan danau yang tak lain adalah Zane yang membawa Hiro sambil berenang menuju speadboatnya. Tak lama kemudian Zane langsung menaikkan Hiro ke speadboatnya, setalh itu disusul oleh dirinya yang ikut naik ke dalam speadboatnya.

Lalu Zane dengan cepat memompa dada Hiro berkali-kali agar airnya keluar dari dalam mulutnya.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk! UhuK! Mereka menarikku! Para mayat hidup itu!" Kata Hiro sambil kembali bernafas

"Itu hanya ikan besar atau mungkin piranha, atau mungkin buaya atau mungkin hewan danau lainnya yang berbahaya. Dan kakimu terikat dengan sesuatu di danau. Seharusnya kita tidak perlu membahas hal-hal mistis saat malam dimana kau sedang demam tinggi. Aku seharusnya tidak mengajakmu kesini." Kata Zane dengan nada sedikit marah.

"Tapi aku benar-benar melihatnya!"

"Hentikan omong kosongmu! Di dalam sana aku sama sekali tak melihat mayat karena semuanya gelap kau tahu? Mungkin kau hanya berhalusinasi karena demammu bertambah tinggi! Sudahlah sebaiknya kita pulang." Kata Zane sambil melajukan speadboatnya bersamaan dengan seekor gagak yang daritadi sudah bertengger di pohon yang seakan-akan mengawasi mereka.

"Maaf."

Seumur hidup aku tak pernah melihatnya semarah dan sekhawatir ini. Kurasa Zane benar, aku hanya berhalusinasi karena demamku tinggi.

***

Beberapa puluh menit pun berlalu, kini Hiro sudah berada di rumah Zane, luka-luka Hiro pun sudah diobati dan diperban oleh Zane. Hasil tangkapan yang Zane dapatkan ternyata adalah ikan hiu gergaji, Zane bahkan sudah meletakkannya pula di aquarium milik Phillip. Sedangkan Zane sama sekali belum mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya sampai sekarang.

Saat ini Hiro sedang duduk di taman rumah milik Zane sambil sibuk dengan pikirkannya sendiri.

"Maaf aku membentakmu. Aku sangat khawatir jika aku kehilanganmu. Maksudku, aku adalah anak tunggal dan kau sudah seperti adikku sediri. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan jika aku kehilanganmu saat itu." Kata Zane yang tiba-tiba duduk di depan Hiro

"Tidak apa-apa itu kesalahanku. Aku minta maaf."

"Aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak menjagamu dengan baik." Kata Zane

Tiba-tiba ponsel Zane bordering dan lantas membuat Zane mengambil ponselnya dan mengangkatnya sambil melangkah pergi.

"Aku akan segera kembali." Kata Zane sambil melangkah lebih jauh.

Tiba-tiba seekor burung gagak terbang tepat di depan wajah Hiro, dan hinggap di ranting-ranting pohon disebelah Hiro yang membuatnya tak sengaja menoleh ke arah pohon disebelahnya dan melihat tulisan yang membuat Hiro terkejut.

Dia berbohong. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia takut reputasinya hancur. Dia takut dihukum di penjara selama bertahun tahun. Dia takut kekasihnya meninggalkannya karena itu. Dia takut bahwa orang orang akan membencinya. Dia takut kehilangan pekerjaannya dan karirnya.

"Omong kosong apalagi ini? Berhentilah menggangguku! Zane bukanlah orang yang seperti itu!" Kata Hiro sambil masuk ke dalam rumah Zane untuk tidur. Namun saat tidur pun Ia tidak tenang, Hiro mengalami mimpi yang buruk lagi.