Setelah melewati beberapa minggu yang buruk dengan kematian Louise. Zane, Hiro, Miles, Daniel, dan Rocky memutuskan untuk makan ke restoran china, bukannya bermaksud untuk bersenang-senang atau apa. Tapi, mereka pikir itu adalah ide yang bagus untuk memikirkan rencana mereka di tempat umum yang banyak orangnya, mereka fikir mereka tidak akan melihat hal-hal menyeramkan jika berada di keramaian.
Zane dan Hiro kini sudah sampai ke restoran china tersebut dan orang yang pertama mereka temukan sedang duduk di restoran itu adalah Miles.
"Zane! Hiro! Kalian seharusnya tidak pergi meninggalkan kami tanpa bilang-bilang untuk pergi ke pemakaman, dan meghilang hampir seminggu lamanya, bisa saja sesuatu terjadi pada kalian."
"Untungnya tak ada yang terjadi pada kita." Kata Zane
"Dimana yang lain?" Tanya Hiro
"Mereka tak jauh dari sini, Daniel masih mencari udara segar. Sedangkan Rocky…" Kata Miles sambil menunjuk ke arah Rocky yang tak jauh dari mereka.
"Jangan campurkan udang dan telur dimakananku karena aku alergi pada kedua makanan itu." Kata Rocky yang berbicara pada pelayan di kejauhan. Setelah itu, Rocky langsung menghampiri Zane dan duduk di salah satu bangku disana.
Daniel sedang duduk di luar sambil menghisap rokoknya. Tiba-tiba Ia melihat sosok dari kejauhan. Setelah dilihat dengan jelas, sosok itu tak memiliki kepala. Ia masih tak berani menatap ke belakang.
Jantungnya mulai berdebar, setelah Ia merasakan seperti kehadiran orang lain di belakangnya.
"HA!" Teriak Rocky mengejutkan Daniel dari belakang.
"Berengsek!" Umpat Daniel sambil melemparkan korek apinya hingga mengenai kepala Rocky.
"Hei! Seharusnya kau berterimakasih kepadaku, jika kau terus melamun bagaimana jika kau mulai bertingkah seperti pembunuh lagi?" Balas Rocky sambil merangkul sahabatnya itu, dan melangkah menuju ke dalam restoran.
"Terserah, aku membencimu Rocky." Kata Daniel sambil memutar bola matanya.
"Memang apa yang kau lihat di arah taman, kuperhatikan kau terus memandangi taman gelap yang tak jauh darisini?" Tanya Rocky
"Tidak ada, hanya saja taman itu mengingatkanku pada sesuatu." Kata Daniel
Rocky langsung memukul gong di dekatnya hingga mengejutkan para sahabatnya yang lain yang sedang berbincang di salah satu meja bundar.
"Rapat secara resmi dimulai!" Kata Rocky sambil duduk di meja tersebut.
"Kau memang bedebah." Gumam Miles
Mereka semua bersulang dan langsung minum whiskey dari gelas mereka.
"Tunggu, Daniel, kau sudah menikah?" Tanya Rocky sambil tertawa.
"Ya, memang apa lucunya, sialan?" Balas Daniel
"Kau suka wanita? Aku kira kau gay?" Kata Rocky sambil tertawa
"Berengsek kau, Rocky." Umpat Daniel
"Bagaimana denganmu mulut sampah? Kau sudah menikah?" Tanya Zane sambil tertawa.
"Mustahil Rocky menikah." Kata Miles sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tidak, aku sudah menikah." Kata Rocky
"Rocky, aku tak percaya." Kata Miles
"Kapan?" Tanya Zane dengan raut wajah tak percaya.
"Kau tak mendengarnya?" Tanya Rocky
"Tidak." Ucap Miles
"Aku dan ibumu sudah menikah dan sangat bahagia saat ini." Kata Rocky sambil tertawa terbahak-bahak yang langsung membuat yang lainnya langsung tertawa, terutama Zane yang baru saja meminum botol beernya tersedak karena tertawa.
"Fuck you!" Umpat Miles sambil menunjukkan jari tengahnya kepada Rocky.
"Dia sangat manis. Dia memelukku dan berbisik… Rocky kau sangat tampan…" Kata Rocky sambil mempraktekkannya yang makin membuat yang lainnya tertawa.
"Sialan kau Rocky!" Kata Miles yang kesal namun tetap tertawa sambil melemparkan serbet makan ke wajah Rocky.
"Tunggu, mari kita bicarakan si bicarakan si kurus Zane yang diam-diam memiliki otot." Kata Rocky
"Baiklah-baiklah. Aku makin menambah pola makanku dan berolah raga. Ada film mendatang, dan beberapa bulan lagi aku akan main di dalam film itu, mereka bilang aku harus menambah ototku, jadi kulakukan." Kata Zane
"Wohohoho! Aku yakin pacarmu makin jatuh cinta padamu!" Kata Rocky
"Jangan ganggu dia, kau membuatnya malu, bung!" Kata Miles
"Sudahi bercandanya, Phillip datang atau tidak?" Tanya Hiro
"Dia tidak akan datang." Jawab Zane
"Mengapa Phillip mau menyelamatkanmu? Mengapa Phillip masih berusaha menyelamatkan kita dan melawan pengaruh anehnya?" Tanya Hiro
"Entahlah, mungkin karena kita semua berarti untuknya?" Kata Zane
"Ini aneh. Aku melupakan orang-orang yang seharusnya tak kulupakan." Kata Daniel
Rocky mengangguk, begitu pula dengan Miles.
"Itu sangat aneh, kan? Maksudku jantungku berdebar saat ini." Kata Zane
"Aku memahamimu, bung."
"Yang kalian rasakan adalah ketakutan." Jawab Hiro
"Mengapa kami semua merasakan hal itu?" Tanya Rocky
"Karena kita takut mati, Kita masih muda, kita seharusnya masih hidup tenang menikmati hidup kita. Kita tidak seharusnya mencurangi kematian. Karena kalian tahu apa? Semua orang akan mati." Kata Hiro
"Oh, Hector Agravain berengsek itu." Gumam Rocky
Hiro mengeluarkan bukunya, dan membalik halaman bukunya.
"Cerita yang dia tulis semakin banyak dan makin mencelakakan warga Hollow Lavador. Seminggu yang lalu ada seorang pria yang mati karena dibantai. Dan seorang wanita hilang pada malam sebelumnya. Sudah banyak korbannya. Dan akan bertambah banyak lagi."
"Aku tak mau mendengarnya lagi." Kata Rocky
"Semakin banyak kematian, semakin banyak kesakitan." Kata Hiro
"Tenanglah." Kata Zane sambil menenangkan Hiro.
"Mari kita minum lagi." Kata Miles
"Biar dia menjelaskannya." Kata Zane
"Itu sebabnya kita disini, kan? Untuk menghabisi Hector."
"Kita mungkin menjadi penyebab kekacauan ini. Kemurkaan Hector membuatnya terlepas dari kendali Dio. Kita tak bisa langsung menghentikannya, karena Hector baru saja bangkit." Kata Hiro
"Yah, malam ini jadi semakin kelam. Terimakasih Hiro." Kata Rocky
"Kue keberuntunganku bertuliskan, mungkin." Kata Miles sambil melempar kertasnya ke meja.
"Mereka tak tahu cara menulis kue keberuntungan disini. Punyaku tertulis, tebak." Kata Rocky
"Punyaku bertuliskan, selamat." Kata Zane
"Apa punyamu Hiro?" Tanya Miles
"Kue keberuntunganku bertuliskan, tidak bisa." Kata Hiro sambil memberikan kertasnya.
"Tunggu apa?" Tanya Rocky yang tidak percaya.
"Ini yang kumaksud menghubungkan kata menjadi kalimat." Kata Zane sambil mencoba menghubungkan kata-kata kertas dari kue itu mejadi suatu kalimat.
"Tebak. Tidak bisa. Mungkin. Selamat." Kata Zane
"Tidak, ini lebih masuk akal jika… Tebak. Mungkin. Tidak bisa. Selamat." Kata Miles sambil ikut memutar kertas yang baru saja disusun oleh Zane menjadi kalimat yang berbeda.
"Tebak. Tidak bisa. Mungkin. Selamat." Kata Rocky.
"Aku tak tahu maksudnya." Gumam Rocky.
"Selamat. Mungkin. Tidak bisa. Ditebak." Kata Hiro
"Mungkin. Tidak bisa. Selamat." Kata Rocky
"Bagaimana dengan kata, mungkinnya?" Kata Miles yang masih menyusun kalimat itu kembali.
"Tidak bisa. Ditebak. Mungkin. Selamat…" Gumam Zane
"Kau main-main denan kue keberuntungan, Hiro?"
"Tidak. Itu bukan ulahku. Kurasa, itu ulah Hector." Jawab Hiro
"Kenapa kau memanggil kami? Ini sama sekali tidak lucu." Tanya Rocky
"Daniel?" Panggil Zane ketika Ia menyadari Daniel dari tadi diam saja sambil meremas kertasnya sehingga membuat para sahabatnya yang lain menoleh ke arahnya.
Miles langsung membuka lagi kertas yang diremas oleh Daniel.
"Phillip."
Itulah tulisan yang berada di potongan kertas itu.
Zane menggeser beberapa potongan kertas hingga membuat kalimat baru.
"Tebak Phillip mungkin tidak bisa selamat."
"Kenapa tertulis Phillip? Seseorang jawab aku!"
Tiba-tiba terdengar benturan keras dari sebuah panci sup yang berada di tengah mereka, hingga mengejutkan mereka semua. Hiro langsung memasukkan bukunya kembali ke dalam tasnya.
Sebuah mangkok yang berisi telur rebus beserta cangkangnya, tiba-tiba melompat keluar dari mangkok, dan sebuah anak burung buruk rupa keluar dari cangkang telur itu sambil mengeluarkan tangisan bayi manusia. Anak burung it uterus menggerakkan dirinya di sekitar meja sambil berteriak menangis.
Mendadak para sahbat itu langsung makin menjauhkan diri mereka dari meja makan bundar itu.
"What the fuck is that?" Tanya Rocky
Krack!
Terdengar suara cangkang lain yang retak, dan keluarlah sebuah bola mata disertai usus-usus.
"Kue keberuntungan itu menatapku, sialan!" Kata Rocky sambil mundur ketika bola mata itu menggeliat menuju ke arah Rocky.
Krack!
Cangkang lainnya retak, dan nampaklah ulat gendut berwarna hijau dengan kaki laba-laba yang memliki sayap serangga.
"Aku tak ingin disini. Aku tak bisa melakukan ini." Kata Miles ketika melihat makhluk itu mencoba terbang ke atas.
"Aku mau pulang! Aku tak mau disini sialan!" Kata Miles sambil melindungi dirinya ketika makhluk itu terbang mendekat ke arahnya dengan tangannya ketika makhluk itu terbang ke arah Miles dan Daniel.
"Sial!" Umpat Daniel yang terus mencoba mengusir makhluk mengerikan itu agar tidak mendekat ke arah mereka.
Krack!
Keluarlah bola mata dengan sayap kelelawar yang langsung terbang ke arah Hiro, dan anak itu terus saja mengusir makhluk itu pergi agar tidak menyerangnya.
Dari dalam panci sup, sup tersebut berubah warna menjadi merah, dan cairan kental merak yang tak lain darah itu terus keluar dari panci itu hingga membasahi meja itu.
Zane masih terpatung menatap meja yang penuh darah beserta makhluk-makhluk mengerikan itu.
"Berengsek!" Umpat Zane ketika Ia melihat beberapa mayat kepala berada di dalam aquarium.
"Ini tidak nyata! Ini tidak nyata Ini tidak nyata!" Teriak Rocky sambil mengambil kursi di depannya dan memukulkannya berkali-kali ke meja bundar yang mengeluarkan darah dan berbagai makhluk itu. Para sahabat yang lainnya hanya berdiri di setiap sudut ruangan itu dan melindungi diri mereka agar tidak terkena serpihan pecahan kaca, keramik ataupun kayu karena Rocky terus-terusan memukulkan kursinya ke meja.
"Ini tidak nyata! Ini tidak nyata!" Teriak Rocky sambil membanting kursi itu hingga mengenai makhluk-makhluk yang mengerikan itu sampai salah satu pelayanan restoran itu datang.
"Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya pelayan itu yang membuat Rocky menurunkan kursinya. Ketika, mereka melihat kembali mejanya, makhluk-makhluk itu menghilang, bahkan tidak ada cairan darah yang terus-terusan keluar dari dalam panci itu.
"Ya, ya. Bisa ambilkan tagihannya?" Kata Zane yang panik mencoba menenangkan dirinya, dan tersenyum ramah yang canggung kepada pelayan itu.
Pelayan tersebut langsung sera melangkah pergi, dan seketika itu juga Zane berhenti tersenyum.
"Sial." Umpat Zane sambil mengusap wajahnya.
Setelah membayar tagihan mereka, mereka langsung keluar dari restoran tersebut.
"Cerita Phillip mati ternyata juga ada disini." Kata Zane sambil memberikan buku tebal Hector kepada Rocky.
"Aku tak paham." Kata Miles
"Ini lelucon basi. Halloween sudah berakhir." Kata Rocky
"Aku tak tahu. Dia pergi, dan hilang." Kata Zane
"Apa maksudmu kau tak tahu? Baik, mari kita cari dia." Kata Rocky
"Dia tak akan kembali. Sebelumnya, Louise menghilang. Aku tahu terjadi sesuatu. Dan, sekarang Phillip. Cerita mereka tertulis di dalam buku. Dan itu terjadi semakin sering. Kurasa kita membangunkan sesuatu. Hal sama akan menimpa kita semua. Kita semua ada di kastil itu." Kata Hiro
"Ini tidak nyata, cerita tak bisa melukaimu. Hector Agravain hanyalah mitos. Jika dia bukan mitos. Dia sudah mati. Kita semua berhalusinasi." Kata Rocky
"Kita harus ke polisi." Kata Miles
"Tidak bisa. Mereka tak akan mempercayai ucapan kita." Jawab Zane
"Kita buat mereka mempercayainya." Kata Miles
"Pada saat mereka mengetahuinya, kita semua akan mati."
"Jika kita tidak bisa pergi ke kantor polisi. Apa yang harus kita lakukan? Duduk diam, menunggu cerita kita ditulis? Pasti ada caranya menghentikan penyihir ini." Tanya Daniel
"Ini omong kosong." Kata Rocky
"Itu ulah Hector, kan?" Kata Miles
"Dia mempermainkan kita. Mungkin, Phillip baik-baik saja." Kata Rocky
"Ya, telfon dia dan pastikan dia baik-baik saja." Kata Daniel
"Hei, Phillip. Ini aku Zane Alvares." Kata Zane sambil menekan tombol speakr di ponselnya dan berbincang-bincang lewat ponselnya agar para sahabatnya yang lain juga mendengarnya.
"Kau membohongi kami." Kata Rocky kepada Hiro
"Itu tak baik." Tambah Miles
"Ya, seharusnya kata pertama yang harus kau ucapkan adalah… Hei, bung, kau mau datang dan dibunuh? Karena akan kujawab tidak." Kata Rocky
"Dia meninggal."
Satu kalimat itu sudah berhasil membuat para sahabatnya yang lain diam seribu bahasa.
"Kapan kejadiannya?" Tanya Zane
"Beberapa jam yang lalu. Cara meninggalnya cukup aneh, kami tak bisa menemukan petunjuk pembunuh. Seperti yang kau tahu, Phillip punya banyak musuh di kota ini. Dia memiliki musuh dengan cepat. Kami semua turut berduka."
"Terimakasih atas informasinya." Kata Zane sambil mengakhiri panggilan ponselnya.
"Dia tahu sebelum kita. " Kata Daniel
"Kita harus menghentikan dia. Aku punya rencana-
"Aku punya rencana. Kita pergi dari sini sebelum ini berakhir lebih buruk daripada cerita lain di bukunya Hector." Kata Rocky yang menyela perkataan Zane.
"Banyak orang yang akan mati, Rocky." Kata Zane
"Banyak orang mati setiap harinya! Ini Hollow Lavadoror! Kita tak berhutang apapun di kota sialan ini! Aku mau pergi! Persetan ini semua!" Kata Rocky sambil berjalan pergi menuju mobilnya.
"Aku setuju dengan Rocky." Kata Miles yang juga mau berjalan pergi tapi ditahan oleh Zane.
"Miles, kumohon…" Kata Zane
"Apa? Kita tinggal, kita cepat mati, begitukah?" Balas Miles
"Aku mau ke tempat tinggalku, akan kukemasi barangku. Lalu aku akan pergi ke tempat lain. Maafkan aku, bung. Semoga beruntung." Kata Miles sambil pergi menuju mobilnya.
"Apa perkataanmu bisa membuat keadaan berubah? Mereka semua sudah pergi." Kata Daniel kepada Zane.
"Kurasa kau tahu bahwa Phillip mati, sebelum Zane menelfon nomor Phillip." Kata Zane kepada Hiro
"Karena aku sekilas melihat Phillip mati. Dan aku memiliki firasat bahwa kita semua akan mati." Kata Hiro
"Ini semua salahku. Akulah yang mengambil buku itu. Akulah yang membawanya pulang." Kata Hiro
"Itu bukan salahmu." Kata Zane menenangkan Hiro.
"Kau tahu? Aku penyebab setiap hal buruk yang terjadi dalam hidupku."
"Itu tidak benar."
"Bagaimana kalau kita membakar buku itu?" Tanya Daniel
"Ide bagus." Ucap Zane
"Kurasa itu patut dicoba." Kata Zane sambil meletakkan buku itu ke dalam tong, dan mengambil sebuah minyak dari mobilnya dan menyirami buku itu dengan minyak bensin. Lalu, menyalakan korek api yang membakar buku itu. Tapi, tak lama kemudian, api tersebut padam. Dan, buku itu tetap utuh.
"Kita tak bisa membakar atau menghancurkannya. Lalu apa?" Tanya Daniel
"Berapa banyak yang kita tahu soal Hector Agravain?" Tanya Hiro
"Ayo kita pergi ke surat kabar Hollow Lavador." Kata Zane
***
Zane sibuk dengan laptop tua kecil yang ada disana, Ia masih saja mencari beberapa informasi tentang kerabat-kerabat Agravain, dan juga mengambil serta membaca beberapa buku catatan disana. Kemudian, mencatat beberapa informasi yang diperlukan di sebuah notebooknya. Daniel masih asik mencari dan membaca beberapa berita file koran yang tertera pada beberapa ratus tahun yang lalu. Sedangkan Hiro masih membuka beberapa buku yang bertuliskan catatan penting, tertera disana tanggal/tempat lahir/ nama anak-jenis kelamin.
"Apa ini sihir hitam? Setelah Hector gantung diri, dicurigai voodoo, para warga mencurigai George Wyatt Agravain dianggap bertanggung jawab terlibat sihir hitam. Karena ada di Koran, itu pasti benar, kan?" Tanya Daniel
"Apa ada fotonya Sullyvan?" Tanya Hiro
"Tidak, hanya namanya saja." Jawab Daniel.
"Mataku secara harafiah mau berdarah. Agravain terakhir pergi, nasib kota industry dipertanyakan. Dan, kita belum tahu apapun tentang SUllyvan dan Hector." Kata Daniel sambil membaca berita lainnya lagi.
"Tahun berapa Sullyvan dan Hector meninggal?"
"1726." Kata Zane
"Mereka meninggal di tahun yang bersamaan. Dan, dalam satu tahun. Seluruh anggota keluarganya pergi." Kata Zane

"Apa yang kau harapkan? Siapa yang mau bertahan dengan nama yang identic dengan pembunuh anak-anak?" Balas Daniel
"Bukan bertahan, maksudku hilang. Seperti di telan bumi. Seperti ayahnya yang bernama Henry dengan bisnisnya yang meningkat, tapi pergi tanpa menjual apapun? Tak ada kabar mengenai dia. Tak satupun kata, dia menghilang." Tanya Zane

"Henry… Nama itu ada di buku." Jawab Hiro
"Berikan nama lain." Kata Hiro
"Rudolf." Kata Zane

"Nama itu juga ada di buku ini. Mereka tak meninggalkan kota, mereka semua tertulis dalam cerita." Kata Hiro
"Kenapa?" Tanya Daniel
"Entahlah." Jawab Hiro
"Setelah mencari berbagai informasi disini. Aku menemukan informasi yang mungkin terbilang informasi yang cukup." Kata Zane sambil memberikan notebooknya kepada Hiro dan Daniel. Setelah itu, Ia kembali sibuk dengan laptop lama itu lagi.
Rothwell Agravain. Menjadi orang terkaya, karena menguasai perekonomian. Ia memiliki aturan bagi anak-anak dan keluarganya. Bisnis yang memiliki hubungan dengan beberapa anggota kerajaan kemudian dilanjutkan oleh ketiga anaknya. Keluarganya menjadi penguasa perekonomian Eropa kala itu berkat putera sulungnya bernama Henry Rothwell Agravain. Henry Rothwell Agravain atau yang bernama asli Henry Agravain adalah seorang bankir nomor satu di benua Eropa. Ia memulai bisnis perbankan di Hanover, Jerman. Di sana Ia belajar tentang system perbankan dan sekaligus mengenai perdagangan luar negeri. Ia memulai dengan bisnis komoditas dan perdaganan uang. Hubungan baiknya dengan para bangsawan juga menjadi jalur tersendiri menuju puncak kesuksesannya.
Ia banyak membuka peluang baru dengan memberikan pinjaman kepada bara bangsawan serta koleganya Pangeran. Bahkan, kekayaannya bertambah seiring perusahaan perbankannya semakin menggurita Henry memasok berbagai kebutuhan perang, seperti kuda, persenjataaan, dan makanan untuk para tentara. Ia juga menyediakan pinjaman dana kepada kerajaan untuk membayar tentara bayaran selama peperangan berlangsung. Keluarganya memodali berbagai bisnis, memiliki sejumlah kapal, mengusahakan hotel, dan menimbun emas, rempah-rempah, serta perhiasan. Tidak diketahuinya nilai seluruh properti dan armada perdagangan miliknya. Ia memiliki banyak kapal dan armada, sehingga menjadikannya paling terlibat dalam sebagian besar perdagangan yang masuk ke pelabuhan-pelabuhan besar.
Rothwell Friedrich Agravain juga salah satu anggota dari keluarga Protestan terkaya dan paling berpengaruh di Hungaria, Polandia, Transylvania, dan daerah-daerah lainnya. Rothwell adalah pria yang sangat berpendidikan. Ia mampu membaca dan menulis dalam bahasa Hungaria, Yunani, Jerman, dan Latin.
Eleanor Rose Agravain adalah istri dari Rothwell Agravain. Dia adalah seorang wanita yang pandai berbagai bahasa asing, dan juga ikut serta dalam mengambil bagian dari pekerjaan Henry.
Sons
1. Henry Rothwell Agravain
Wife : Marry Charlotte Agravain
Children :
A. 1705-1726 Sullyvan Agravain
B. 1711-1726 Harry Ector Agravain
2. Rudolf Willhelm Agravain
Wife : Isabella Maria Agravain
Children :
A. Eugene Gustav Agravain 1712
B. Emma Gilbert Agravain 1720
3. Albert Ruppecht Agravain
Wife : Margaret Christine Agravain
Son:
A. George Wyatt Agravain 1712-1865
Selama 1800-an, pada masa puncaknya, keluarga ini diyakini memiliki kekayaan pribadi terbesar di dunia sekaligus kekayaan terbesar dalam sejarah dunia modern.
Wife :Caroline Esmeralda 1730-1790
Grandson: Pieter Gabriel Agravain 1770-1850
Wife: Lillyan Alexandra 1780-1845
Pieter's son: Luvino Kowalski Agravain 1810-1895
Wife : Claire Gerahart 1820- 1890
Luvino's son : Leopold August Carter 20 December 1860 - 17 November 1968
Wife: Elizabeth Vanderbilth 8 August 1887- 19 July 1962
Leopold's son: Reginald Clyde Carter born 7 May 1927- 3 June 1980
Wife : Lilly Carter 5 January 1926 - 4 December 1980
Reginald's son: Zeus Emory Carter 28 September 1967
Gabriella Armand 10 July 1970
Zeus's son :
Marcello Cyrilo Carter 31 October 1997
"Marcello Cyrilo Carter?" Tanya Daniel
"Ya, dia adalah seorang model dan sekaligus pembisnis muda." Kata Zane sambil menampilkan foto Marcello yang merupakan seorang remaja berambut putih dengan kulit pucat dan mata biru.

"Ayahnya juga orang yang terkenal, tapi entah kenapa di usianya yang 53 kurasa rambutnya terlalu putih semua untuk orang seusianya?" Tanya Zane sambil menampilkan beberapa foto ayahnya.


"Apa mereka albino?" Tanya Daniel
"Mungkin?" Jawab Zane

"Apa kau bisa melacak lokasi Marcello Carter?" Tanya Hiro
"Ya, tapi butuh waktu, karena aku bukan hacker yang hebat atau semacamnya. Ditambah lagi, anak ini sepertinya sangat tertutup dan tidak terlalu sering tampil di public." Kata Zane sambil berpindah ke layar monitor yang lain dan menyibukkan diri dengan mencari data.

"Kuharap kau cepat, sebelum Hector menulis cerita lainnya." Ledek Daniel yang membuat Zane menoleh kea rah Daniel dengan tatapan "Yang benar saja, Danny? Apa kau bercanda? Silahkan gantikan posisiku, kalau keberatan."

"Aku hanya bercanda, bung." Balas Daniel dan Zane langsung melanjutkan pekerjaannya.
"Kau menemukannya?" Tanya Hiro
"Breathtaking Apartement in the heart of marina Del Rey, Venice Beach."
***
Tok! Tok! Tok!
Zane mengetuk pintu kamar apartement berwarna putih tersebut, dan tak lama kemudian, seorang remaja dengan rambut putih, kulit pucat, dan kedua mata yang berwarna biru.
"Apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya remaja itu.

"Apa kau benar Marcello Carter? Jika benar itu namamu. Kami ingin tahu tentanag keluarga Agravain." Kata Daniel
"Itu pun jika kau mengetahui keluarga itu." Tambah Zane
"Sebaiknya kau bertemu ayahku. Dia lebih banyak tahu soal keluarga Agravain. Akan kukabari ayahku setelah ini." Kata Marcel
"Kami tidak tahu dimana ayahmu berada sekarang." Kata Hiro
Marcel langsung memberikan kartu berisi alamat dan beberapa kartu masuk untuk mereka bertiga.
"Ini bukan tempat tinggalnya, tapi sepertinya ayahnya sedang menghadiri suatu acara penghargaan." Kata Zane sambil melihat kartu itu.
***
Mereka akhirnya tiba, di salah satu acara penghargaan persis seperti dugaan Zane. Kebetulan acara itu hampir selesai. Dan, kebetulan sekali mereka baru saja mendengar Zeus sedang memberi kalimat penutup acara. Zane segera mengambil microfon dan ikut naik di atas panggung.

"Mungkin itulah inti acara hari ini. Terimakasih untuk dukungan dan-
"Hari ini aku diharapkan jadi pria. Tapi, aku tak merasa ada bedanya. Aku tahu aku pecundang. Tak peduli apapun, aku selalu seperti itu." Kata Zane yang menyela perkataan Zeus.
"Maaf, telah menyela kalian. Tapi, aku ingin meminjam Zeus disini. Kami butuh bicara dengannya sebenarnya mengenai hal yang sangat penting. Ini adalah masalah keluarga." Kata Zane

Zeus langsung turun dari panggung tersebut dan berbicara pada beberapa pria berjas. Setelah itu, Zeus pergi masuk ke dalam ruangan privat. Para pria berjas yang kelihatannya seperti bodyguard itu menyuruh mereka masuk ke dalam salah satu ruangan privat yang disana sudah ada Zeus yang menunggu mereka.
"Apa kau keturunan George Agravain yang merupakan sepupu dari Sullyvan dan Hector?" Tanya Zane
"Jika boleh jujur, kalian hebat bisa menemukan kerabat George sampai sejauh ini. Tapi, para orang-orang yang ada di luar mungkin sudah berfikir banyak hal negative tentang dirimu, yang meruapakan actor terkenal itu." Kata Zeus
"Sepertinya dia tak terlalu peduli dengan itu. Saat ini, kami lebih butuh informasi tentang keluarga, anda… Maaf aku mengatakan ini, tapi puteramu dan dirimu memliki kesamaan dengan rambut dan kulit Sullyvan." Kata Daniel
"Ya, benar. Kemarahan Hector sudah tak terkendali hingga dia mengutuk semua orang, huh? Kurasa inilah kutukan yang dia lontarkan kepada George. Setidaknya jika ini benar kutukan, kurasa ini bukan sesuatu yang terlalu serius. Bahkan, George, beberapa anak cucunya, dan bahkan aku menganggap kutukan ini adalah hadiah." Balas Zeus
"Apa kau tahu tentang Hector dan Sullyvan Agravain?" Tanya Zane
"Tentu. George Agravain, selalu bercerita tentang Sullyvan dan Hector kepada anak dan cucunya selama bertahun-tahun sampai dia meninggal. Dia selalu saja menyuruh anak-anaknya untuk meneruskan menceritakan kisah Agravain kepada generasi-generasi penerusnya." Kata Zeus
"Kami punya bukunya." Kata Hiro
"Kau punya bukunya? Berikan padaku sebentar." Kata Zeus
Hiro pun langsung memberikan buku tebal milik Hector itu kepada Zeus.
"George pernah bilang, bahwa pria berambut pirang yang tak lain bernama Dio, memberikan buku ini kepada Hector." Kata Zeus sambil meraba sampul buku itu.
"George kasihan pada Hector dan Sullyvan yang duduk sendirian di dalam kegelapan." Kata Zeus
"Apa Sullyvan mengajari Hector sesuatu?" Tanya Hiro
"Mengajarinya?" Tanya Zeus tak mengerti.
"Sihir hitam?" Tanya Zane
"Tidak, tidak ada sihir dari Sullyvan. Hanya ada amarah dari Hector." Kata Zeus
"Lalu mengapa Hector masih bisa menulis cerita?" Tanya Hiro
"Sullyvan dan Hector terlahir berbeda dan spesial dari yang lain. Jika Sullyvan terlahir spesial secara fisik. Hector pun juga terlahir spesial yaitu memiliki kemampuan yang tak dimiliki manusia biasa. Tapi, meski sekilas, Hector terlihat seperti anak normal. Hector sebenarnya sangat istimewa, dia bisa melihat, dia bisa berbicara kepada sesuatu yang tak bisa dilihat kita, dan beberapa diantaranya adalah orang mati. Hal itulah yang membuatnya makin kesepian. Orang tuanya selalu menjauhkan Hector dari Sullyvan. Padahal Hector sangat menyayangi Sullyvan. George bilang, hanya Sullyvan yang dia punya."
"Hector adalah seorang anak laki laki yang terlahir dengan kutukan. Dia sebenarnya hanyalah anak kecil yang lugu. Hector dituduh melakukan sihir pada tahun 1726, dan dieksekusi karena kemampuannya untuk berbicara kepada orang mati. Hal ini menyebabkan dia mengutuk semua penjahat dari jejaknya dalam kemarahan. Harry Ector Agravain, yang dijuluki Hector, adalah seorang penyihir yang kutukannya menghantui Hollow Lavador."
"Hector tinggal bersama keluarganya di Hollow Lavador. Kemampuannya menyebabkan orang-orang menjadi semakin jauh darinya sampai-sampai mereka menjadi percaya bahwa dia adalah seorang penyihir dan orang-orang dibawa untuk mengambilnya dari keluarganya dan dihukum untuk dieksekusi oleh hakim, dan kemudian digantung. Lalu, dibakar. Meskipun mati, dia masih marah pada tuduhan hakim, dan beberapa orang di Hollow Lavador, karena dia tidak melakukan kesalahan, Hector mengutuk mereka yang bersaksi melawan dia dan kutukannya berlanjut selama tiga ratus dua puluh tahun. Namun, setiap tahun, kami para keturunan George harus memastikan kastil terkunci rapat dan memastikan tidak ada yang memasuki halaman kastil Agravain, dan menidurkannya sebelum kutukannya dimulai, menundanya selama satu tahun."
"Memang sebenarnya, dia yang membunuh mereka karena dia menulis cerita, tapi mereka sendirilah yang membuat Hector menulis cerita itu, mereka sendirilah yang membuat Hector menjadi monster. Lalu, Ia semakin kehilangan dirinya saat Ia bertemu Dio, dan orang itu menawarkan kesepakatan dengannya."
"Semua orang memperlakukan Sullyvan secara tidak adil, dan Hector sangat membenci itu. Dia terkunci, dan tertutup dari dunia luar. Mereka malu dengan fisiknya yang berbeda. Sebenarnya Sullyvan tidak cacat sama sekali, hanya saja dia menderita albinism. Hector muak dengan perlakuan yang berbeda itu. Dan, tiap kali dia marah. Dia mengeluarkan api biru, dan hal-hal yang tak bisa dilakukan oelh orang-orang normal lainnya. Karena itu orang tuanya dan para keluarganya yang lain selalu menyiksanya setiap kali dia menunjukkan kemampuannya. Mereka melarang Hector bergaul dengan rakyat biasa. Dia hanya boleh berteman dengan bangsawan. Tapi, para bangsawan itu selalu menjelek-jelekkan Sullyvan. Jadi, terkadang Hector melakukan sesuatu agar membalas mereka secara tidak langsung. Sedangkan, Sullyvan seperti biasanya terkurung di dalam kamarnya terus-menerus. George bilang, terkadang dia dan Hector bekerja sama untuk mengeluarkan Sullyvan secara diam-diam untuk mengajaknya melihat dunia luar walau hanya sebentar. Sebenarnya Hector juga terkurung di kamarnya, tapi tidak seketat Sullyvan, dan tidak sesering Sullyvan yang diharusnya untuk menetap di kamarnya selamanya. Hector terkadang masih bebas pergi ke tempat favoritnya, yaitu hutan. Dia suka sekali tempat yang tenang dan sepi."
"Bagaimana dengan saudara lain George, ataupun sepupu-sepupu lain dari Hector dan Sullyvan?" Tanya Hiro
"Tak pernah ada yang membela mereka, bisa dikatakan mereka sama-sama jahat. Mereka malu dengan keadaan Sullyvan dan Hector. Bahkan George sering terkena perlakuan kasar mereka juga, karena sebenarnya George dilarang dekat dengan Hector dan Sullyvan. Jadi George memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengan Hector dan Sulllyvan karena keluarga Agravain sangat kasar dan terlalu gila akan harga diri. Jadi, George hanya memutuskan untuk memperhatikan mereka ataupun memata-matai mereka dari jauh saja hingga pada suatu hari George dikirim ke negara lain untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi pada usia yang sangat muda saat itu. Karena itu dia tidak terlalu tahu apa saja yang terjadi dengan Hector dan Sullyvan setelah dia pergi. Mereka bertiga hidup dalam kemalangan. Keluarga yang sangat suka menghakimi. Keluarga yang sangat suka merendahkan seseorang hingga membuat seseorang itu berkali-kali ingin mati saja. Keluarga yang telah membuat hidup beberapa orang seperti hidup dalam neraka. Keluarga yang sangat keras kepala yang hanya ingin menuruti kemauan mereka sendiri. Keluarga yang egois. Bahkan sialnya, para penduduk di kota memiliki sikap yang tak jauh berbeda dari mereka."
"Satu-satunya kesalahan George hingga Hector memberikan kutukan kepadanya adalah dia diam saja, dan dia mengikuti kemauan keluarga itu. George tidak terlalu banyak cerita soal Sullyvan. Tapi, dia bilang Sullyvan selalu pandai menutupi semuanya, seperti berpura-pura senang ataupun baik-baik saja jika dihadapan Hector, George, atauun keluarga yang lainnya, tapi saat dia sendirian, dia mulai menunjukkan kesedihan dan rasa sakitnya. Entah kenapa Sullyvan adalah seorang yang sangat sabar sehingga Ia selalu memaafkan kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan terhadap dirinya. Bahkan ketika mereka membunuhnya, bisa-bisanya Sullyvan pergi dalam damai dan taak memiliki dendam kepada mereka. Hector sebenarnya mengetahui hal itu, itulah yang membuatnya makin marah kepada orang-orang jahat itu. Dendamnya semakin besar sehingga Ia tak bisa mentoleransi kesalahan-kesalahan yang lebih kecil yang dilakukan beberapa orang kepada dirinya. Dia sudah menolak untuk mengerti dan memahami. Kau tahu apa yang sudah kau perbuat?" Tanya Zeus
"Berbuat apa?" Tanya Hiro
"Kau tak seharusnya mengambil buku itu. Kau membuatnya makin marah." Jawaab Zeus
"Apa tidak ada petunjuk atau sesuatu yang dapat kami lakukan untuk memperbaiki semua ini?" Tanya Hiro
"Untuk memahami orang lain, kamu harus berenang di perairan yang sama yang menenggelamkan dengan mereka." Kata Zeus
"Bagaimana denganmu? Apa kau tidak ikut untuk menemui Hector?" Tanya Hiro
"Bukankah sangat tidak sopan jika aku yang tak pernah merasakan rasa sakit yang dialaminya malah ikut menasehatinya? Meski aku sedarah dengannya, tapi aku tak pernah merasakan rasa sakit yang menimpa Hector ataupun Sullyvan. Kau mungkin butuh seseorang yang mengerti perasaannya untuk berbicara dengan Hector. Ditambah lagi, George juga tak ingin keturunannya terjerat masalah dengan masalah ini. Ia takut keturunannya bisa terluka atapun mati jika berurusan dengan Hector. Karena berurusan dengan Hector berarti harus berurusan dengan iblis yang bernama Dio itu. Aku minta maaf pada kalian karena tak bisa membantu banyak. Tapi, aku minta tolong pada kalian agar membuat Hector bisa pergi dengan damai." Kata Zeus
"Bagaimana kau tahu bahwa Dio adalah iblis?" Tanya Hiro
"Sebelum George dikirim ke luar negeri, dia sering memata-matai Hector, dan bukan kau satu-satunya orang yang pernah membaca buku itu. George pun pernah membacanya diam-diam, beruntungnya dia masih baik-baik saja setelah membaca buku itu." Kata Zeus sambil memberikan buku tebal milik Hector kepada Zane.
"Mungkin kau juga harus pergi ke rumah sakit jiwa untuk orang gila di Hollow Lavador jika kalian mau mengetahui beberapa informasi tentang Sullyvan Agravain. Kurasa mereka masih menyimpan datanya." Kata Zeus
Zane pun membuka lagi buku tersebut, dan tulisan merah langsung muncul yang bertuliskan Dirty Bathtub mncul begitu saja di lembar kertas kosong itu.
"Sial! Ini terjadi lagi!" Kata Zane yang langsung menjatuhkan buku itu karena terkejut.
Beberapa minggu lalu, Daniel selalu mendapatkan cerita dari teman perempuannya yang bernama Nancy, bahwa ketika orang tuanya membeli bak mandi baru dari toko antik di kotanya, semua hal-hal aneh terjadi. Gadis itu sangat ketakutan ketika menceritakannya pada Daniel. Jadi, hari ini Danielkecil memutuskan untuk mengunjungi toko barang antik setempat tempat ayah Nancy membeli bak mandi berkaki. Ketika dia bertanya kepada pemiliknya tentang pemandian antik yang dia jual beberapa minggu sebelumnya, dia terkejut dengan kisah mengerikan yang harus dia ceritakan.
Rupanya, bak mandi berkaki tua berasal dari era Victoria. Pria itu berkata bahwa itu pernah menjadi milik seorang pembunuh berantai yang terkenal dan dicaci maki bernama Headless Horseman. Rahang Daniel ternganga dan dia mulai gemetar ketakutan. Lagi-lagi itu adalah ayahnya.
Pria itu berkata bahwa pembunuh berantai akan memikat gadis-gadis muda kembali ke rumahnya dan memandikan mereka. Kemudian, saat mereka mandi, dia akan memata-matai mereka melalui lubang yang dia bor di dinding. Ketika mereka tidak menduganya, dia akan menerkam mereka dan menahan kepala mereka di bawah air sampai mereka tenggelam.
Pembunuh jahat itu kemudian memotong tubuh mereka dengan kapak dan membuangnya ke tempat sampah. Setelah sejumlah gadis muda hilang di daerah itu, perbuatannya yang mengerikan akhirnya menyusulnya. Seorang tetangga sedang mengintip melalui sampahnya dan menemukan potongan tubuh itu.
Daniel sangat ketakutan. Dia menyadari bahwa dia harus meyakinkan temannya Nancy untuk menyingkirkan bak mandi berkaki sebelum sesuatu yang mengerikan terjadi. Bocah itu berlari kembali ke rumah temannya secepat kakinya menggendongnya.
Ketika dia sampai di rumah Nancy, dia menemukan ayahnya sedang duduk sendirian di sofa ruang tamu. TV mati dan rumah itu sunyi senyap.
"S-sedang apa ayah disini? Dimana Nancy?" Tanya Daniel dengan rahang yang gemetar.
"Dia mandi di atas", kata ayahnya. "Aku akan memeriksanya".
Daniel duduk di sofa sementara ayahnya naik ke lantai atas. Rumah Nancy begitu sunyi, membuatnya takut. Dia tidak terbiasa dengan keheningan sebanyak ini. Biasanya rumah Nancy tidak pernah sesepi ini. Tiba-tiba, dia mendengar serangkaian bunyi pendek tajam yang datang dari atas diikuti oleh langkah kaki yang lambat dan disengaja yang bergema di langit-langit dan menuruni tangga.
Ayahnya muncul di pintu ruang tamu. Mata Daniel berkaca-kaca ketika ayahnya melemparkan potongan kepala Nancy ke arah Daniel. Ayahnya juga memiliki ekspresi aneh di wajahnya ketika dia mendengar teriakan minta tolong ibu Nancy dari arah kamar. Kemudian, Daniel memperhatikan dia memegang kapak berdarah.
"Temanmu sudah selesai. Kini, ibu Nancy juga akan tidur gelap." Geramnya.
Bertahun-tahun berlalu. Bak mandi itu kini sudaha berpindah-pindah pemilik. Banyak orang yang tidak tahan dengan benda tersebut, karena bak mandi itu penuh jiwa-jiwa gadis korban pembunuhan. Kini, bak mandi itu turun tangan pada kerabat Miles.
Akhir-akhir ini, Miles mulai semakin meragukan kewarasannya. Setiap kali dia pergi ke kamar mandi untuk mandi atau menyikat gigi, dia akan melihat sesuatu dari sudut matanya. Tercermin di cermin, dia bisa melihat bak mandi berkaki di belakangnya.
Suatu kali, dia pikir dia melihat darah mengalir dari keran. Tetapi ketika dia berbalik untuk melihat, kerannya tidak mengalir. Pada kesempatan lain, dia melihat sesosok bayangan gelap tergeletak di bak mandi, kepalanya hampir tidak mengintip dari samping. Tentu saja, dia berbalik, hatinya menghadap ketakutan, tapi bak mandi berkaki kosong.
Suatu malam, saat dia sedang mandi, dia menjatuhkan sabun. Saat dia membungkuk untuk mengambilnya dari dasar bak, dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Tiba-tiba, rasanya seolah-olah ada tangan yang mencengkeram dan memeluknya di bawah air.
Miles yang ketakutan itu menendang dan meronta, akhirnya membebaskan dirinya dari cakar tak terlihat yang sepertinya mencengkeram erat kulitnya. Terengah-engah dan terengah-engah, dia pikir dia bisa mendengar suara tawa bergema di sekitar kamar mandi kecil.
Beberapa hari pun berlalu.
"Miles! Waktunya mandi!" Bibinya berteriak dari bawah. "Ya, bibi!" Miles membalas berteriak. Miles memasang music di ponselnya, berguling dari tempat tidur, dan berlari menuju kamar mandi. Miles meletakkan handuk dan baju ganti di atas meja kecil di dekat sini dan sembari menunggu bak mandi terisi, Miles meletakkan bantal di pinggir supaya bisa tidur nanti. Setelah bak mandi terisi air panas, Miles perlahan masuk, membiarkan air panas meresap.
Setelah 1 m sepenuhnya di dalam bak mandi, Miles mengistirahatkan kepalanya di atas bantal dan tertidur. Beberapa saat kemudian, Miles terbangun karena keheningan. Musik Miles berhenti. Air mandi sudah dingin dan Miles ingin segera kembali ke kamarnya. Saat Miles bangun, air menjadi sedingin es dan Miles menggigil. Ketika tubuh Miles hampir keluar dari bak mandi, sesuatu menarik pergelangan kaki Miles dan menarik Miles kembali ke dalam bak mandi. Teriakannya membeku di tenggorokannya.
Miles meraih tepi bak mandi dan menahannya. Lalu tiba-tiba pegangan itu hilang dan Miles tersentak ke depan. Aku menabrak dinding.
Saat Miles berbalik dengan kepala sakit, air di bak mandi diganti dengan darah dan ada sesosok tubuh perempuan tak bernyawa di bak mandi. Mulutnya terbuka dan rongganya kosong. Darah mengalir keluar dari mereka. Lehernya hampir terpotong. Dia tiba-tiba bergerak dan berbalik ke arah Miles. Dia mengulurkan tangan berdarah ke arah Miles dan akhirnya dia tidak bisa berteriak.
Belum selesai mereka membaca cerita yang baru ditulis sendiri dengan tinta merah, Hiro langsung menutup buku itu.
"Aku harus selamatkan Miles dan mengembalikan buku ini." Kata Hiro dan langsung berlari pergi, tapi Zane langsung mencegatnya.
"Kau tak bisa pergi sendiri. Memangnya kau tahu dimana lokasi Miles?"
"Aku bisa melacak lokasinya dengan ponsel yang dimilikinya saat ini. Aku tak ingin kalian terbunuh karena aku." Jawab Hiro
"Aku akan pergi bersamamu, dan aku tak menerima penolakan. Daniel, bisakah kau tunggu kami kembali sambil menunggu di perpustakan Hollow lavador? Kami janji akan kembali secepatnya." Kata Zane sambil berlari pergi.
Di waktu yang bersamaan malam itu juga. Tiba-tiba Miles terbangun dari mimpi buruknya, dan membuka matanya begitu saja karena medengar bel rumahnya yang berbunyi, padahal TV di dekat mereka masih menyala dengan volume yang lumayan keras, entah kenapa Miles bisa mendengar bunyi suara bel yang ditekan berkali-kali itu. Malam yang dingin ini, Miles menghabiskan waktunya dengan tertidur pulas di sofa ruang tamu daritadi, dan di depannya terdapat bibinya yang masih karena ketiduran setelah menonton TV.
Miles segera bangkit berdiri, dan berjalan menuju pintu depan rumahnya, ketika Ia membuka pintu rumahnya, Ia tak melihat siapapun disana. Miles kembali menutup pintunya, dan hendak kembali tidur di sofa tapi Ia terkejut ketika Ia melihat bahwa bibinya yang tadi tertidur pulas di sofa ruang tamunya, kini sudah pergi entah kemana. Ruang tamunya saat ini kosong, bersamaan dengan TVnya yang kini mati.
Mungkin bibinya terbangun, lalu mematikan televisinya. Itulah yang dipikirkan Miles sekarang. Tapi, Ia merasa ada sesuatu yang aneh, jadi Miles mencari bibinya.
Ia pun menaiki tangga, dan memanggil bibinya di lantai atas.
"Bibi? Kau disana?" Tanya Miles sambil membuka ke arah kamar mandi, tapi Ia tak menemukan bibinya. Hanya saja air yang sekeruh air selokan terisi penuh di bathtub, bahkan Miles menutup hidungnya karena bau. Miles mendekati bathtub tersebut, karena tiba-tiba air yang keruh itu mengeluarkan gelembung berkali-kali.
Tiba-tiba sebuah wanita dengan wajah yang disertai lumpur mengeluarkan kedua tangan keluar dari dalam air yang keruh itu dan mencoba menarik kepala Miles masuk ke air. Miles terus menarik kepalanya agar tidak tercebur ke sana, dan akhirnya Ia berhasil lepas dari cengkraman wanita itu. Lalu, Ia langsung berlari keluar dari kamar mandi.
Seketika, wanita itu entah bagaimana kita berdiri di depan Miles. Semua kulitnya busuk. Dia tak memiliki mata, rambut wanita itu basah, dan wanita tersebut mengeluarkan berbagai serangga menjijikkan, beserta beberapa ulat dari mulutnya yang sontak membuat Miles berteriak ketakutan, lalu berlari ke lantai yang paling atas, kemudian berlari menuju lemari kayu.
Miles langsung berlari menuju kamar adik sepupunya, dan ketika dia menghampiri anak laki-laki yang sedang tertidur itu, ada tangan yang keluar dari bawah tempat tidurnya yang mencengkeram dan memeluknya kaki Miles.
Miles yang ketakutan itu menendang dan meronta, akhirnya membebaskan dirinya dari cakar tak terlihat yang sepertinya mencengkeram erat kulitnya. Ketika Ia menjauhi kamar tidur tersebut, ternyata tidak ada seorang pun yang tertidur di tempat tidur itu, adik sepupunya yang Ia lihat sedang tidur disana beberapa saat yang lalu kini sudah hilang entah kemana.
Ia pun segera bergegas pergi menuruni tangga bawah, dan hendak pergi, tapi Ia mengurungkan niatnya ketika Ia melihat bibinya yang sedang berdiri membelakanginya berada di dapur memotong sayuran dan berbagai bahan makanan yang lain. Miles sangat heran karena ini sudah larut malam, tidak mungkin kan bibinya menyiapkan bahan makanan segitu banyaknya untuk dimakan malam ini juga.
"Bibi? Apa yang bibi lakukan di tengah malam begini?" Tanya Miles tapi bibinya hanya diam.
"Apa bibi lapar sehingga bibi mau memasak makanan? Tapi jika dilihat-lihat makanan ini terlalu banyak untuk dimakan bibi sendirian, apakah bibi mau mengadakan acara nanti? Jika iya kenapa mendadak sekali?" Miles terus melontarkan pertanyaan kepada bibinya, tapi wanita itu sama sekali tak menjawabnya.
Miles pun mendekati wanita itu, dan langkahnya langsung terhenti ketika Ia melihat tubuh pamannya yang tak bernyawa penuh dengan darah yang mengalir dan tusukan pisau di leher beserta perutnya.
"Ya Miles! Kami akan makan bersama tengah mala mini! Makan daging pamanmu hahahahahahaha!" Kata bibinya yang langsung membuat Miles bergidik ngeri. Ia pun langsung mengambil kunci mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di depan rumah. Dan dengan cepat melaju pergi darisana.
Setelah mengemudi cukup lama dengan kecepatan lumayan tinggi, tibalah saatnya untuk memasuki jalanan yang disertai hutan yang gelap disekitarnya. Tiba-tiba saja, sebuah tangan menyekap Miles dari belakang sehingga membuatnya membelokkan mobilnya masuk ke arah hutan dan membuat mobilnya menabrak sebuah pohon disana.
***
"Aku seharusnya kembali ke sana, kutinggalkan saat mereka susah. Aku seharusnya kembali." Kata Rocky pada dirinya sendiri yang masih melaju dengan mobilnya.
Plak!
Rocky menampar dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja dia berhenti berdebat dengan dirinya sediri, dan menghentikan laju mobilnya, ketika Ia secara tidak sengaja melihat mobil milik Daniel yang terparkir di perpustakan pusat kota, dan tak jauh dari sana terdapat mobil mustang milik Caesar.
"Apa maksudmu? Persetan! Persetan dengan mereka! Aku tidak mau mati! Aku punya pekerjaan yang lain yang bisa kukerjakan." Kata Rocky
Hari semakin larut, Daniel masih saja berdiri di dekat jendela perpustakan yang sama sekali tidak ada seorang pun disana sambil melirik jam tangannya. Dari raut wajahnya, terpasang raut wajah khawatir.
Karena terlalu lama menunggu, Ia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Ketika, Ia berjalan melewati tumpukan buku-buku perpustakaan yang ada di sana. Tiba-tiba salah satu buku yang tersusun di sepanjang rak itu jatuh tepat di belakang Daniel, yang menyebabkan pria itu menghentikan langkahnya, dan berjalan mendekati buku itu, kemudian membalik buku untuk membacanya.
"Satu Keluarga Tewas Dibantai Pembunuh Berdarah Dingin."
Itu adalah berita pembunuhan keluarga aslinya.
"Tolong Kami! Kumohon cari bantuan!"
Daniel dapat mendengar suara keluarganya meminta tolong padanya.
Tiba-tiba Daniel mendengar suara langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya, ketika Ia melihat ke depan, Ia melihat salah satu sahabat Caesar sedang berlari ke arahnya dengan tertawa sambil membawa kapak untuk menebas kepalanya. Daniel langsung menjatuhkan bukunya, dan menahan kedua tangan sosok yang ingin membunuhnya saat ini, lalu membantingnya ke meja kaca di belakangnya sampai pecah. Kedua pria itu sama-sama melihat sebuah pisau yang terjatuh dari saku Daniel. Ketika, Daniel ingin mengambilnya, pria itu dengan cepat beridiri, dan meninju kemaluan Daniel, lalu meninju kepalanya hingga Daniel ambruk jatuh ke belakang.
"Daniel Myers... Orang yang pernah diasuh dan dibesarkan oleh seorang pembunuh berantai! Dia itu seorang psikopat, mana mungkin kamu bisa hidup tanpa membunuhnya? Aku yakin dia tidak mengasuhmu dengan percuma, kan? Perlihatkan padaku apa yang sudah diajarkannya! Asal kamu tahu, sekali sudah membunuh kamu akan menjadi pembunuh selamanya! Kamu tidak akan bisa kabur dari masa lalu! Apa kamu mau membunuhku juga?"
Pria itu mengambil pisau milik Daniel yang terjatuh, dan menodongkannya kepada Daniel yang masih terbaring di lantai dengan kesakitan.
"Kau seharusnya ikut mati terpenggal bersama keluargamu, Daniel!" Kata pria itu sambil melompat dan menusukkannya ke kepala Daniel, tapi dengan cepat Daniel menahan kedua tangan pria itu agar pisau tersebut tak menusuk ke kepalanya.
Pria itu meninju pipi Daniel, dan mau menusukkan pisau lebih dalam, tapi Daniel masih saja menahan pisau itu dengan sekuat tenaganya, meski kini pisau itu sudah melukai leher dan pipi Daniel sedikit, tapi Daniel terus berusaha menahan tenaga pria yang berada menindihnya.
"Kau bisa melihat mereka? Terpotong-potong! Seperti daging cincang!" Kata pria tersebut sambil mendorong pisau itu ke leher Daniel yang sepertinya sudah tidak bisa menahan lagi pisaunya agar tidak menancap ke lehernya hingga membuatnya mati.
Jleb!
Raut wajah pria yang berada di depannya langsung berubah, Daniel langsung berfikir ada yang salah dengan pria itu sehingga tenaga pria itu melemah. Dan, tak lama setelah itu pria itu langsung ambruk dengan sebuah kapak yang menancap di kepalanya. Ternyata, Rocky telah berdiri di belakang pria tersebut dan dialah yang melemparkan kapak ke kepala pria yang menyerang Daniel.
"Seharusnya kau tak boleh berisik karena ini perpustakan. Tapi, aku bersyukur kau berisik tadi." Kata Rocky
"Kau baik-baik saja, Rocky?" Tanya Daniel sambil bangkit berdiri dan menyingkirkan mayat yang menindih tubuhnya itu.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Aku baru saja membunuh orang." Jawab Rocky
"Lebih baik kita pergi ke Rumah sakit jiwa di kota ini. Zane bilang kita harus cari tahu tentang Sullyvan Agravain." Kata Daniel sambil melangkah pergi.
"Tunggu. Kita akan meninggalkan mayat ini disini?" Tanya Rocky
"Sial. Aku hampir lupa soal mayatnya." Kata Daniel yang kini berjalan kembali menuju mayat pria yang ingin membunuhnya tadi, dan mencabut kapak yang menancap di kepalanya. Setelah itu, Ia mengeluarkan plastik pembungkus makanan dan membungkus seluruh tubuh mayat pria itu dengan benda tersebut.
Setelah membungkus mayat itu, Daniel menyeretnya.
"Rocky! Jangan diam saja dan bantu aku angkat mayat sialan ini!" Kata Daniel sambil menyeret pria itu keluar dari ruangan perpustakaan.
"Aku tidak akan menyentuh mayat itu? Aku tak akan mengambil bagian apapun dari sini lagi, bung! Dan darimana kau belajar hal seperti itu?!" Kata Rocky yang mulai panik.
"Dari ayahku. Dan, tolong tenangkan dirimu jika kau tidak ingin ditangkap polisi karena telah membunuh pria sialan ini." Balas Daniel sambil menjatuhkan mayat itu ke lantai dengan santainya.
"Aku membunuh pria itu karena dia ingin membunuhmu, tentu saja kau yang harusnya bertanggung jawab untuk ini. Sekarang aku mulai menyesal telah kembali kesini dan membantumu." Kata Rocky sambil mendekati mayat itu.
"Karena itu Rocky, aku ini sedang membantumu menyingkirkan mayat ini. Lagipula, ini adalah jalanan Hollow Lavador yang selalu sepi seperti tak berpenghuni di malam hari. Jadi, kita harus tenang dulu." Kata Daniel sambil kembali mengangkat mayat itu dibantu dengan Rocky untuk memasukkannya ke bagasi mobilnya.
Setelah itu, Daniel langsung melaju pergi ke tengah hutan dengan cepat, dan mengeluarkan dua sekop. Sambil menceritakan apa saja yang Daniel ketahui tentang keluarga Agravain kepada Rocky, mereka menggali lubang yang sangat dalam di sana. Kemudian, mereka menguburkan mayat pria itu disana. Dan, setelah menyelesaikan pekerjaan mereka, Daniel mengemudikan mobilnya lagi untuk menuju rumah sakit jiwa.
"Jadi, itu benar huh? Kau dibesarkan oleh pembunuh berantai yang membunuh keluarganya sendiri? Aku tak sengaja mendengarnya tadi?" Tanya Rocky sambil berjalan di lorong rumah sakit jiwa itu.
"Orang yang selama ini aku panggil ayah itu juga membunuh keluarga asliku dan mengambilku untuk dibesarkannya saat aku masih bayi." Kata Daniel sambil sibuk memperhatikan beberapa keterangan nama ruangan disana.
"Kelam sekali… Ngomong-ngomong sebenarnya ruangan apa yang kita cari?"
"Departemen Berkas dan Evaluasi." Kata Daniel ketika Ia melihat sebuah ruangan dengan tulisan tersebut.
Daniel menyalakan lampu di ruangan itu, dan mulai mencari nama Sullyvan Agravain.
"Catatan masuk, evaluasi psikologis, apa yang dia makan… Semuanya ada disini. Dia dimasukkan oleh keluarganya sendiri. Disini tertulis dia menderita Achromasia-Albinisme. Mereka mengurungnya di bawah tanah karena dia berbeda. " Kata Daniel
"Dokter pengawasnya adalah Dr. Rudolf Agravain." Lanjut Daniel
"Pamannya sendiri?" Tanya Rocky
"Benar." Ucap Daniel
"Jesus Christ! Mereka menyiksanya." Kata Daniel ketika Ia melihat lembar-lembar catatan kertas kuning lainnya dan menunjukkannya kepada Rocky.
"Kejut listrik, terapi isolasi, perawatan diatermia serebral lateral… Keluarganya ini sinting." Gumam Rocky sambil membaca kertas yang diberikan oleh Daniel.
***
Zane langsung menghentikan mobilnya, ketika Ia melihat bekas gesekan ban yang mengarah ke dalam hutan. Hiro dan Zane pun turun dari mobilnya, dan berlari ke dalam hutan. Tak lama setelah merekka berlari, mereka menemukan mobil milik Miles menabrak sebuah pohon besar. Mereka berdua langsung membuka pintu mobilnya, dan mengeluarkan Miles yang terluka dari mobilnya.
"Miles! Sadarlah!" Kata Zane sambil menyiram wajah Miles dengan sebotol air.
Tiba-tiba saja Miles langsung membuka matanya, dan terbatuk karena tersedak air.
"Apa yang terjadi?" Tanya Hiro
"A-aku melihat wanita sialan yang menyeramkan itu. Lalu bibiku dirasuki sesuatu sampai Ia membunuh pamanku. Aku ketakutan, dan segera pergi melaju kencang dengan mobilku. D-dan anak laki-laki mereka juga mungkin dirasuki sesuatu sehingga dia tiba-tiba saja berada di dalam mobilku, dan membuat kekacauan ini." Kata Miles
Tiba-tiba kepala Hiro terasa sakit sehingga dia menjerit kesakitam sambil memegangi kepalanya yang sontak membuat kedua sahabatnya terkejut dan panik. Sementara Hiro, entah bagaimana bisa kembali melihat abad 1700-an di kota itu. Saat ini, dia sedang berdiri di dalam kastil dan menyaksikan keluarga Agravain bertengkar.
"Kau meracuni anak-anak itu. Katakan yang sebenarnya! Apa Hector yang melakukan ini?" Bentak ayahnya sambil mencambuki Sullyvan.
"Aku hanya mencoba menyelamatkan mereka. Tapi tak ada yang mau dengar. Kalian seharusnya tidak pernah membuat Hector marah, kini yang tersisa darinya hanyalah balas dendam. Aku tak ingin membiarkan mereka terluka, tapi kalian tak pernah membiarkanku keluar." Kata Sullyvan
Sementara itu, dari atas tangga Hiro melihat Hector yang sedang menatap keluarganya dengan penuh dendam.
"Hector, jangan ikut campur. Tahanlah emosimu. Kau bisa ikut kena masalah ayng lebih besar." Kata George
"Diam, dan perhatikan aku saja George. Kau tidak punya hak untuk melarangku. Dia adalah kakakku. Dan, aku akan memberi mereka mimpi buruk. Dan, akan kubunuh anak-anak bangsawan yang merendahkan kakakku." Kata Hector yang langsung pergi dari kastil.
"Sullyvan!" Bentak ibunya
"Kalianlah yang meracuni mereka, lalu menyalahkannya kepada kami. Meski, kalian melihat Hector melukai beberapa orang ataupun beberapa anak… dia hanya melukai orang yang melukainya terlebih dahulu. Dia adalah anak yang dikuasai dendam karena kalian." Kata Sullyan
Hiro pun langsung pergi berlari mengikuti Hector menuju taman bunga, disana Ia melihat ada anak bangsawan lain yang sedang berlarian di taman yang penuh bunga itu. Dari kejauhan, Ia melihat Hector bersembunyi sambil berbincang-bincang kepada seseorang di kegelapan.
Tiba-tiba salah satu anak bangsawan itu, terpental ke arah jerami dan kemudian terbakar dengan api biru. Sedangkan yang lain, jatuh ke dalam sumur yang dalam, dan yang lainnya lagi tiba-tiba menghantamkan kepala mereka satu sama lain dengan batu.
Hiro dapat melihat, seringai yang menyeramkan yang ada di wajah Hector di kejauhan saat itu.
Tiba-tiba penglihatannya menghilang, dan Hiro menemukan dirinya yang baru saja terbangun di bagian kursi belakang mobil Zane.
"Kau baik-bak saja?" Tanya Miles yang duduk di sebelah Zane yang sedang menyetir.
"Sullyvan sama sekali tak membunuh siapapun. Keluarganyalah yang membunuh beberapa orang itu dan melemparkan semua kesalahan mereka kepada Sullyvan. Sedangkan Hector, memang sepertinya membunuh beberapa orang. Tapi sepertinya Sullyvan selalu melindunginya. Dan, Hector membunuh orang-orang tersebut karena dendam. Mereka hidup di lingkungan yang keras. Sullyvan memilih untuk memaafkan, sedangkan Hector memilih untuk balas dendam berkali-kali lipat hingga dia benci buta hampir ke segalanya." Kata Hiro
"Kurasa Hector akan kembali lagi beberapa tahun untuk membunuh semua orang dengan rahasia kelam, terutama di Hollow Lavador ini. Tapi, dari mana kau tahu tentang semua itu?" Tanya Miles
"Aku melihatnya, Hector ada disana. Dia mengendalikan segalanya." Kata Hiro
"Kita selanjutnya." Kata Zane
"Kurasa kita memang harus pergi ke kastil itu dan mengembalikan bukunya." Kata Miles
***
Sesampai di kastil, mereka bertiga langsung memasuki kastil itu tanpa ragu dan mulai menyalakn senter mereka, dan mengarahkannya ke beberapa ruangan. Di bagian tangga, mereka dapat melihat cairan gelap hitam yang mengalir dari sana.
Miles berdiri tepat di samping Zane sambil mengarahkan senternya ke beberapa perabotan di ruangan itu, sedangkan Hiro sudah melangkah sendiri lebih jauh dari mereka.
"Hei itu ruangan untuk menuju ke atas, kan?" Tanya Hiro
Tiba-tiba Zane langsung mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya yang berdarah. Miles yang berada di sampingnya langsung panik serta terkejut, dan Ia hanya bisa memegangi Zane.
Miles membuka perut Zane yang disertai otot itu mulai mengukirkan tulisan di perutnya dengan sendirinya.
"Zane?" Panggil Hiro, tapi pintu di depannya langsung tertutup sehingga Ia tak bisa menuju ke arah Miles dan Zane.
"Zane!" Panggil Hiro sambil mencoba membuka pintu di depannya yang tiba-tiba terkunci itu.
Kriek!
Hiro yang mendengar lemari kecil di belakang mulai terbuka langsung berhenti mencoba membuka pintu itu, dan mulai menoleh ke belakang.
Ketika pintu lemari terbuka, Ia melihat tubuh mayat Phillip tersimpan disana.
"Ini tidak bagus." Gumam Hiro
Tubuh tersebut mulai bergerak, dan mengangkat kepalanya yang menampakkan wajahnya yang sangat pucat, beserta kedua matanya yang putih semua ke arah Hiro.
"Phillip." Panggil Hiro
Tiba-tiba kepala tersebut berteriak, dan lepas dari tubuhnya. Lalu, menggelinding dan berhenti di depan Hiro ke belakang Hiro, anak itu pun langsung berjalan cepat menjauhi kepala itu.
"Aku pasti massih hidup jika bukan karena kau, Hiro." Kata kepala itu.
"Tidak."
"Hiro, ada apa denganku?" Tanya kepala itu yang mengerang kesakitan, karena dari dalam kulit kepalanya, sesuatu telah menonjol.
Hiro hanya bisa terpatung dan berdiri diam disana.
Tak lama kemudian, keluarlah delapan kaki laba-laba di kepala Phillip.
"Kau pasti bercanda." Kata Hiro
Kepala yang memiliki kaki laba-laba itu langsung tertawa keras. Setelah itu, makhluk tersebut langsung berlari ke arah Hiro, dan mencoba memakan kakinya.
"Sial!" Umpat Hiro yang berlari untuk menghindari makhluk yang mengejarnya itu.
Saat makhluk itu melompat ke arah Hiro, dia langsung memukul makhluk itu sampai terpental ke jendela ruangan lain.
Sementara itu, Zane masih mengerang kesakitan setelah perutnya telah diukir tulisan, "Pengecut."
"Ini tidak nyata."
"Miles!" Teriak Zane sambil menunjuk ke arah cermin di depannya. Ketika, Miles menoleh kea rah cermin itu Ia melihat wendigo di belakang merekalah yang mengukir tulisan itu dengan kukunya di perut Zane. Kini, wendigo itu mengarahkan kukunya yang tajam ke leher Zane yang langsung panik ketakutan saat melihat hal itu dari cermin.
Miles segera mengambil pistol di saku celana Zane, dan menembak cermin itu sehingga luka ukiran di perut Zane langsung menghilang begitu saja.
Sementara itu, Hiro yang hendak mau pergi menuju ruangan lain langsung berhenti ketika Ia melihat air liur yang telah menetes di depannya. Ketika Ia melihat ke atas, kepala itu menggantung di atas bersama kaki laba-labanya.
Makhluk itu segera melompat ke kepala Hiro, hingga anak itu langsung terjatuh ke belakang.
Hiro mencoba melepaskan makhluk itu dari kepalanya agar tak memangsanya.
Zane dan Miles langsung pergi ke ruangan Hiro ketika mereka mendengar teriakan Hiro.
Miles segera berusaha menarik kepala itu agar terlepas dari Hiro.
Makhluk itu terus berusaha memakan dan menggigit wajah Hiro.
Zane segera mengeluarkan pistolnya dan menembaki kepala itu. Setelah itu, Ia mengeluarkan pisaunya dan mulai menancapkan pisaunya berkali-kali ke kepala itu.
Tepat pada saat itu juga, Miles langsung melempar kepala itu jauh-jauh dari mereka. Dan saat kepala itu menyentuh lantai, makhluk itu langsung berlari pergi.
Mereka bertiga bangkit segera naik ke atas tangga, dan memasuki ruangan dengan sel penjara itu. Ketika mereka turun ke dalam sel, mereka menemukan air yang memenuhi ruangan itu sampai setinggi bahu mereka.
"Sial, ini air selokan." Kata Miles sambil berjalan ke depan mendahului Zane dan Hiro.
"Hiro."
Hiro langsung menoleh ke belakangnya, ketika seseorang memanggil namanya.
"Hiro, ada apa?" Tanya Zane.
"Kurasa aku mendengar sesuatu." Kata Hiro sambil menoleh ke depan.
Tiba-tiba wedigo muncul di depannya dan mencengkram tubuh Hiro.
"Saatnya tenggelam!" Kata makhluk itu sambil membawa Hiro masuk ke dalam air yang kotor itu, mereka berdua tenggelam begitu saja.
"Hiro!" Kata Zane dan Miles langsung ikut menyelam untuk membawa Hiro kembali.
Tak lama kemudian, Zane keluar dari permukaan air dan membawa Hiro bersamanya. Tiba-tiba air menjadi surut, dan mereka tak dapat menemukan Miles.
"Rasanya aku mau menangis." Kata Hiro yang masih terbatuk-batuk karena air yang masuk ke saluran pernafasannya.
"Hiro. Kita harus kemana lagi?" Tanya Zane
"Menuju ke tempat, kamar Sullyvan. Kemudian ke tempat atas tempat kita menemukan bukunya." Kata Hiro
Zane langsung menyerahkan pistolnya ke Hiro.
"Kurasa pelurunya tersisa satu. Gunakan, jika ada dalam keadaan darurat." Kata Zane
Hiro langsung menyimpan pistol tersebut ke sakunya, dan mereka berdua segera berjalan menuju kamar Sullyvan.
Di sisi lain, Miles yang masih berenang menyelam, baru saja mau kembali ke permukaan untuk mengambil nafas, tapi Ia menemukan bahwa permukaan atasnya sudah berubah menjadi es. Mustahil baginya untuk kembali bernafas lagi selagi dia terjebak di bawah permukaan es. Namun, Ia melihat ada sebuah lubang cahaya di kejauhan. Miles pun segera berenang ke sana, dan keuar dari sana. Tapi, ketika kepalanya keluar dari permukaan es itu sambil mengambil nafas, Ia melihat dirinya sendiri dengan usia yang masih muda berdiri di depannya. Saat, Ia menoleh ke belakang, Ia menemukan ibunya sedang berdiri di sana. Miles yang setengah tubuhnya masih saja berada di dalam air hanya diam saja dan berdiri di tengah perbincangan itu.
"Maafkan aku, Miles." Kata ibunya kepada Miles kecil yang berada di depannya.
"Aku tak marah padamu, bu." Kata Miles kecil.
"Itu terjadi karena kesalahanmu, kan? Kau tak sakit pagi itu, kan?" Kata ibunya.
"Tidak." Kata Miles kecil.
"Aku hanya berpura-pura agar aku tidak masuk sekolah. Aku hanya ingin beristirahat di rumah, karena aku lelah dengan pertengkaran kalian." Kata Miles kecil.
"Kau bohong dan aku mati. Sebuah truk menabrakku saat aku melaju dengan mobilku untuk membelikanmu obat. Dan, ayahmu berfikir aku bunuh diri! Kau bohong dan aku mati!" Bentak ibunya.
"Kau bohong dan aku mati!"
"Kau bohong dan aku mati!"
"Kau bohong dan aku mati!"
"Itu terjadi karena salahku, ibu. Salahku." Kata Miles kecil.
"Tidak, tidak, tidak, itu…" Perkataan Miles terpotong ketika ibunya yang berada di belakangnya menggandeng tangannya.
"Kau bohong dan aku mati!" Bentak ibunya kepada Miles dengan wajah mayat yang terdapat beberapa ratus ulat yang menggerogoti matanya.
Miles langsung mencekik ibunya dengan wajah mayat busuk yang mengerikan itu, dan menenggelamkannya ke dalam air.
Tiba-tiba Miles kecil mendekatinya dan menodongkan pistol ke kepala Miles.
"Kita pantas mati." Kata Miles kecil.
"Kau anak terbaik yang pernah dia miliki." Jawab Miles
"Tidak! Kita membunuh ibu kita!" Katanya
"Dia menyayangimu. Hanya karena kau tak ingin masuk sekolah saat hujan meski sekali, bukan berarti itu salah kita." Kata Miles sambil merebut pistolnya dan menodongkannya ke kepala Miles kecil.
"Itu tak pernah menjadi salah kita!" Kata Miles sambil menembakkan peluru ke kepalanya. Tiba-tiba wajah Miles kecil berubah menjadi menyeramkan, Ia memiliki gigi bertaring, sedangkan matanya berubah menjadi kuning seperti mata ular.
Ketika, Ia mau menerkam Miles, dengan cepat pria itu menyelam kembali, dan berenang pergi.
Sesampai di kamar Sullyvan, mereka berdua pun masuk ke dalam tanpa menutup pintu kamar tersebut. Zane langsung naik ke atas meja dan membuka tangga rahasia untuk menuju ke atas yang terletak di langit-langit kamar itu.
Ketika, mereka berada sudah berada di lantai rahasia dengan beberapa pintu yang terkunci, tiba-tiba wendigo muncul di belakang mereka, dan mengejar mereka berdua. Mereka berdua pun segera berlari masuk menuju salah satu pintu yang paling kecil dari sekian pintu disana. Mereka terus berlari sementara wendigo itu tidak bisa memasuki pintu tersebut karena badannya terlalu besar. Tangan wendigo itu memanjang masuk ke ruangan itu dan mengejar mereka.
"Jesus Christ! Aku baru tahu bahwa makhluk itu bisa memanjangkan tangannya!" Kata Zane yang panik, sambil berlari agar tidak tertangkap oleh tangan itu.
"Oh sial! Umpat Hiro, ketika kepalanya nyaris dicakar oleh tangan wendigo yang memanjang itu.
Mereka berdua baru menghentikan langkah kaki mereka, ketika mereka sampai ke kamar yang memiliki tiga pintu.
"Sial! Kau pasti bercanda!" Umpat Hiro
Zane membuka pintu ketiga dan menyalakan lampu ruangan itu.
Tiba-tiba muncullah sepasang kaki dengan darah yang ada di bagian pinggang seperti sepasang kaki itu baru saja dipotong dari tubuhnya. Sepasang kaki itu berlari kea rah mereka, dan Zane segera menutup pintu itu.
"What the fuck!" Umpat Hiro sambil mundur ke belakang, tapi Ia langsung maju lagi beberapa langkah ketika jari-jari wendigo itu mau mencakarnya.
"Dia tak mempermainkan kita!" Kata Zane yang panik.
"Mari pilih pintu kesatu." Kata Hiro sambil mendekati pintu pertama. Ia pun membuka pintu tersebut dan menemukan seekor kucing duduk di depan mereka.
"Sial." Umpat Hiro
"Aku tak akan tertipu lagi. Mkahluk itu adalah monster yang mengerikan." Kata Zane
"Aku tau siasatmu, dasar jalang kecil." Kata Hiro kepada kucing putih yang kelihatan manis itu.
"Hiro, suruh dia berdiri." Kata Zane
"Apa kau bercanda? Dia bukan anjing." Kata Hiro
"Hiro, dia hilang." Kata Zane ketika Ia menoleh ke belakang dan menemukan bahwa tangan wendigo sudah tidak ada di belakang mereka.
"Ya, tunggu sebentar." Kata Hiro sambil melihat kucing itu.
"Berdiri." Kata Hiro kepada kucing itu. Seketika itu juga kucing langsung berdiri.
"Dia melakukannya! Oh, manisnya. Kucing pintar. Kucing itu sangat imut.Apa kau kucing pintar? Karena sepertinya aku ingin membawamu." Kata Zane
Tiba-tiba kucing itu berubah menjadi mayat burung pemakan bangkai dan membuka mulutnya lebar-lebar bersiap untuk menerkan mereka. Mereka brdua langsung berteriak dan kembali berlari keluar dari pintu kecil itu.
Setelah mereka sampai ke kamar Hector, mereka merasakan lantainya bergetar.
Mereka berdua mulai berpandangan satu sama lain. Seketika itu, badan Zane seakan-akan tertarik dan terbawa masuk ke dalam salah satu pintu. Hiro juga tertarik ke belakang dan masuk ke salah satu kamar. Hiro terlempar ke belakang, hingga tubuhnya menghantam pintu kamar yang sangat sempit. Ketika, Hiro mau keluar dari sana, pintu kamar itu langsung tertutup, dan terkunci. Hiro mencoba membuka pintu itu, tapi pintu itu tidak mau terbuka. Sedangkan tubuh Zane terhantam ke dalam tanah yang sudah digali sangat dalam untuk mengubur orang mati. Kalau dilihat-lihat lagi lubang itu mirip basement yang telah dikubur. Tiba-tiba, tanah disekitarnya mulai membanjirinya, dan memenuhi luang itu untuk bermaksud membuat Zane terkubur di dalam tanah hidup-hidup.
Di sisi lain, pintu di depan Hiro terguncang-guncang, dan terbuka sedikit.
"Kau disana, anak sialan?! Aku bisa mencambukimu lagi hahahaha!" Kata ayahnya yang membuka pintu itu secara paksa. Pintu itu tertutup dan terbuka lagi.
"Aku harap kau tidak pernah dilahirkan!" Kata ibunya
"Kemarilah pembawa sial!" Kata Kenzo
"Kau pembunuh!"
"Kembalikan tanganku yang kau patahkan!"
"Tanggung jawab!"
"Anak durhaka!"
"Pembawa masalah!"
Pintu itu tertutup dan terguncang-guncang lagi bersamaan dengan suara-suara yang terus keluar dari balik pintu. Tiba-tiba dari balik pintu itu, keluarlah banjir darah yang membasahi seluruh kamar, dan mulai memenuhi kamar itu. Hiro mencoba membuka pintunya, namun nihil. Pintu itu tetap tak mau terbuka. Hiro pun mulai naik ke atas tempat tidur sementara darah itu mulai naik setinggi bahunya.
Kaki Zane sudah terkubur di dalam tanah, dan tanah itu seakan-akan semakin memakan tubuhnya untuk dikubur. Zane berusaha melompat untuk mencapai permukaan tapi, jaraknya terlalu jauh.
Dari atas permukaan, Ia melihat wendigo sedang mengintipnya dengan seringai menyeramkan.
"Semua kesuksesaan itu, semua kerja keas itu, tapi dalam dirimu, kau tetaplah si kecil pecundang yang sangat pengecut! Kau akan mati sendirian!" Katanya sambil menutup pintu yang berada di atas itu.
"Tidak! Hiro!" Panggil Zane yang kini tanahnya sudah mencapai lehernya.
"Hiro! Kau bisa mendengarku?!"
"Hiro! Jangan dengarkan!"
"Hiro!"
Zane terus berteriak memanggil Hiro yang kini berusaha untuk mengambil nafas dari darah yang ingin menenggelamkannya.
"Zane!" Panggil Hiro
"Apa kau masih anak lemah lagi?" Kata ayahnya dari balik pintu.
"Aku bukan puteramu bajingan!" Bentak Hiro sambil menendang pintu itu.
"Hiro!"
"Hiro!" Panggil Zane yang kini sudah tenggelam karena tanah itu.
"Zane!" Panggil Hiro sambil menendangi pintu itu berkali-kali.
Hiro langsung mengangkat kedua kakinya, dan menendang pintu itu sampai terlepas, dan dengan segera darah itu keluar. Dan Hiro segera meraih tangan Zane yang sudah terkubur tanah. Ketika, Hiro menangkap tangan Zane, Ia langsung mengangkatnya, dan mengeluarkannya dari badai pasir beserta tanah yang tadi menenggelamkannya.
Bruk!
Mereka berdua langsung terjatuh bersamaan di depan pintu kamar Hector.
Sementara itu, Miles baru saja kembali ke permurkaan, entah bagaimana dia bisa berenang ke Hollow Lake. Ia pun segera menjauhi air, dan berjalan kembali menuju ke kastil. Baru saja, Ia mau berjalan ke kastil, mobil Daniel langsung berhenti di depannya.
"Miles!" Seru Rocky
"Rocky? Daniel?" Tanya Miles
"Kau baik-baik saja!" Kata Daniel
"Kita harus kembali ke kastil, Hiro dan Zane masih disana." Kata Miles.
Daniel pun segera melajukan mobilnya menuju kastil itu.
Setelah mengembalikan buku milik Hector Agravain. Mereka berdua segera pergi keluar dari kastil. Bersamaan dengan mobil Daniel yang kini berhenti di depan mereka berdua.
"Jesust Christ! Apa yang telah terjadi dengan kalian?!" Kata Rocky
"Jangan tanya." Kata Hiro dan Zane sambil masuk ke mobil Daniel, lalu melaju pulang ke rumah tempat mereka selalu berkumpul, sedangkan Hiro pulang ke rumahnya sendiri.