Part 19

Zane sibuk dengan ponselnya di kamarnya, posisinya saat ini sedang duduk di sebelah kaca yang besar. Miles menonton TV di ruang tamu. Sedangkan Daniel dan Rocky saat itu sedang membaca beberapa artikel tentang kastil Agravain.

Di dalam kamarnya, Zane terus sibuk memainkan ponselnya, membalas setumpuk pesan yang belum dibaca olehnya.

Tiba-tiba Ia mendengar suara ketukan dari cermin kaca yang berada di sebelahnya. Zane pun meletakkan ponselnya, menoleh ke atah cermin kaca tersebut, dan hanya melihat pantulan refeksi dirinya dengan kedua mata yang kurang tidur dan kelelahan.

Tak lama setelah Ia memperhatikan pantulan dirinya. Ia melihat bahwa bayangan cerninan dirinya, kini menatapnya dengan mata lebar dan intens yang sama. Tapi bukan hanya itu... Matanya sekarang benar-benar merah dan mulutnya berubah menjadi cemberut yang mengancam. Itu tampak seperti predator gila yang menatap mangsanya setelah berhari-hari mencarinya. Itu menakutkan, tapi itu bukan satu-satunya alasan pemandangan itu membuat Zane khawatir... Zane tidak tahu apakah itu hanya imajinasinya atau bukan... tapi sepertinya bayangannya semakin dekat ke cermin. Zane sangat takut sehingga dia hampir tidak bisa bergerak, tetapi Zane harus mengalihkan pandangan.

Aku harus bisa mengalihkan pandangan! Batin Zane yang segera pergi ke tempat tidurnya dan menarik selimut ke atas kepalanya, napasnya sekarang berat. Zane menutup matanya dengan erat, berdoa agar dia hanya membayangkan gambar itu. Tadinya tampak begitu nyata, dan sangat jahat, seolah-olah ingin menyakiti Zane! Tapi pikiran itu gila.

Itu adalah gambar di cermin, bayanganku! Itu tidak nyata ... Itu hanya salinan ... itu hanya diriku yang lain! Batin Zane

Pada saat itu Zane mendengar suara berderit yang terlalu familiar dari pintu kamarnya yang dibuka perlahan di belakangku. Zane membeku di bawah selimut. Zane tinggal sendirian di lantai atas, sedangkan semua sahabatnya berada di lantai bawah.

Dengan tangan gemetar Zane mengangkat selimut sedikit untuk mengintip keluar. Zane mengintip ke cermin di pintu di belakangku dan matanya langsung melebar ketakutan. Pintunya sedikit terbuka, tapi itu bukanlah bagian yang membuatnya takut. Bayangannya tidak ada di cermin lagi.

Zane sekarang bernapas lebih berat dari yang pernah dia alami sebelumnya, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Dia duduk dan dengan cepat meraih tongkat bisbol yang tergeletak di lantai di samping tumpukan majalah. Dia mendengar pintu berderit lagi dan dia berbalik menghadapinya, pemukul sekarang di tangan dan siap digunakan jika perlu. "S-siapa di sana ?!" Zane tergagap dengan keras, ketakutan dalam suaraku berdering. Tidak ada Jawaban.

Ketika Zane akan meluncur keluar dari selimutnya ketika pintu tiba-tiba terbanting tertutup. Zane melompat dan menjatuhkan tongkatnya, jatuh ke belakang ke sikunya, beberapa inci dari cermin. Tingkat ketakutan Zane sangat tinggi. Jantungnya berdebar tak terkendali. Zane mengalami sakit kepala yang parah sekarang. Dan saat itulah Zane mendengarnya. Geraman pelan. Itu berdeguk ke gendang telinga miliknya, suara parau, dan itu pasti bukan suara manusia... Lalu di belakang cermin kaca, Zane merasakan nafas panas di belakang leherku. Zane tidak pernah punya kesempatan untuk berteriak.

Ketika Ia menoleh ke arah cermin. Makhluk itu ada di dalam cermin. Wendigo ada disana sedang menatapnya seolah-olah mau memangsanya.

Zane langsung mengambil tongkatnya dan memukul cermin kaca itu sampai pecah.

Setelah itu, Ia langsung keluar dari kamarnya, dan turun ke bawah menuju para sahabatnya. Sebelum Zane menceritakan apa yang terjadi kepada para sahabatnya...

Bruk!

Tiba-tiba buku tebal Hector terjatuh, dari tas milik Daniel yang membuat keempast sahabat itu terkejut.

"Bukannya, Hiro yang memegang buku ini? Bukannya kemarin malam dia sedang mengembalikan buku tebal ini?" Tanya Miles

"Aku sama bingungnya denganmu, jelas-jelas tadi aku tak melihat ada buku itu di tas Daniel. Tapi, kenapa bukunya bisa kesini lagi?" Tanya Rocky tak mengerti.

"Kemarin aku mengembalikannya dengan Hiro! Sungguh!" Kata Zane

Daniel membalik bukunya dan menemukan lembar lainnya yang kosong tiba-tiba menulis lagi.

"Jesus Christ!"

"Kenapa kau menatapku?" Tanya Rocky panik.

"Entahlah, mungkin karena ceritaku sudah ditulis tadi? Tapi, dia gagal membunuhku, lalu Miles juga sudah. Tapi Hiro dan Zane masih belum juga, tapi bisa jadi ini ceritamu." Jawab Daniel

"Oh sial! Itu ceritaku! Apa aku akan mati?!" Tanya Rocky

"Aku bahkan belum baca ceritanya. Suatu malam, seorang anak laki-laki..." Kata Zane yang langsung berhenti membaca.

"Tunggu. Anak laki-laki?"

"Ini bukan ceritamu Rocky, kurasa ini cerita Hiro..." Kata Miles

"Tertulis disini, dia ingin masuk ke dalam kastil lagi?! Apa dia sudah kehilangan akal sehat?!" Kata Rocky

"Dia melakukannya karena dia tahu, itu belum berakhir. Disini tertulis bahwa dia ingin berbicara dengan oemilik buku itu. What the fuck?!" Kata Miles

***

Sebelum Hiro memasuki bagian belakang kastil itu, Ia mengumpulkan keberaniannya untuk masuk ke dalam kastil itu lagi.

"Hiro!" Panggil kelima sahabatnya yang berada di belakangnya.

"Tidak! Aku memulai ini semua. Salahku kelian jadi terlibat. Kutukan yang ada dari dalam diri kalian semua itu mulai tumbuh pada hari aku mengajak kalian pergi memasuki kastil ini karena rasa penasaranku. Sekarang aku akan masuk kesana, dan aku tak tahu apa yang akan terjadi. Aku tak bisa meminta kalian melakukan ini."

"Kami juga tak minta ijin padamu untuk memasuki kastil ini. Kau tidak pergi sendirian, Hiro." Kata Daniel

"Hiro! Kau tak perlu masuk ke sana lagi! Ini gila!" Kata Miles

"Kalian tak perlu ikut masuk. Apa kalian akan berpura-pura ini tidak terjadi seperti yang lainnya di kota ini? Karena aku tak bisa." Kata Hiro

"Sial." Umpat Rocky

"Aku dan Miles akan berjaga di luar jika ada sesuatu yang terjadi." Kata Zane

Hiro, Daniel, dan Rocky memasuki kastil yang sudah sangat berdebu itu perlahan. Tiba-tiba pandangan Rocky beralih pada sebuah ruangan yang paling banyak jaring laba-laba disana. Rocky mendekati ruangan itu, dan pergi menghampiri jarring-jaring itu. Disana, Ia menemukan sebuah kertas bersketsa dirinya yang dinyatakan hilang.

Hiro dan Daniel yang menyadari Rocky sedang memandangi kertas itu di ruangan lain, langsung menghampiri Zane yang masih memegangi kertas itu.

"Ada apa?" Tanya Hiro

"Disini tertulis aku hilang." Kata Rocky

"Kau tidak hilang, Rocky." Kata Daniel

"Kepolisian kota Hollow Lavador. Itu wajahku! Tertulis tanggalnya adalah hari ini!" Kata Rocky panik

"Tenanglah ini tidak nyata!" Kata Hiro

"Itu umurku! Itu tanggalnya!"

"Ini tidak mungkin nyata, Rocky!" Kata Hiro menenangkan Rocky.

"Tidak! Disini tertulis begitu! What the fuck! Aku akan hilang?! Aku tidak mau mati!" Kata Rocky

"Tenanglah! Dia hanya mempermainkanmu. Itu tidak nyata." Kata Daniel menenangkan Rocky.

Tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan Louise meminta tolong.

"Tolong! Tolong aku!"

Perlahan mereka menaiki tangga untuk menuju suara itu berasal, sesampai di lantai kedua di kastil itu. Di ruangan yang lumayan jauh dari mereka, mereka melihat Louise seperti sedang dalam posisi terjatuh di dalam salah satu ruangan.

Tiba-tiba kaki Louise langsung diseret pergi menghilang entah kemana di ruangan itu. Di saat Rocky dan Hiro mulai ketakutan karena baru saja melihat sahabatnya yang mati kini menghilang lagi. Mereka berdua tetap berjalan menuju ruangan tempat Louise diseret menghilang pergi. Sedangkan, Daniel terpatung menghadap ruangan lain di belakang mereka.

"Daniel. Apa yang kau cari?"

Suara ayahnya itu muncul lagi disekitar ruangan itu yang sedang di tatap oleh Daniel.

"Dia tadi di sini. Pergi ke mana dia?" Tanya Hiro yang di samping Rocky ketika Ia memasuki ruangan itu.

"Apa kalian dengar itu?" Tanya Daniel sambil menoleh ke belakang, tapi pintu yang berada di belakang Hiro dan Rocky dengan cepat menutup dengan sendirinya sebelum Daniel berhasil masuk ke ruangan yang sama dengan Rocky dan Hiro.

"Hiro! Zane!" Panggil Daaniel yang kini berlari menuju pintu yang tertutup itu, namun Daniel segera menghentikan langkahnya saat lantai yang berada di depannya mendadak berlubang.

"Daniel?" Panggil Hiro dari balik pintu mencoba membuka pintunya, tapi pintu itu terkunci.

Daniel yang masih terkejut, dan masih memikirkan cara untuk melewati lubang itu. Tanpa, Ia sadari di belakangnya terdapat mayat ayahnya yang sudah membusuk berjalan ke arahnya sambil membawa kapak.

"Waktunya tidur gelap, Danny." Kata mayat itu sambil memegang pundak Daniel, yang seketika membuat pria bermata biru itu menoleh ke belakang dengan panik beserta rasa takut yang bercampur aduk, dan semuanya bertambah ketika Ia melihat wajah mayat ayahnya, sehingga Ia tak sadar bahwa Ia langsung berjalan mundur sampai terjatuh ke lubang itu, Ia terus terjatuh sampai ke lantai bawah hingga terhantam sebuah meja kayu besar hingga patah. Tulang tangannya bengkok, seketika itu Ia pingsan seketika.

Sementara itu, Hiro masih sibuk untuk membuka pintu yang masih terkunci itu.

"Daniel! Kau dengar aku?! Buka pintunya Apa yang terjad, Dan?" Kata Hiro sambil sibuk mendobrak pintu di depannya itu.

Tiba-tiba Rocky mendengar seseorang memanggil namanya di ruangan lain yang ditutupi kain putih disana. Perlahan Rocky masuk ke ruangan itu, dan mendekati suara tersebut berasal.

"Kemarilah Rocky!"

"Kau dimana? Kita tidak sedang bermain petak umpet, bodoh!" Kata Rocky sambil mencari asal suara tersebut di ruangan yang penuh perabotan yang ditutupi kain putih.

Hiro yang menyadari bahwa Rocky telah tidak ada didekatnya lagi, dan malah masuk ruangan pun langsung memanggil Rocky. Merek berdua sama-sama berlari mendekati pintu yang menembus ruangan mereka, tapi pintu tersebut tertutup dan terkunci sebelum mereka berhasil meraih pintu itu.

"Rocky!"

"Hiro! Buka pintunya!" Kata Rocky sambil mencoba membuka pintu itu.

"Tak mau terbuka!" Kata Hiro yang mencoba membuka pintu itu.

"Apa yang terjadi Rocky?! Buka pintunya!" Kata Hiro sambil mendobrak pintu itu berkali-kali.

Tiba-tiba sebuah lilin menyala dan kembali mati di ruangan Rocky. Setelah itu, seluruh kain putih yang di ruangan itu terlepas dengan sendirinya. Dan, kain putih yang menutupi benda-benda yang Rocky kira itu perabotan, ternyata adalah peti mati yang diberdirikan, beserta mayat di dalamnya yang sudah membusuk. Ketika salah satu penutup peti terjatuh di belakangnya, Rocky sontak menghadap ke belakang, dan berteriak terkejut karena melihat mayat mumi di depannya, tapi mayat itu sama sekali tak bergerak, mayat itu hanya mayat biasa.

Rocky berjalan perlahan mendekati salah satu mayat, dan mengetuk kepalanya. Tapi, taka da yang terjadi.

"Dasar mayat bodoh." Gumam Rocky

Seketika itu, sebuah kain terakhir yang menutupi sesuatu di depannya, tiba-tiba terjatuh dan menunjukkan bahwa ada peti mati terakhir yang dalam posisi ditidurkan. Peti itu adalah peti yang satu-satunya tidak terbuka di ruangan itu.

Perlahan Rocky mendekati peti tersebut, dan perlahan peti itu terbuka sendiri. Ketika, Ia sudah berada di dekat peti itu, Ia melihat bahwa ada kain hitam yang membungkus suatu benda di dalam peti mati itu.

Ia pun membuka kain putih itu, dan menemukan boneka yang persis dirinya.

Rocky segera menutup peti mati itu.

Tiba-tiba penutup peti mati, seakan-akan tertendang dari dalam hingga penutup itu terlepas, lalu darisana muncullah mumi setinggi 6 kaki yang kini terbangun dan berdiri di atas peti mati itu. Mumi itu langsung berlari mendekati Rocky sambil membuka kedua tangannya untuk mencengkramnya, sontak Rocky langsung berlari pergi menuju pintu bersamaan dengan Hiro yang berhasil mendobrak pintu, dan menarik Rocky masuk. Setelah itu Hiro menutup pintu tersebut sehingga mumi itu tak bisa menggapai mereka, dan terkunci di ruangannya.

"Ayo pergi darisini." Kata Rocky yang terngah-engah sangking takutnya.

Seketika itu, mereka melihat tempat duduk sofa itu bergerak, terlihatlah bahwa ada sesuatu yang keluar dari dalam kursi sofa itu. Tempat duduk sofa itu robek, dan muncullah kepala Louise dengan kulit pucat disana.

"Mau bermain?" Katanya sambil memuntahkan cairan berwarna hitam yang perlahan membasahi seluruh lantai. Cairan hitam itu dapat membakar benda apapun yang mengenainya. Mereka pun segera mundur perlahan, agar tak terkena cairan hitam itu.

Kepala Louise yang muncul dari sofa bergetar sambil tertawa dengan keras.

Ketika, mereka mau pergi ke belakang, pintu yang ada di depan mereka berubah menjadi tiga.

"Sial! Apa yang harus kita lakukan?!" Umpat Rocky panik.

Hiro langsung membuka pintu pertamaa, dan Rocky langsung berteriak terkejut ketika Ia melihat seorang wanita berpakaian lusuh digantung tanpa kaki, wanita itu hanya menampakkan bagian atas tubuhnya diatas. Sedangkan bagian bawahnya nampak seperti baru saja dipotong.

Rocky yang masih berteriak panik segera menutup pintu itu.

"What the fuck is that?!" Teriak Rocky

Mereka tak bisa kemana-mana karena cairan hitam itu mulai mendekati mereka.

"Itu tidak nyata, ingat poster orang hilangitu? Itu tidak nyata, jadi ini juga." Kata Hiro

Sementara itu , Daniel baru saja sadar dari pingsannya, dan mendapati bahwa lengan kirinya bengkok sebelah. Ia meringis kesakitan.

Tiba-tiba lemari kecil di depannya perlahan terbuka, dan nampaklah mayat ayahnya yang berada di disimpan di dalam sana. Ia bisa memutar anggota tubuhnya dengan lentur, seakan-akan di tak memiliki tulang. Mayat itu perlahan keluar dan memperbaiki postur tubuhnya yang membengkok tidak beraturan, menjadi seperti postur manusia biasa.

Daniel yang melihat itu, mayat ayahnya itu langsung ketakutan, dan menyeret tubuhnya mundur karena lengan kirinya patah, beserta kedua kakinya terkilir gara-gara terjatuh tadi. Jadi, sangat sakit untuk dibuat berjalan apalagi berlari.

"Waktunya tidur gelap." Kata mayat ayahnya dengan suara serak dan berjalan mendekati Daniel dengan membawa kapak.

Ketika, mayat itu mendekatkan wajahnya ke arah Daniel, pria itu langsung mendorong wajah mayat itu agar tidak mendekat. Dan seketika itu juga, mayat itu mencekik Daniel. Sementara tangan kanannya memegang kapak bersiap untuk memenggal kepala Daniel

Di sisi lain, Hiro langsung membuka pintu itu bersama dengan Rocky, sehingga mayat ayah Daniel tidak jadi memotong kepalanya, dan melepaskan cekikannya. Mayat itu kini menoleh ke arah mereka.

"Jesus Christ! Daniel!" Kata Rocky yang menlihat Daniel yang masih terbatuk dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya setelah lehernya dicekik.

"Ini tidak cukup nyata bagimu, Hiro? Aku tidak cukup nyata bagimu?" Tanya mayat itu.

"Sial." Umpat Hiro dan Rocky.

"Ini cukup nyata bagi Daniel." Kata mayat itu sambil tertawa dan berlari ke arah Hiro dan Rocky yang berteriak ketakutan sambil bersiap mengayunkan kapak untuk memotong kepala mereka.

Tiba-tiba Zane langsung melemparkan tombak besi ke kepala mayat itu dari arah samping. Mayat itu langsung berlutut mengerang kesakitan.

"Bantu Daniel!" Kata Zane yang langsung menghampiri Daniel yang masih dalam posisi duduk mengerang kesakitan.

"Sial! Kita harus pergi darisini." Kata Miles yang melihat mayat itu mengeluarkan cakar ari kukunya dan mendekati mereka semua yang sedang membantu mengangkat Daniel yang berteriak ketakutan.

"Dia akan menangkap kita!" Teriak Rocky

"Tidak!" Jerit Daniel ketika mayat itu bergerak yang langsung menebaskan cakarnya hingga melukai perut Daniel. Setelah itu, mayat itu pergi berlari ke luar kastil, dan masuk ke dalam lubang pohon besar.

"Akan kubenarkan posisi tanganmu!" Kata Miles sambil memegang lengan kiri Daniel yang bengkok.

"Miles! Jangan sentuh aku!" Teriak Daniel

"Baiklah, satu, dua, tiga."

"Jangan sentuh aku!" Jerit Daniel

Krak!

Lengan Daniel yang tadinya bengkok kembali dalam posisi semula, disertai dengan jeritan kesakitan Daniel.

"Berengsek kau Miles!" Kata Daniel yang kini menahan sakit.

"Sama-sama." Kata Miles yang langsung membantu Zane untuk mengangkat Daniel untuk mengggendongnya keluar kastil.

Ketika mereka semua sudah keluar kastil dan baru saja ingin pergi menuju mobil mereka, Hiro langsung membuka mulutnya.

"Aku melihat lubang pohon itu, dan lain kali kita akan lebih bersiap." Kata Hiro

"Tidak! Tidak ada lain kali, Hiro." Kata Miles sambil meletakkan Daniel untuk beristirahat di bawah. Zane pun kini ikut membiarkan Daniel beristirahat di dekat pintu.

"Kau sudah gila!" Kata Rocky

"Kenapa? Kita semua tahu orang lain takkan berbuat apa-apa."

"Daniel hampir mati! Look at this fucker, man! Dia terluka parah!" Kata Rocky sambil menunjuk Daniel yang masih mengerang kesakitan.

"Miles! Kau sendiri bilang bahwa Hector akan terus terus menulis cerita sampai seluruh orang dengan rahasia kelam mati?" Kata Zane

"Sebelum itu terjadi, aku sudah jauh dari sini! Katamu kau ingin pergi dari kota ini juga!" Kata Miles

"Aku saat ini sedang lari menuju sesuatu. Bukan pergi!" Kata Zane

"Kita hadapi saja faktanya. Louise sudah mati. Phillip mungkin juga. Berhentilah membuat kami juga tewas! Kau tak bisa selamatkan dia, taoi kau masih bisa selamatkan dirimu." Kata Rocky

"Tidak, kita semua takut. Tapi, tarik ucapanmu kembali!" Bentak Hiro sambil mendorong Rocky sampai terjatuh. Rocky segera bangkit untuk mau menghajar Hiro, tapi Ia tubuhnya langsung dicegat oleh Miles. Sedangkan tubuh Hiro segera dicegat oleh Zane agar mereka berdua tidak berkelahi.

"Kalian hanya pecundang dan akan membuat diri kalian tewas karena menangkap orang yang sudah mati!" Kata Rocky

"Hentikan! Inilah yang dia inginkan. Dia ingin memecah belah kita. Kita bersama-sama ketika kita melukai dia. Karena itulah kita masih hidup." Kata Daniel

"Benarkah? Kalau begitu aku berencana untuk tetap hidup." Kata Rocky sambil melangkah pergi.

Tiba-tiba akar pohon menjadi hidup dan bergerak sehingga akar itu mengikat kedua kaki Daniel dan menariknya masuk ke dalam lubang pohon itu yang kini kembali tertutup.

"Fuck!" Umpat Rocky

"Daniel!" Teriak Zane

"Apa yang harus kita lakukan?!" Tanya Miles panik.

Hiro langsung mengambil tali dari bagasi mobil milik Daniel.

"Kurasa sumur tua itu memiliki dapat membawa kita menuju Daniel. Ada sebuah lubang rahasia yang kemungkinan Daniel ada disana. Aku melihat tempat itu di dalam mimpiku." Kata Hiro sambil menunjuk ke arah sumur tua yang terletak dibelakang kastil.

Mereka pun segera menyiapkan tali mereka untuk turun ke bawah.

"Aku tidak mau buat permintaan di sumur ini." Kata Rocky sambil melihat ke sumur yang begitu dalam.

Zane pun perlahan turun ke bawah dengan hati-hati, dan masuk ke dalam sebuah lubang yang ada di samping sumur itu. Setelah itu, disusul oleh Miles dan Rocky yang mulai menuruni tali dengan perlahan dan ikut masuk ke dalam lubang.

Ketika Hiro baru saja mendekati sumur, tiba-tiba dari belakang Caesar memukul kepalanya dengan batu hingga anak itu berteriak mengerang.

"Matilah!" Kata Caesar sambil melempar tubuh Hiro sapai menghantam pohon. Pistol yang berada di saku Hiro terjatuh dan tergeletak di sekitarnya.

"Hiro!"

"Hiro!"

"Kau tak apa-apa? Hiro!" Panggil ketiga sahabatnya yang berada di lubang sambil mencoba melihat ke atas sumur dari lubang rahasia itu.

Caesar menyeringai ke bawah kepada ketiga sahabat tu sambil menarik kembali tali ke atas dan membuangnya di dekat pohon.

"Sial, itu Caesar." Kata Miles

"Hiro! Dimana dia?" Tanya Zane

"Kita berikutnya." Kata Rocky

"Jangan ganggu dia!" Kata Zane

"Hiro!"

"Kau tak mendengarkan perkataanku, ya? Kau seharusnya pergi dari Hollow Lavador. Kini aku sedih karena teman-temanmu satu per satu mati. Aku sedih karena bukan aku yang membunuh mereka." Kata Caesar sambil mendekati Hiro.

Hiro langsung mengambil pistol yang berada di dekatnya, tapi Caesar juga menahan pistol itu. Mereka berdua berebut pistol, sementara teman-teman mereka memanggil Hiro dari lubang rahasia yang berada di dalam sumur.

"Aku harus naik ke sana." Kata Zane

"Apa kau sudah gila?! Naik dengan apa?" Kata Rocky

Caesar menindih Hiro yang kini kedua tangan dan kakinya sudah ditahan olehnya. Caesar segera menarik pelatuk pistol itu dan menodongkannya ke kepala Hiro.

Seketia itu Hiro segera meninju kepala Caesar dengan tangan kanannya sehingga tembakannya meleset menjadi nyaris terkena telinga Hiro. Tepat pada saat itu juga, Hiro langsung mengambil batu yang berada di sebelahnya dan menghantam kepala Caesar dengan batu sampai Caesar terjatuh. Ketika, Caesar mencoba bangkit berdiri. Hiro langsung berdiri dan mendorong Caesar sampai jatuh ke lubang sumur yang sangat dalam.

"Oh shit!" Umpat Miles ketika Ia melihat Caesar terjatuh.

"Hiro!" Panggil Zane

"Aku tidak apa-apa." Kata Hiro sambil menyiapkan tali untuk turun ke bawah.

Sementara itu, Daniel yang baru saja sadarkan diri, mengeluarkan senter yang Ia simpan di saku celanya, dan menyalakannya.

"Daniel."

"Zane?"

Daniel segera mengarahkan senternya ke salah satu lubang di depannya, dan tak lama kemudian, Ia melihat mayat ayahnya sedang mengintip dari balik lubang itu. Daniel segera mundur ke belakang dan mengarahkan cahaya lampu senternya ke beberapa lubang disana.

"Teman-teman?"

"Teman-teman!" Panggil Daniel yang panik sambil terus mengarahkan cahaya lampu senternya ke beberapa lubang.

Sementara itu, keempat sahabatnya masih sedang berjalan mencarinya lewat jalan lubang lain.

"Daniel!" Panggil Zane saat memasuki jalan lubang lain.

"Danny!" Panggil Miles

"Sial! Air limbah!" Umpat Rocky ketika Ia menyadari bahwa, Ia memasukkan kakinya ke air kotor di tempat itu yang tingginya sekitar 30 cm.

"Daniel!" Panggil Hiro

Tiba-tiba saja Rocky tersandung sesuatu dan terjatuh di air limbah itu, ketika Ia mengangkat kepalanya, betapa terkejutnya dia ketika Ia melihat beberapa kepala mayat yang kini mengambang ke atas. Ia langsung berteriak, dan segera bangkit berdiri.

"Kita harus cari lain. Kita harus pergi dari lubang yang penuh air limbah ini!" Kata Miles sambil berlari ke arah lubang lain.

"Miles! Tunggu!" Kata ketiga sahabatnya sambil mengejar Miles.

Tiba-tiba Daniel mendengar sesuatu di belakangnya. Ia segera menyinari bagian arah lubang san sampingnya. Ketika, Ia mulai mengarahkan senternya ke kanan, mayat ayahnya langsung muncul di depannya dan menerkan Daniel. Ia membuka mulutnya lebar-lebar dan mulai menggigit kepala Daniel.

Para keempat sahabatnya yang masih sibuk berjalan mencari Daniel, tiba-tiba saja mendengar teriakan Daniel.

"Daniel!" Panggil Rocky

"Sesuatu telah terjadi padanya."

"Daniel! Kami datang kawan!" Kata Zane sambil berlari menuju eriakan Daniel disertai teman-teman yang mengikutinya di belakangya.

"Sial! Makhluk apa itu!" Kata Rocky ketika Ia melihat mayat ayah Daniel mulut ayah Daniel seperti mulut death worm ketika memakan kepala Daniel. Mayat itu melepaskan mulutnya dari kepala Daniel yang masih utuh, rupanya mayat itu hanya menghisap darah dari kepala Daniel saja. Rocky langsung bernafas lega, karena makhluk itu tak memakan kepala Daniel sampai putus. Tiba-tiba makhluk itu berlari pergi ke salah satu lubang, meninggalkan Daniel yang terbaring pingsan.

"Danny!"

"Daniel!"

"Dan!"

Panggil keempat sahabat itu sambil menghampiri Daniel dan mencoba menyadarkannya. Seketika itu juga, Daniel menjerit ketakutan.

"Kalian meninggalkanku!"

"Kami di sini untukmu." Kata Hiro

"Ini salahmu!"

"Daniel, maafkan aku." Kata Rocky

"Kami tak akan membiarkanmu celaka." Kata Miles yang mencoba menenangkannya

"Kalian bahkan bukan temanku!" Kata Daniel

Tiba-tiba Zane melihat Riko sedang berlari masuk ke salah satu lubang. Zane langsung mengambil pistol yang berada di saku Hiro dan berjalan cepat mengikutinya. Hiro pun langsung mengikuti Zane.

"Kau tahu kami takkan lakukan itu padamu." Kata Rocky sambil menenangkan Daniel. Namun, Ia kini menyadari bahwa kedua sahabatnya sudah menghilang pergi entah kemana.

"Zane! Hiro!" Panggil Rocky

Zane dan Hiro megikuti Riko sampai keluar dari pintu rahasia dari kastil. Ketika mereka mau mencari kea rah luar, seorang polisi langsung menangkap mereka dan memasukkan mereka berdua ke mobil polisi tersebut tanpa menjelaskan sepatah katapun.

***

"Zane Alvarez. Kau lakukan kewajibanmu ke kota ini. Bagaimana pun juga. Aku bisa membantumu jika kau menceritakan soal teman-temanmu yang mati." Kata polisi itu

"Sudah kuceritakan semua yang kutahu." Kata Zane

"O, ya. Benar. Buku Hector Agravain. Ceritanya menulis sendiri. Dan segalanya jadi nyata. Pergilah dari sini, Hiro. Kota ini tidak cocok untukmu. Kau bisa pergi. Kau jauh lebih baik daripada si pecundang itu. Ayolah, apa kata oraang tuamu nanti?"

"Aku tidak akan pergi." Jawab Hiro

"Mungkin satu malam di penjara bisa membuatkalian buka mulut." Kata polisi itu sambil memasukkan mereka ke dua sel penjara yang berbeda dan meninggalkan mereka. Tiba-tiba lampu menjadi padam dan mendadak beberapa petir menggelegar di kota itu. Setelah itu, polisi tersebut berjalan mendekati pintu perlahan. Hiro dan Zane yang melihatnya langsung menjadi panik.

"Tunggu, ada cerita lagi? Kumohon, biarkan kami keluar!" Teriak Zane

"Jika ada cerita lagi, kita asemua dalam bahaya!" Teriak Hiro, tetapi polisi itu tetap tidak mau mendengarkan Hiro.

"Apa yang terjadi di cerita itu? Katakan nama siapa adalam buku itu?!" Teriak Hiro dari dalam sel.

"Zane." Jawab polisi itu sambil mendekati sebuah pintu terbuka yang gelap gulita.

Tiba-tiba sebuah tawa menghiasi seluruh tempat itu, dan sebuah kepala yang terpotong menggelinding sendiri di depan polisi yang masih terpatung itu. Setelah itu, Ia mengeluarkan sebuah pistol dan menembaki kepala yang sedang tertawa itu.

Pada saat tembakan itu terhenti, potongan tubuh lain seperti tangan, kaki, dan tubuh terjatuh di depan polisi tersebut. Potongan tubuh itu menggeliat dan menyambung menjadi satu, membentuk manusia yang utuh. Setelah itu, makhluk tersebut langsung mendekati polisi yang terpatung menatapnya, dan mematahkan kepalanya.

Kemudian, Ia kembali tertawa sambil melemparkan mayat tubuh polisi itu ke sel Hiro.

"Zane!"

"Jesus Christ! Apa itu?!" Teriak Hiro sambil melangkah mundur, ketika Ia melihat makhluk itu kini merangkak seperti cara gorilla berjalan, dan terus memanggil nama Zane.

Makhluk itu menghampiri sel Zane, dan memanjat ke atas, kemudian mencoba memasukkan kepalanya yang besar lewat sel-sel yang sempit itu dengan paksa. Sedangkan Hiro berusaha meraih kunci yang berada di saku mayat polisi itu.

"Pengecut!" Teriak makhluk itu saat kepalanya masuk ke sel Zane. Setelah itu, Ia berusaha untuk memasukkan badannya untuk masuk ke sel Zane.

Ketika, Hiro berhasil mengambil kunci sel miliknya, Ia langsung membuka pintu selnya, setelah itu, Ia langsung membuka pintu sel milik Zane sehingga kedua sahabat itu akhirnya berlari kabur, dan Hiro mengambil buku Hector kembali. Lalu, Zane mengambil kunci mobil polisi tersebut.

Di tengah hujan yang deras, pakaian mereka basah kuyup karena hujan. Dan, Zane masih saja terdiam terpatung menatap mobil polisi itu.

"Apa yang kau tunggu? Cepat buka mobilnya dan pergi darisini!" Kata Hiro

"Pergilah ke kastil itu! Ceritakan kebenarannya pada Hector! Karena makhluk itu akan mengikutiku!" Kata Zane

"Tapi, ceritanya terus jadi nyata!" Kata Hiro

"Lebih baik kau cepat lari! Hentikan Hector dank au akan hentikan ini!" Kata Zane sambil masuk ke dalam mobil dan melaju pergi dengan cepat.

Hiro pun langsung berlari secepat kakinya mampu membawanya untuk pergi ke kastil Agravain.

Zane masih saja mengemudi di jalanan yang basah karena terguyur air hujan yang sangat deras malam itu.

Tiba-tiba makhluk itu langsung melompat di jendela depan mobilnya, dan memukul bagian depan kaca mobil yang sedang dikendarai Zane. Setelah itu, Ia memukul lagi jendela yang berada di samping Zane. Kemudian, Ia mulai memukul setiap jendela yang ada di belakang hingga menimbulkan retakan. Ketika makhluk itu berhasil memecahkan kaca di samping Zane. Pria itu langsung menghentikan laju mobilnya sehingga membuat makhluk itu hampir terjatuh, setelah itu kembali melaju dan membelokkan laju mobilnya ke kanan dan ke kiri.

Tepat pada saat itu juga, Zane menambah laju mobilnya hingga menabrakkan makhluk tersebut ke sebuah truk yang sedang terparkir saat itu, dan segera keluar dari mobil meninggalkan makhluk yang terus mengerang itu terjepit diantara mobil dan truk. Makhluk itu berusaha mengeluarkan diri, namun nihil. Tiba-tiba makhluk itu memisah seluruh anggota tubuhnya, lalu menyambung anggota tubuhnya lagi menjadi utuh kembali. Setelah itu, makhluk itu mengubah wujudnya menjadi wendigo.

Sementara itu, Hiro baru saja sampai ke kastil tersebut dan masuk ke dalam tempat gelap yang berdebu itu.

"Hector! Kau bisa mendengarku? Sialan kau! Berhenti membuat cerita! Kami tak berbuat salah padamu! Kami ingin membantumu! Kami tahu kau tak bersalah! Kami tahu kau tak bermaksud membunuh anak-anak itu! Kumohon berhentilah bercerita!" Teriak Hiro diseluruh ruangan gelap dan tak ada satupun penghuni itu.

Perlahan, suasana, dan tempat kastil yang gelap, tua, dan usang itu berubah menjadi kastil yang bersih, terang, dan sangat mewah walau memiliki nuansa jaman era yang berbeda. Ketika, Hiro melirik buku yang berada di tangannya, buku itu sudah tidak ada.

Di saat yang bersamaan, Zane baru saja masuk ke wilayah kastil gelap, dan tua itu.

"Hiro! Dimana kau?" Teriak Zane ketika dia memasuki ke dalam kastil, tapi tidak ada jawaban. Di dekat tangga, terdapat buku milik Hector Agavain disana. Dan, tiba-tiba cerita yang berjudul kastil berhantu itu kembali menulis sendiri. Tertulis nama Hiro disana.

"Tidak. Tidak. Tidak."

Tiba-tiba Zane mendengar erangan makhluk yang telah ditabraknya tadi, Zane pun panik dan berlari ke arah jendela untuk mengintip makhluk itu, ternyata benar seperti dugaannya, wendigo telah tiba untuk membunuh dirinya.

"Sial!' Umpat Zane

"Hiro!" Panggil Zane sambil naik ke atas tangga.

Di waktu yang bersamaan Hiro yang masih saja melihat-lihat ruangan yang berada dibawah, dapat mendengar suara Zane dan langkah kaki sedang berlari menaiki tangga. Tak hanya, itu Ia juga mendengar suara beberapa pria dan wanita sedang berteriak dalam kemarahan.

"Dia keluar dari kamar lagi!"

"Sullyvan keluar dari kamar lagi!"

"Temukan dia sekarang!"

"Sullyvan!" Panggil salah satu pria sambil menuruni tangga. Pada saat itu juga, Hiro langsung berlari pergi dan bersembunyi di balik korden.

Ketika, dia mengintip sedikit, Ia melihat kedua pria sedang berjalan di sana.

"Aku akan mencarinya ke sebelah sana, Rudolf." Kata salah satu pria itu sambil berjalan ke arah lain.

Pria itu mulai mencari di bawah meja, dan akhirnya pergi ke ruangan lain. Pada saat pria itu melangkah pergi, Hiro dengan cepat berlari untuk keluar dari pintu, tapi Ia langsung mengurungkan niatnya ketika Ia melihat salah stau pria itu baru saja menutup pintu. Hiro pun akhirnya berlari menaiki tangga, masuk ke dalam salah satu ruangan, dan menutup pintunya. Ia masih saja berdiri di dekat pintu sambil menempelkan dahi beserta memejamkan matanya selagi Ia mendengar suara pria itu memanggil nama Sullyvan.

"Albert, apa kau melihatnya?"

"Entahlah, Henry."

"Ayah! Dia disini!" Teriak salah satu anak perempuan yang berada di belakangnya, ketika Hiro hendak mau berlari pergi, Ia terkejut ketika Ia tak sengaja melihat pentulan dirinya di cermin kaca besar di sampingnya.

Entah bagaimana, Ia melihat bahwa dirinya memiliki kulit yang sangat pucat, rambut putih, dan bermata biru. Hiro terkejut bahwa dia adalah Sullyvan Agravain saat Ia melihat pantulan dirinya di dalam cermin.

"Dia di dalam sini!" Teriak anak kecil itu lagi.

Tepat pada saat itu juga, Hiro segera pergi dari kamar itu, lalu menuruni tangga. Hiro pergi ke arah ruang makan, dan Ia melihat lukisan keluarga Agravain, semua wajah terlukis disana, kecuali wajah Sullyvan yang dicoret-coret menjadi hitam. Ketika, Ia berbalik Ia melihat seorang anak laki-laki dengan rambut pirang kecoklatan sedang berdiri memandanginya disana.

"George." Kata Hiro

Anak itu langsung menunjuk ke bawah meja makan. Hiro segera bersembunyi di bawah meja makan itu.

Di saat yang bersamaan.

"Zane!" Panggil makhluk itu sambil memanjat menaiki tangga, sementara itu Zane masih saja berlari menaiki tangga dan membuka salah satu pintu kamar, lalu menutupnya dan bersembunyi di sana sambil memegang buku tebal itu dengan erat.

"Zane!" Makhluk itu meraung dan mencakari pintu luar kamar tempat Zane bersembunyi. Setelah itu, wendigo itu segera mendobrak pintu itu berkali-kali. Tepat pada saat pintu itu berhasil dihancurkan oleh wendigo itu. Zane dengan cepat membuka pintu lain yang berada di sebelahnya dan berlari lagi.

Ia terus berlari dan berlari sambil menuruni tangga, tapi tiba-tiba Ia tersandung hingga Ia terjatuh berguling di tangga.

Di waktu yang bersamaan pada saat itu.

Hiro yang sedang bersembunyi di bawah meja dapat melihat langkah kaki ketiga pria tersebut sedang berada di dekatnya.

"Kau lihat Sullyvan?" Tanya Albert

"Tidak, paman." Jawab George.

"Dia bohong." Kata Rudolf

"Kau tak bohong, kan, George?" Tanya Henry

"Tidak, ayah. Aku tidak lihat Sullyvan." Jawab George

Tepat pada saat itu Albert dan Rudolf langsung mencengkram puteranya dan menyeretnya pergi.

"Tidak, ayah, kumohon, jangan!"

"Kumohon jangan!"

Di waktu yang sama, Hiro melihat langkah kaki Henry sedang berputar mengelilingi meja, yang membuat Hiro langsung mundur karena panik, hingga kepalanya tertatap meja di atasnya. Pada saat itu juga, Henry langsung membalikan mejanya, dan menemukan Hiro.

"Kena kau bocah sial!" Kata Henry sambil menyeret Hiro dari belakang. Henry dan Albert juga ikut memegangi Hiro agar tidak kabur dan menyeretnya, pada saat itu juga ponsel miliknya terjatuh dari saku celananya.

Di sisi lain. Zane yang tertatih-tatih baru saja memasuki ruangan lain dan menemukan ponsel milik Hiro yang terjatuh.

"Tidak! Lepaskan aku!"

Zane dapat mendengar teriakan Hiro.

"Hiro!" Panggil Zane

"Tidak! Tidak! Lepaskan aku!"

Teriakan itu seakan-akan berjalan ke arah pintu lainnya, Zane dengan cepat bangkit berdiri dan mengikuti teriakan itu perlahan dengan langkah yang tertatih-tatih sekaligus perlahan karena wendigo tersebut berada tak jauh darinya, sedang mencari Zane.

"Karena dia, kini semua orang tahu kalau kita punya anak cacat!" Kata Marry

"Keparat ini seharusnya tidak pernah keluar dari kamarnya!" Kata Henry

"Melihat wajahnya membuatku jijik." Kata Albert

"Aku bahkan tidak sudi melihat wajahnya." Kata Rudolf

"Aku harap dia tak pernah dilahirkan." Kata Isabella

"Apa yang harus kita lakukan kepadanya?" Tanya Eugene

"Kau harus menutup mult kotornya." Kata Margaret

"Aku punya ide yang lebih baik." Kata Henry yang dibales dengan raut tidak yakin dari keponakannya yang bernama Emma.

"Kehilangan satu anak tidak akan jadi masalah untukku." Kata Henry lagi.

"Apapun itu, aku setuju-setuju saja. Asal dia cepat tiada dari keluarga ini." Kata Emma

"Kembali ke tempat asalmu!" Kata Albert

"Aku bukan Sullyvan!" Kata Hiro

"Diam atau kau dapat hukuman yang lebih menyakitkan!" Bentak Henry

"Jangan masukkan aku kesini!"

"Kau kabur lagi, kami masukkan kau ke rumah sakit jiwa!" Kata Rudolf

"Tunggu!"

"Kau seharusnya tetap di kamarmu!" Kata Albert sambil menutup pintu itu, menguncinya, dan mematikan lampu yang tadinya menyala di kamar Sullyvan.

"Aku bukan Sullyvan." Kata Hiro sambil duduk di sudut kamar tersebut.

Tiba-tiba Ia mendengar sesuatu dari atas langit-langit kamar Sullyvan. Seketika itu juga Ia melihat sebuah tengkorak hidup sedang memandangnya, dan kini perlahan mendekatinya.

Hiro yang ketakutan langsung mundur panik, hingga Ia tak sengaja menemukan sebuah buku milik Hector Agravain berada di sebelahnya entah bagaimana caranya. Setelah itu, Hiro mendengar bisikan Zane.

"Jika kau bisa mendengarku, dimanapun kau berada. Ceritakan kebenarannya padanya. Ceritakan kebenaran tentang kakaknya juga." Kata Zane yang disisi lain sedang bersembunyi di tempat pertama kali mereka menemukan buku milik Hector Agravain, sementara di dekatnya terdapat wendigo yang sedang melangkah mengendus jejaknya.

"Aku punya cerita lain, hanya untukmu." Kata tengkorak itu, ketika dirinya sudah berjarak 1 meter dari Hiro.

"Tidak! Saatnya bagimu mendengar cerita, Hector. Aku tahu, meski tengkorak ini bukan wujud aslimu. Aku tahu, bahwa aku bisa mendengarku lewat kerangka yang ada di depanku ini." Kata Hiro yang membuat kerangka manusia yang berjalan itu menghentikan langkahnya.

"Kau adalah korban. Sekarang kau berubah menjadi monster seperti kata mereka. Kau merenggut teman-temanku. Dua orang yang sangat kusayangi sudah mati!"

"Hiro." Panggil Zane baru saja keluar dari persembunyiannya. Dia tidak bisa lagi berdiri, Ia sudah tidak kuat mengangkat kakinya, karena baru saja terkilir saat terjatuh dari tangga. Tiba-tiba Zane merasakan sesuatu sedang bernafas di atas langit-langit ruangan itu. Dan benar saja, ketika Zane menoleh ke atas, wendigo itu berada di atasnya.

"Zane!" Teriak wendigo itu sambil melompat turun di depannya dan mencekiknya.

"Hiro!"

Hiro yang berada di tempat lain dapat mendengar teriakan Zane.

"Apa kau mau merenggutnya juga? Perbuatan keluargamu terhadapmu dan kakakmu. Perkataan mereka, itu semua salah mereka. Tapi perbuatanmu itu, itu salahmu Hector. Itu semua salahmu. Kuceritakan padamu. Cerita nyata. Kuceritakan yang sebenarnya. Tapi amarahmu. Amarahmu harus berhenti, Hector."

Tengkorak itu terdiam. Setelah itu, dia mencakar lengan Hiro pelan dengan jari-jarinya yang runcing, dan memberikannya Hiro sebuah pena.

"Gunakan darahmu untuk menceritakannya." Katanya

Hiro segera membuka halaman kosong di buku tebal milik Hector, dan mengidi pena itu dengan darahnya. Lalu, mulai menulis cerita berjudul "Kebenaran di balik kebohongan."

Ia mulai bercerita sambil menulis cerita itu di buku tersebut.

"Sullyvan Agravain tidak bersalah. Dia tahu kebenarannya. Dia berusaha menghentikan mereka, dengan sangat berani. Dia disiksa dan dihancurkan keluarganya sendiri. Oleh keserakahan, kebohongan, dan dosa mereka. Kematian mereka adalah kesalahan mereka, kematiannya adalah dosa mereka. Dan, kalian seharusnya tidak perlu takut kepada Hector Agravain karena menganggap dirinya adalah monster, tapi lebih baik kalian takut kepada orang-orang yang telah mengubahnya menjadi monster. Dia hanya anak yang terpaksa menjadi monster untuk selamat dari monster-monster lain. Dia hanya terpaksa melakukannya, dia hanya melindungi kakaknya dan dirinya dari monster itu. Dia hanya ingin kakaknya bahagia dan bebas, tapi keluarganya yang gila akan diri menghancurkannya. Dan, selalu membuatnya terjatuh. Mereka menempatkannya di atas alas dan memberi tahu dia bahwa dia yang terbaik. Mereka mengangkatnya ke langit sampai dia sesak napas. Mereka mengisinya dengan percaya diri, mereka mengatakan apa yang ada di dada nya untuk tumpahkan kata-katanya, setelah itu menghancurkan dia sampai tidak ada yang tersisa. Mereka mengatur ulang bagian-bagiannya agar dia sesuai dengan yang lainnya. Bagaimana jika dia tersandung? Bagaimana jika dia jatuh? Bagaimana jika dia berdosa?Bagaimana jika dia hancur?Apakah dia tetap monsternya? Dunia menempatkan mereka di atas tumpuan. Dia memiliki mimpi besar untuk membuat kenangan baik. Dia mencoba bersikap tenang meski kesal dengan kecemburuan mereka, dan ketidaka dilan mereka. Mereka mengangkatnya dan merobohkannya. Karena sikap tidak memaafkan membuat mereka tetap terkendali. Dunianya berantakan, jadi dia tersesat di dunia ajaib yang penuh kegilaan. Anak laki-laki itu tidak bisa tidur karena pikirannya sangat dalam. Pikirannya telah keluar untuk berjalan-jalan dan jatuh ke tangan iblis. Tapi, dia akan bertanggung jawab untuk semua yang telah dia lakukan, karena jauh di dalam sana. Dia adalah anak yang baik. Dia hanya datang dengan niat baik."

"Kuceritakan padamu kebenarannya. Kau bisa merelakannya. Kau bisa merelakan kakakmu. Kau bisa merelakannya, Hector."

Tengkorak manusia yang kini berada di depannya mengepalkan tangannya dengan erat, lalu perlahan dia seakan-akan mengambil nafas, dan melepaskan kepalan tangannya. Setelah itu, dia menghilang menjadi debu, bersamaan dengan wendigo yang menghilang.

"Tunjukkan padaku dirimu bahwa jiwamu telah tenang, Hector..."

Tak lama kemudian, suasana kamar Sullyvan berubah menjadi berbeda. Disana, Hiro melihat sebuah anak laki-laki memakai kemeja putih, celana panjang hitam beserta sepatu bootnya, dia berambut hitam, dengan tinggi sekitar 175 cm sedang memandangi sebuah lukisan. Hiro tak bisa melihat wajahnya karena anak laki-laki itu sedang berdiri membelakanginya. Tapi dia tahu bahwa dia adalah Hector.

"Hector." Panggil Hiro

Anak laki-laki itu segera menoleh ke arah Hiro dengan wajah terkejut ditambah dengan ada sedikit kemarahan yang tersisa di wajahnya.

"Kau bisa melihatku dalam wujud asliku dengan jelas? Aku kira kau hanya akan melihat bayangan hitam lagi." Tanya Hector sambil mendekati Hiro.

"Ya, aku bisa. Bukannya mereka juga bisa melihatmu?" Tanya Hiro

"Bagaimana mungkin? Setelah aku mati, tidak ada manusia yang bisa melihatku dalam wujud manusia."

"Aku kira, jiwamu akan pergi dalam damai tadi-

Belum sempat Hiro menyelesaikan kalimatnya, Hector sudah tertawa sinis.

"Mana bisa aku pergi dengan tenang? Si pirang berengsek itu masih berada di luar sana. Memang, jiwaku telah bebas karena Jester telah membebaskanku. Tapi, aku tak mau begitu saja pergi dalam damai selagi Dio masih hidup. Dia bilang aku adalah sahabat terbaiknya, tetapi dialah yang menyebabkanku terbunuh dan menahan jiwaku untuk dijadikan budak pekerjanya di dunia yang penuh kebohongan itu. Jika, bukan karenanya, aku pasti hidup saat itu. " Kata Hector dengan raut yang penuh kebencian.

"Kau seharusnya tidak pernah membuat kesepakatan dengannyaa, begitu pula dengan aku, aku seharusnya tidak mengikuti burung gagak yang berbicara itu hingga aku tak perlu bertemu dengannya. Aku tahu kau punya perjanjian dengannya. Tapi perjanjianmu dengaan Dio sudah tidak ada lagi sejak Jester bebas. Aku tahu, di hari itu Jester membebaskan jiwamu. Tapi, kau tetap memilih untuk menulis cerita mengerikan itu lagi dan lagi. Sekarang, kembalikan Louise dan Phillip. Kau sudah membunuh mereka, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu."

"Itu adalah kesalahan kalian! Kalian menerobos wilayah kastilku dan mengambil bukuku." Balas Hector

"Aku minta maaf untuk itu, kami hanya mencoba mencari tahu kebenaran tentangmu. Kumohon, kembalikan Louise dan Phillip." Kata Hiro

Hector terdiam sejenak.

"Baiklah, akan kuhidupkan salah satu temanmu itu." Kata Hector

"Salah satu? Kau harus menghidupkan keduanya." Kata Hiro

"Aku hanya bisa menghidupkan Phillip karena tubuhnya masih utuh, sedangkan tubuh Louise sudah tidak ada." Kata Hector

"Kau sungguh bisa menghidupkan Phillip?"

"Ya, dengan satu syarat, yaitu kau harus mau bekerja sama denganku membunuh Dio."

"Apa? Kenapa aku? Kau gila! Itu terlalu beresiko!"

"Karena kau adalah satu-satunya manusia yang bisa melihatku. Aku sudah mati, untuk membunuhnya dibutuhkan beberapa manusia untuk membunuhnya." Kata Hector

"Aku tidak mau. Aku tidak bisa libatkan teman-temanku untuk terluka lagi."

"Kau yakin ingin menolak tawaran ini? Jika Dio masih tetap hidup, dia dan burung gagak sialannya akan menjalankan permainan menipu anak-anak, beserta jiwa-jiwa yang tersesat untuk pergi ke dunianya. Korbannya akan semakin bertambah banyak, dan kau yakin mau membiarkan hal itu? Kau sepertinya terlalu spesial untuk menghiraukan itu, bukan?" Tanya Hector

"Apa maksudmu aku spesial?" Tanya Hiro

"Kepribadian gandamu yang menarik. Dan, kau bisa melihat mereka sama sepertiku. Kau bisa melihatku. Kau bisa mengubah pikiranku untuk tidak membunuhmu beserta teman-temanmu. Bagaimana? Apakah kau sepakat denganku?" Kata Hector

"Baiklah, aku akan bekerja sama denganmu. Tapi, kau harus berjanji untuk mengembalikan Phillip dan tidak menulis cerita seram lagi untukku dan teman-temanku." Kata Hiro

"Aku berjanji." Jawab Hector

"Kau saja yang susun rencananya, karena aku tak mengerti sihir gelap dan kekuatan. Asal kau tahu saja, aku bisa melihat mereka baru beberapa bulan yang lalu, saat aku mendapatkan mimpi menyeramkan tentang teman-temanku."

"Tunggu. Apa? Kau tidak mendapatkan kemampuan itu sejak lahir? Asal kau tahu saja, bukan aku yang memberikanmu kemampuan melihat mereka. Dan, kurasa ini bukan ulah Dio. Pasti ada yang salah." Kata Hector sambil berfikir keras.

"Apa kau melihat seseorang atau sesuatu yang aneh sebelum kau masuk ke dalam mimpi itu?" Tanya Hector

"Aku tak bisa mengingatnya. Tapi, ada satu orang yang kurasa tidak pernah kutemui muncul di mimpiku beberapa kali. Dia memiliki tanduk, memiliki ketiga mata berwarna merah, dia memiliki beberapa taring seperti vampire, dia memiliki telinga yang runcing." Kata Hiro

"Dio memanggil iblis itu Akvan. Kurasa dia adalah pria yang bernama Ignatius Ifrit Malphas yang memberimu penglihatan itu." Kata Hector

"Kau mengenalnya?"

"Aku hanya beberapa kali bertemu dengannya, dan Dio sangat membenci Akvan, aku tidak pernah tahu kenapa, tapi dibalik kebenciannya, aku bisa merasakan rasa takut Dio meski hanya sedikit. Yang kutahu, sepertinya mereka saling tidak menyukai satu sama lain. Memang suatu kebetulan yang aneh." Kata Hector

"Baiklah, sekarang dimana teman-temanku yang lain?" Tanya Hiro

"Jangan khawatir, aku tidak membunuh mereka. Zane telah menemukan mereka di dalam lubang itu. Dia sekarang mulai mengeluarkan mereka satu per satu dari sana. Sebaiknya kau menyusulnya." Kata Hector sambil mengubah tempat di sekitarnya menjadi di luar kastil, sehingga hiro dapat melihat teman-temannya baru saja keluar dari kastil.

"Tapi, bagaimana dengan dirimu?! Mereka akan melihatmu." Kata Hiro

"Tenanglah, mereka tidak akan bisa melihatku." Jawab Hector yang kini berada di samping Hiro.

"Tapi mereka bisa melihat makhluk-makhluk itu." Bisik Hiro

"Mereka bisa melihat monster dan berbagai makhluk yang kubuat, tapi mereka tak bisa melihatku. Mungkin ini semacam efek, jika membuat kesepakatan dengan Dio dan menjadi salah satu suruhannya. Entahlah, tapi Jester bilang ini adalah kutukan Dio. Akan kutemui dirimu di saat aku sudah membangkitkan Phillip. Satu hal terpenting, jika suatu hari kau melihat mataku berwarna kuning. Maka, jauhi aku, itu artinya aju sudah menjadi boneka Dio lagi." Jawab Hector sambil menghilang pergi.

Hiro segera menghampiri teman-temannya itu. Kelima sahabat itu berpelukan dan akhirnya dapat pulang ke rumah dalam damai.