Terlihat seorang wanita yang masih memakai seragam sekolah dan pria muda memakai pakaian casual tampak sedang beradu argumen, di sebuah atap salah satu sekolah elit di Indonesia.
" Kamu mau apa lagi." Ucap sang pria muda itu dengan tenang.
" Saya mau kamu tanggung jawab." Teriak wanita muda itu frustasi akan pria muda di depannya.
" Seluruh sekolah sudah tahu kalau kamu itu pelac*r, jadi gak adil kalau cuma saya yang bertanggung jawab. Mintalah pertanggung jawaban dengan pria lain yang juga tidur dengan mu." Ucap lelaki muda itu dengan percaya diri.
Plak.. Bunyi tamparan terdengar jelas dan bercak merah pun terpampang di wajah tampan pria muda tersebut.
" Itu cuma omong kosong, saya gak pernah tidur dengan orang lain selain kamu, jadi kamu harus tanggung jawab." Teriak wanita muda itu kembali.
Namun tiba - tiba tangan kekar pria tersebut memasang erat leher wanita muda tersebut. Dengan gerakan mundur wanita itu sampai di ujung tepian gedung.
" Saya bilang saya gak mau tanggung jawab, bagai mana kalau kamu mati aja. Kamu tak akan membebani saya juga."
Pria muda itu pun mendorong keras wanita muda tersebut.
" Ahw." Kuku wanita itu mencengangkan erat lengan pria muda tersebut.
" Ja.. Ngan.. " Lirih wanita muda tersebut.
" Pergilah." Ucap pria muda tersebut sambil melepaskan jari wanita muda yang berada di lengan nya.
Bruk.. Tubuh wanita itu jatuh dan di ikuti darah segar yang mengalir dari kepala nya.
Pria muda tersebut pun tersenyum melihat kearah belakang. Terdapat CCTV yang merekam semua perbuatan nya.
" Merepotkan."
Kini langkah kaki pria muda itu pun masuk ke ruang keamanan tempat kita melihat berbagai layar yang menampilkan berbagai aktivitas yang sedang terjadi.
Klik.. Pria itu menghapus rekaman kejadian beberapa menit lalu di atap sekolah.
Kini pria muda tersebut pun duduk di mobil nya dan berniat meninggalkan lokasi kejadian. Saat ia ingin mengendarai mobil nya, ia pun melihat ke lengan nya yang mengeluarkan darah walaupun tidak terlihat jelas.
" Bahkan saat mati pun kau masih menyusahkan ku." Gumam pria muda tersebut.
Pria muda itu pun keluar, kembali ke tubuh wanita muda yang tidak bernyawa itu lagi. Dan ia pun mulai memotong kuku dan mengambil handphone wanita muda tersebut.
" Clear." Gumam pria muda tersebut sambil tersenyum tipis.
Kini tubuh wanita muda tersebut di tinggal kan, beserta name tag wanita muda tersebut. Tampak tertulis "Khaila Vania"
--------------
Kring... Kring... 📞📞
" Hallo bu, ada apa? "
" Hallo pak, bapak udah sampe di sekolah yo."
" Iya bu, ini lagi mau buka pagar sekolah, tapi gak dikunci jadi bapak mau periksa takut ada yang hilang bu, bisa dipecat bapak bu. Ada apa bu? "
" Gak ada apa-apa pak, cuma kalau bapak belum sampai sekolah ibu minta bapak balik lagi, bekal bapak ketinggalan, karena bapak udah sampe sekolah ibu aja yang antarin bekal nya bapak."
" Bapak tunggu ya bekal nya bu."
" Iya Pak."
Kini security sekolah tersebut pun berjalan menuju ruang keamanan untuk memastikan keamanan sekolah nya. Namun belum baru beberapa gedung, ia melihat seseorang yang tergeletak tak sadar kan diri dengan darah yang mengering di sekitar kepala nya.
911
" Hallo pak ada siswi sekolah kami ada yang meninggal pak, mohon segera datang pak."
..
Garis polisi mulai terpasang tidak jauh dari korban yang masih tergeletak sadis.
Terlihat korban yang merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut terbujur kaku dengan posisi yang sangat memprihatinkan. Kaki dan tangannya tampak menampakkan organ tulang yang menyembul keluar.
Suasana terbilang cukup ramai, namun cukup sepi untuk sekolah yang memang bukan hari libur.
Terlihat Polisi, Jaksa, dan tim Forensik berada di sekitar korban hanya untuk memastikan apakah terjadi pembunuhan atau hanya depresi seorang siswi hingga membuatnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
" Bagaimana Pak Bagas. Tanda - tanda perlawanan apakah ada atau dia memang bunuh diri ?" Tanya seorang Jaksa muda yang bertugas menangani kasus tersebut kepada polisi yang agak tua yang memimpin kasus tersebut. Tampak tanda pengenalnya bertulis Rena Elfianti.
" Kami masih belum tahu, kita masih menunggu hasil dari tim Forensik." Ucap polisi yang agak tua Pak Bagas
" Baiklah pak, hubungi saya jika ada perkembangan. Saya harus kembali ke kantor kejaksaan." Kata Rena sambil bersiap - siap berangkat dari lokasi kejadian.
" Hati-hati di jalan Jaksa Rena." Ucap polisi tua itu sambil menepuk pelan bahu Rena.
" Tentu saja Pak." Ucap Rena dengan senyum tipis dibibirnya.
—Kantor Kejaksaan—
Rena yang datang kekantor kejaksaan pun berjalan cepat menuju kantor atasannya.
—*Sebelumnya–
Saat sedang mengendarai kendaraan roda empat miliknya. Rena pun mendapatkan panggilan telepon dari atasannya. 'Kepala tim Jaksa 5 Bima Saputra'
" Halo Pak Bima, ada apa. Saya sedang menyetir menuju kantor sekarang pak, setelah melihat korban yang di temukan di Green School pak."
" Urus saja kasusmu yang lain. Kasus itu sudah di tutup sebagai kasus bunuh diri. Berikan padaku laporannya secepatnya" Ucap Jaksa Bima terdengar menuntut.
" Tapi Pak, tim Forensik bahkan belum menyimpulkan apa pun, hasilnya bahkan belum keluar. Bagaimana bisa Bapak menyimpulkan jika itu kasus bunuh diri. Bagaimana jika siswa tersebut dibunuh seseorang?"
" Aku sudah mendapatkan hasilnya dari tim Forensik. Jadi segera berikan laporannya kepadaku secepatnya. Aku tidak suka dibantah Rena kau tahu itu" Ucap Bima dengan nada tertekan di seberang sana.
Tut.. Tut... Tut..
Tanda bahwa salah satu dari keduanya mengakhiri panggilan tersebut.
" Halo Pak.... Pak Bima... Halo Pak.." Ucap Rena yang belum puas dengan penjelasan dari ketua tim Jaksa Bima Saputra*.
Kini Rena mengetuk dengan tidak sabaran pintu atasanya. 'Kepala Tim 3 Jaksa Bima Saputra.'
" Bapak gak bisa menyimpulkan kasus ini terlalu cepat. Saya saja belum menerima hasil dari tim Forensik, laporan dari Kepolisian, dan saya juga belum menganalisa kasus ini Pak." Ucap Rena yang terlihat marah pada atasannya itu.
" Ini yang kau butuhkan." Ucap Jaksa Bima sambil memperlihatkan 2 laporannya. Yang tampak jelas terbaca 'Laporan Hasil Autopsi' Siswi Green School dan 'Laporan Kasus Siswi Green'
" Dan cepat buat laporan resminya sekarang juga." Ucap Bima dengan tegas dan memberikan 2 laporan tersebut kepada Rena.
" Tapi Pak, bagaimana bisa. Sedangkan saja baru saja pulang dari TKP." Ucap Rena yang tidak percaya laporan yang di berikan Bima padanya.
" Cepat kerjakan sekarang juga. Aku ingin hari ini juga selesai laporan itu. " Ucap Bima masih tegas.
Dengan langkah pelan dan penuh tanda tanya di kepalanya. Rena pun berjalan keluar dari ruangan kepala timnya.