20.36 malam.
Saat terbangun aku sudah ada dilantai yang dingin.
Kucoba untuk mengingat apa yang terjadi pada diriku. Terakhir kali yang kuingat hanyalah ada sesuatu yang masuk paksa pada tubuku ini.
Apa aku kerasukan? Tanyaku dalam hati.
Saat mencoba untuk berdiri tubuhku terasa sangat sakit, kulihat jam yang tertempel pada dindingku ternyata menunjukkan pukul 8 malam.
Langsung saja aku teringangat pada ibu.
"Dimana ibu seharian ini?" tanyaku dalam hati.
Kusingkirkan benda-benda berat yang aku gunakan tadi siang untuk menghindari teror dari Las lacoina.
Saat semua benda-benda berat telahku singkirkan, aku langsung bergegas kekamar ibu memastikan ibu dan ayah ada dikamar mereka.
Sesampainya dikamar ibu dan ayah aku tak melihat mereka berdua ada dikamar, dapur, bahkan halaman rumah.
Aku mulai resah mencari mereka berdua yang tak menampakkan batang hidungnya hari ini.
Lalu aku bergegas kekamarku mengambil handphone lalu menelfon ibu.
Telah berkali-kaliku menelfon, tapi ibu tak mengangkatnya.
Kucoba menelfon ayah walau sebenarnya aku masih marah padanya yang telah menamparku kemarin.
Hasilnya sama, yaitu tak diangkat.
Kucoba untuk menelfon keterakhir kalinya.
Laluku dengar suara kecil dari kamar ibu dan ayah. Dan ternyata mereka berdua tak membawa ponsel mereka.
Kutenangkan diriku ini dengan menonton televisi.
Saat menonton televisi tiba-tiba layar televisi berubah.....
Layar televisi berubah menjadi bagian belakang tubuhku, seakan-akan ada orang lain yang sedang merekamku dari belakang. Aku tau ini adalah jebakan dari Las lacoina untuk menakutiku.
Kucoba menukar siaran lain, dan hasil ternyata hasilnya sama saja, tapi bedanya sekarang orang yang merekamku itu mulai mendekatiku.
Dekat, mulai sangat mendekat.
Kuberanikan untuk melihat kebelakang dan....
Hasilnya nihil, tak ada orang sama sekali.
Saat kembali melihat kearah depan, acara televisi itu sudah berganti. Tepat seperti didalam mimpi, Melihatkan ada seorang wanita yang sedang menggali tanah untuk menguburkan peti yang ada disebelahnya.
Sedikit lagi aku dapat melihat wajah wanita tersebut, Tiba-tiba saja lampu dirumah ini mati disusul dengan teriakkan ku yang keras.
Tiba-tiba pintu terbuka, disaat bersamaan pun listrik dirumah inipun mengalir.
"Ada apa emily, kau baik-baik sajakan" tanya ibu dengan resah padaku.
Sebenarnya aku ingin menceritakan apa yang terjadi tadi padaku tadi.
Tapi aku takut meresahkan ibu yang sedang mengandung.
"Tidak ada apa-apa ibu, tadi ada tikus yang lewat" kataku agar hati ibu merasa tenang.
Lalu kulihat ada seorang wanita yang berdiri didepan kami.
"Nyonya loesa, ada apa, kenapa kau ada disini?" tanyaku heran.
Dan ayahpun langsung menyahut.
"Nyonya loesa akan bekerja disini sebagai pembantu sekaligus pengasuhmu dan adik-adikmu nanti" jawab ayah.
Tentu aku masih marah pada ayah tapi untuk malam ini kulupakan saja dulu hal itu karena tampaknya ayah dan ibu sedang berbahagia dihari ini.
"Adik-adik? Jadi setelah yang satu ini lahir ibu dan ayah ingin memiliki anak satu lagi?" tanyaku heran.
"Bukan emily, tapi ibu sedang mengandung anak kembar" jawab ibu.
Sebenarnya aku masih belum bisa menerima anak itu dan aku setuju saja pada pembantu baru dirumah ini, tapi kenapa harus orang aneh ini...
Terjawab semuanya, bahwa ibu dan ayah hari ini pergi mengecek kandungan dan mencari pembantu baru, jadi aku tak perlu lagi menanyakan mereka darimana saja seharian ini.
"Emily ngomong-ngomong ini bau apa ?, seperti bau bangkai" tanya ibu padaku