Part 1

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

"Euy...! No, Kaino" Sambil melambaikan tangan ke Kak Kaino. Aku dan Kak Kaino spontan menoleh ke arah sumber suara itu.

"Iya, apa euy? Ngapain kesini? Ke sini nggak kabarin dulu?" Kak Kaino berjalan menuruni tangga.

"Yah, gua kan bertamu ke sini masak ngak boleh. Gua pulang deh." Wajah jadi cemberut.

"Ehhhh.... jangan gitu donk. Aku kan bercanda." Kak Kaino berlari ke Kak Zayyan.

"Hahahaha" Semua teman-temanku tertawa riang sambil bertepuk tangan. Karena tingkah Kak Kiano dan Kak Zayyan. Tapi, mereka berdua hanya menatap balik saja tanpa membalas apapun. Mereka pun pergi keluar rumah.

"Ya, Camelia. Turun sini, jangan bengong di tangga." Kata Kak Vandya yang membuat kabur semua lamunanku.

"Iya, kak" Aku berjalan menuruni anak tangga.

"Vin, kamu tadi udah nyiapin sesuatu kan?" Kak Kanta menatapku serius.

"Apaan, kak? Hah? Nyiapin apaan? Apaan sih? Euy? Apa sih?" Kak Vandya mengedipkan matanya ke Arvin.

"Gimana sih? Lu ngak peka? Dasar lu?" Eros berbisik-bisik.

"Ohh.... iya, iya. Iya, udah kok." Arvin tersenyum riang.

"Emangnya apaan sih, guys? Ngak peka aku?" Arya mengaruk-ngaruk rambutnya. Seolah dia ngak tau, padahal dia sudah tahu semuanya.

"Yang tadi itu, tadi yang Arvin nganu itu lo....." Kata Bwana memukul pundak Arya.

"Iya, iya" Dengan nada kesakitan. Aku kebingungan melihat mereka semua.

"Ada apa sih kalian semua?" Tanyaku melihat mereka bergantian.

"Nggak, nggak ada kok." Eros tersenyum manis. Padahal sih, dia bukan wajah-wajah anak yang manis ataupun lucu gitu.

"OKE, itu makanannya dimakan sama minumannya diminum ya?" Aku tersenyum cantik. Lalu, mengedipkan mata ke Arvin.

"Iya, Kakak Cantik..." Mereka semua serentak bicara.

"Apaan sih!?" Aku jadi malu.

"Udah kok, tadi Arvin udah makan sama minum yang ada di meja." Dia tersenyum memamerkan giginya yang rapi itu.

"Hmmm" Kemudian, aku duduk di kursi.

"Eh, sini. Vin, sini elah. Aku ganti ke situ. Vin, kamu duduk sini." Kata Kak Vandya duduk pas di sebelahku.

"Sono, Vin. Jangan deket-deket. Nanti gua kena penyakit lagi." Kata Arya agak songong.

"Awww" Teriak Arvin keras banget.

Karna dia di angkat sama Arya dan Kak Kanta. Lalu, Arvin didorong sampai dia terjatuh ke lantai. Arvin bangun, dia dibantu sama Kak Vandya. Tapi, Arvin hanya diam. Ya, gitu. Arvin itu wajahnya polos banget. Pake kaca mata lagi.

Kak Vandya kemudian menyuruh Arvin untuk duduk di sebelahku. Dan Kak Vandya pindah ke kursi yang lain di sebelah Arya. Emang sih menurutku, kalau Arya sama Kak Kanta itu agak jahil gitu. Berbanding terbalik dengan sifatnya Eros yang lucu dan humor. Dan Kak Vandya yang perhatian, baik, dsb. Pokoknya the besttt...lah. Kalau Bwana sih, orangnya penurut sama siapa aja, bahkan sama orang nggak dia kenal sekaligus.

"Ngak papa kan, Vin?"

Tanya Kak Vandya menatapnya dengan penuh perhatian. Bagaikan Sang Raja yang menatap Ratunya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dia selalu melakukan itu kepada siapapun.

"Ngak papa kok, kak." Dia tersenyum manis, lagi-lagi dia memamerkan giginya yang rapi itu.

"Syukur deh, kalau ngak papa." Kak Vandya tersenyum, karena melihat senyum Arvin. Yang membuat orang melihatnya menjadi ikut tertawa.

"Iya, kak" Jawab Arvin singkat.

"Yakin?" Aku ikut berbicara, karena aku tak yakin jika Arvin baik-baik saja.

"Iya, yakin kok. Kalau kamu itu Cinta Pertamaku." Arvin berbicara dengan nada agak malu kepadaku.

"Mulai deh gombalanmu,Vin." Aku menjawab sambil menepuk punggung Arvin. Arvin jadi tersipu malu.

"Ciyeeeee....." Semua teman-temanku bersorak-sorak, kompak banget deh.

"Apaan sih, kalian semua!? Biasa aja kali!" Semua menatap Arvin. Semua teman-temanku menggeleng-gelengkan kepala.

Semua bingung, kenapa sekarang Arvin jadi suka ngombal. Meski begitu, wajah Arvin tetap masih culun di mata semua orang. Dia suka banget pakai kaca mata. Yah, itu berbanding terbalik dengan sifatnya!

"Eh, bentar ya? Aku mau ambil hp di kamar." Kataku sambil melihat mereka semua.

"OKE" Jawab mereka, lagi-lagi serentak. Aku pun langsung berjalan menuju ke kamarku.

"Eh, eh. Tadi Camelia malu-malu tu. Ya, ngak?" Tanya Kanta serius.

"Iya, iya. Bener banget tu." Sahut Arya.

"Kayaknya sih, dia baper tu sama Arvin." Tambah Kak Vandya.

"Tapi..... Arvinnya kurang Cool deh perasaan. Gimana, guys?" Eros berbicara sambil melihat Arvin. Arvin hanya menatap balik Eros.

"Paham ngak, guys?" Sahut Bwana. Semua perhatian kini menjadi ke Bwana.

"Maksutnya apaan, ya? Aku ngak paham elah." Tambah Arya yang emang agak nggak peka.

"Gini lhoo.... maksutku itu. Arvin itu kurang keren. Sifatnya sih, udah oke. Tapi gaya kurang. Kaca matanya itu seharusnya ngak usah dipake gitu, kalau keluar rumah atau kalau nggak sekolah gitu. Dan dia seharusnya ngikutin gaya pakaian yang sekarang sedang tren gitu." Eros mencoba menjelaskan ke semua orang yang ada di Ruang Tamu itu. Tepatnya sih, teman-temannya sendiri.

"Oooooo..." Sahut mereka semua kompak banget deh, kayak orang lagi paduan suara.

"Iya, bambank. Udah, jangan panjang-panjang o nya." Eros ambil bicara. Semua hanya menganggukkan kepala.

"Eh, gimana kalau... dahinya Arvin agak diperlihatin gitu. Biar nggak ke tutup rambut semua. Supaya nggak kelihatan kayak poni nya anak perempuan gitu." Kata Kak Vandya.

"Iya, udah mirip kayak poni Dora tu?" Tambah Bwana yang membuat semua teman-temannya tertawa puas.

"Haduh" Arvin menepuk dahinya sendiri. Namun, semua masih tertawa puas banget.

"Ya, dahinya dibuka dikit gitu. Kayak Anak Remaja Zaman sekarang gitu, lhooo!" Tambah Kak Vandya.

"Iya, Vin. Pasti lo jadi tambah ganteng deh. Malah jadi ganteng banget elah. Gimana, Vin? Mau kagak kita rias kayak gitu? Atau lo coba toturial di Youtube sendiri gitu? Gimana?" Sahut Kak Kanta panjang banget.

"Iya, deh. Terserah kalian aja, deh. Tapi, jangan nanti, besok, atau besoknya lagi. Aku sih pinginnya pas masuk SMA aja, gitu." Sahut Arvin pasrah.

"Oke, Vin. Eh, tapi besok kan kalian pergi ke SMA untuk daftar. Bener nggak?" Tambah Kak Vandya.

"Ohh, iya" Bwana ikut menjawab.

"Jadi, gimana Vin? Nggak mau nih besok kita semua mengubah penampilan lo?" Tambah Kak Kanta.

"Iya, deh. Terserah, gua pasrah." Arvin menjawab dengan nada lelah.

"Ya, udah. Gimana kalau kita besok pagi-pagi ke Rumah Arvin. Ya, tepatnya kita semua sudah pakai seragam rapi. Gimana?" Eros menambahkan usulnya.

"Iya, gua setuju." Sahut Arya.

"Gimana semuanya?" Tambah Eros.

"Oke" Jawab kompak mereka semua.

"Nggak papa kan, Vin?" Kak Vandya bertanya ke Arvin.

"Iya, nggak papa kok." Arvin tersenyum.

"Lah, gitu donk dari tadi kan enak jadinya!" Sahut Kak Kanta.

"Ya, udah besok ya? Jam berapa?" Tanya Kak Vandya.

"Yoi, jam setengah 6 gimana?" Tambah Kak Kanta.

"Oke" Sahut mereka serentak.

-----♡♡-----

Nia

Maaf, aku nggak bisa datang ke rumahmu:(

Pesan dari Nia.

Camelia

Iya, nggak papa kok.

Balasku dengan wajah yang agak cemberut.

Nia

Soalnya, aku lagi di rumah nenek ini. Maaf, ya?

Camelia

Iya, Nia. Nggak papa kok. Eh, jangan lupa besok kan kita daftar ke SMA.

Nia

Iya, Thanks infonya.

Camelia

Sampe ketemu besok, ya? "

Nia

Iya, Camelia. Sampe ketemu besok. Dadadah.

Pesan dari Nia ditambah dengan emotikon melampaikan tangan.

Camelia

Iya, dadadah.

Balas pesan dariku. Kemudian, aku ke bawah menuju teman-temanku di Ruang Tamu.

Aku masih memikirkan kedua orang tuaku yang selalu sibuk. Aku tak tahu, apakah mereka tidak capek? Mereka jarang pulang ke rumah. Tadi, aku tanya bibi, kedua orang tuaku sudah berangkat kerja dari jam 7 pagi. Ya, sebenarnya sih. Aku rindu kasih sayang mereka berdua. Belakangan ini, mereka tak pernah menemuiku. Aku rindu ayah dan ibu. Aku ingin seperti dulu, saat aku masih kecil. Aku selalu bersama mereka berdua. Aku rindu, ayah ibu. Aku mencintai kalian berdua.

"Non, kenapa berjalan sama nangis?" Bibi menepuk punggungku sambil bertanya padaku. Membuatku berhenti berjalan dan menangis. Bibi terheran-heran kok bisa gitu nangis sambil jalan.

"Iya, Bi. Ada apa?" Aku langsung menghapus air mataku.

"Nggak, Non. Kenapa kok nangis, Non?"

"Nggak, Bi. Nggak papa kok, Bi. Keinget sesuatu aja." Aku sambil tersenyum.

"Pasti mikirin ayah sama ibunya, Nona ya? Rindu kasih sayangnya, ya? Benerkan, Non?" Bibi nanya serius banget. Sampe jari tangannya ikut juga.

"Iya, Bi. Tapi, jangan di omongin ayah sama ibu ya, Bi?"

"Oke" Jawab Bibi sambil memberi jempol. Sesudah itu, aku pun ke bawah.

"Dek!" Suara Kak Vandya memanggilku.

"Iya, Kak." Sahutku berlari ke Kak Vandya.

"Eh, jangan lari nanti jatuh lo." Goda Kak Kanta.

"Jangan godain Camelia, nanti ditonjok Arvin baru tau kau Kak Kanta." Sahut Arya yang tak mau kalah dengan Kak Kanta.

"Iya, iya. Maaf, ya Vin?" Tambah Kak Kanta.

"Eh, dia nanti jatuh kemana?" Tanya Kak Vandya.

"Ke lantailah." Jawab Bwana polos banget.

"Haduh, Bwana lu dan Arya sama-sama culun dan polos banget." Sahut Eros jujur banget elah. Semua serentak ketawa.

"Iya, iya. Maaf?" Bwana berbicara dengan nada polos.

"Lah, kok aku ikut-ikut sih! Aku nggak kayak gitu." Arya mulai memanyunkan bibirnya.

"Emang kenyataan, kan? Gimana, guys?" Tambah Kak Kanta.

"Iya, betul itu." Mereka menjawab secara bersamaan. Arya dan Bwana hanya bisa pasrah dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Jadi, sekali lagi. Gimana, guys? Camelia bisa jatuh kemana?" Ulang Kak Vandya. Yang di dalam hatinya berkata, semoga nggak ada yang ngacauin ini dan jawabnya sama dan kompak.

"Jatuh ke hatinya Arvinlah!" Mereka menjawab kompak banget. Membuat aku dan Arvin tersipu malu.

"Udah, sini. Duduk di samping Arvin gitu lhooo....." Kak Kanta membuat hatinya Arvin berdebar-debar.

"Iya" Aku menjawab dengan polos.

"Udah lama nih, kita ada di sini. Gimana, Vin? Yang tadi jadi apa nggak?" Tanya Eros menggoda Arvin.

"Nggak deh, nggak jadi. Malu banget gue sekrang ngeliatin kalian semua. Bercanda mulu." Jawab Arvin jujur.

"Yah, bukannya kita yang malu lihatin kamu nggak jelas dan lu culun itu." Kata Arya yang menusuk hati Arvin.

"Udah, udah. Jangan bercanda mulu." Sahut Kak Vandya kesal.

"Ini itu nggak bercanda elah, kak" Tambah Bwana.

"Ya, udah. Kalau gitu kalian jangan akting mulu. Kita di sini dari tadi lhoo. Kita seharusnya siap-siap buat besok berangkat daftar ke SMA." Eros mencoba melerai mereka semua.

"Oke, gua cuma bercanda kok." Arya mulai angkat bicara lagi.

"Oke, santuylah." Sahut Arvin.

"Lu nggak sakit hati, kan?" Tanya Arya ke Arvin.

"Tenang aja, nggak gua masukin ke hati kok semua kata-kata yang lu ucapin." Arvin berbicara dengan nada lembut.

"Oke, makasih." Sahut Arya.

"Iya, sama-sama." Arvin menjawab ikhlas. Aku dari tadi hanya diam dan mendengarkan mereka semua.

"Ngomong apa gitu, Ya?" Kak Vandya mencoba mengajakku mulai berbicara.

"Ngomong apaan emang, kak?" Tanyaku polos.

"Apaan gitu?" Kak Vandya angkat bicara lagi.

"Hmmm..." Aku sambil menatap Kak Vandya.

"Eh, maaf ya? Jajannya udah kita makan banyak banget? Nggak kerasa lagi udah hampir ludes semua ini?" Eros angkat bicara.

"Iya, nggak papa. Kalian habisin semua juga nggak papa. Aku punya jus buah, mau nggak?" Tawarku ke teman-temanku.

"Iya, kalau ditawarin sih. Kita mah mau-mau aja. Gimana, guys?" Kata Kak Kanta.

"Iya, deh." Sahut Arya.

"Aku iya." Jawab Kak Vandya.

"Aku juga iya." Tambah Eros.

"Iya, boleh deh." Bwana sambil bilang hehehe dan tersenyum lebar hingga kelihatan giginya.

"Aku terserah." Arvin menjawab sambil menatapku dengan nada capek.

"Lhooo, kok terserah sih? Mau apa nggak?" Tanyaku ke Arvin.

"Iya." Jawabnya sambil memanyunkan bibir.

Aku langsung berdiri menuju ke dapur. Aku menoleh ke belakang ternyata mereka semua kembali bercanda tawa. Mereka sangat humor. Pertemanan yang indah. Mereka suka saling mengejek satu sama lain. Namun, mereka tak pernah bertengkar serius. Mungkin mereka bertengkar hanya akting saja. Mereka sama-sama jomblo sejati. Kalau aku masuk ke SMA, mungkin Kak Vandya sama Kak Kanta udah lulus sekolah di sana.

"Ini jusnya, diminum ya?" Kataku.

"Iya, Cantik." Balas Arvin yang membuatku tersipu malu.

"Haduh, terusin aja gombalnya." Tambah Kak Kanta.

"Hehehe." Sahut Arvin.

"Eh, ngomong-ngomong Arvin itu tetap kelihatan ganteng ya?" Goda Eros.

"Apaan, sih? Kalian ada-ada aja kalau ngomong. Kalau mau ngejek ngomong aja deh!" Kata Arvin agak malu-malu + kesel.

"Iya, bener Arvin kan emang kelihatan ganteng." Tambah Arya.

"Apaan, sih? Kalian semua mulai deh?" Arvin makin kesel.

"Idihhhh, kita semua serius elah!" Teriak kompak mereka semua.

"Serius apa serius banget? Udah, ah. Jangan ngejek gua terus, kesel gua dengerin kalian semua." Arvin pun angkat bicara.

"Serius Arvin, ini mah serius banget...!!!" Sahut mereka yang lagi-lagi kompak banget.

"Kalian itu" Aku ikut bicara, tapi dipotong sama Arvin.

"Nggak, terusin aja ngomongin aku. Terus, sampe nanti lebaran. Terus kita jabat tangan. Buat maaf - maaf-an." Ucap Arvin.

"Serius, Vin!" Kak Vandya ngomong dengan wajah yang sangat amat serius banget.

"Aku kan baru kenal, nih. Sekitar 5 atau 6 bulan yang lalu. Emmm, kamu itu sebenernya anak Indo asli apa nggak, sihh?" Tanya Bwana yang tak mau kalah serius dari Kak Vandya.

"Iyalah, aku orang Indo asli. Masak boongan, emangnya gue itu manusia apa jin? Kan manusia elah. Gua lahir di Indo, tapi masih ada keturunan Indo. Ya, kayak gitulah. Sebenernya, keluargaku sih, ada yang dari China sama America gitu." Arvin ngomong jujur banget, sampe-sampe kita semua nggak percaya sama yang diomongin sama Arvin.

"Maksutnya?" Sahut Arya polos banget kayak kucing mau minta makan ke Bosnya.

"Gini, lhooooooo. Ibukku keturunan China sama Indo. Sedangkan, ayahku itu keturunan America sama Jepang. Gitu ceritanya, paham? Lhha, sekarang ini jadilah gua Arvin! Gitu, bambank?" Arvin ngomongnya kayak siput lambat banget.

"Ooooo...." jawab kita semua bersamaan.

"Paham?" Tanya Arvin untuk memastikan kita semua paham apa yang telah Arvin omongin dari tadi.

"Paham." Kita menjawab berngatian.

"Oke" Sahut Arvin. Semua mengangguk-anggukan kepala.

"Eehh, kita minum ya? Ini jusnya?" Tanya Kak Kanta padaku.

"Yoi, kak. Minum aja. Habisin juga nggak papa. Kalau perlu gelasnya kakak makan juga nggak papa?" Jawabku asal-asalan.

"Wadidaw!" Arvin pun ngomong gitu.

"Duhh, jeru itu!" Tambah Arya.

"Perlu dibudayakan makan gelas ini, kalau perlu nanti aku buat Youtube yang isinya kayak gini." Eros pun ikut ngomong.

"Bagus, itu! Bener banget itu, Ya!" Kak Kanta ngomong ke gua.

"Kalau itu dilakuin sama Kak Kanta, sih. Aku bisa tepuk jidat, bisa jadi Trending Youtube itu. Tapi, kalau Kak Kanta Makan Gelas Tanpa Dikunyah! Ya nggakk?" Tambah Bwana membuat seisi rumah ketawa.

"Waduh, emang lu kira gua Jaranan makan gelas! Gua kan masih punya batas makan elah, dasar ada-ada aja lu!" Sahut Kak Kanta yang juga ngomong tinggal buka mulut aja, tanpa dipikurin.

"Ehhh, iya iya kak. Maafin, Camelia?" Jawabku sambil memegang kedua telingaku dan memanyunkan bibir.

"Iya, biasa aja. Dan sama satu lagi.... turunin itu tangan kau, ngapain itu tangan megang telinga. Kan, nggak boleh itu dosa tau?" Kata Kak Kanta.

"Iya, kak" Balasku cepat.

"Ehhh, Ta. Lu kira, lu sedang lihat Arvin sama Camelia pegangan tangan gitu? Nggak, kan? Dasar emang! Itu kan satu anggota tubuhnya Camelia, jadi nggak dosa donk Camelia megang telinganya sendiri. Dasar blo-on. O on banget sih, lu itu? Masak gua harus jelasin panjang kali lebar?" Kata Kak Vandya terheran-heran sama sifatnya Kak Kanta.

"Iya, iya. Van, biasa donk. Kan gua nggak tau." Balas Kak Kanta ke Kak Vandya dengan nada polos.

"Yoilah" Sahut Kak Vandya singkat, padat, dan jelas. Lalu, mereka semua menikmati hidangan yang gua sunguhin. Meski, itu nggak terlalu mewah banget sih. Sampe 30 menit.

"Ehhh, Ya. Semua yang ada di meja kan sudah habis, nih! Kita boleh pulang, nggak?" Arya mulai ngomongan jujur banget ke gua.

"Iya, boleh." Jawabku singkat.

"Yahh, luuu Yaaa. Aryaaaaa, dasar lu! Habis ngabisin makanan sama minuman di rumah orang langsung pulang aja!" Sahut Kak Kanta.

"Lhha, terus gimana? Gua harus di sini sampe malem? Kan nggak boleh di rumah cewek lama-lama." Balas Arya.

"Iya, deh. Kali ini lu bener!" Kak Kanta ngomong dengan nada pasrah.

"Iya, bener itu." Tambah Eros.

"Nggak kayak biasanya lu, Ya! Arya, biasanya aja lu bener? Biasanya aja serba salah? Iya, nggak Ya?" Bwana ikut bicara.

"Iya, Na. Bwana kayak lu juga, kita kan kata orang-orang kayak anak kembar? Ya, nggak gimana? Kita mah bisa apa? Bisanya cuma pasrah mulu?" Arya mulai ngomong apa adanya.

"Iya, kembar banget sampe-sampe orang-orang nggak bisa bedain kita. Yah, mungkin itu nasib kita. " Sahut Bwana dengan sedih.

"Iya, orang-orang itu nggak bisa bedain sifatnya kalian berdua. Soalnya sama sifat kalian berdua. Tapi.... ada yang beda,sih?" Tambah Kak Kanta.

"Apa?" Sahut Bwana dan Arya bersamaan.

"Beda wajahnya." Kak Kanta mebuat seluruh orang yang ada di Ruang Tamu tertawa.

"Haduh, kurain apaan coba." Sahut Arya.

"Entah, Kak Kanta itu ada-ada aja." Tambah Bwana.

Setelah 5 menit, kemudian. Mereka semua berpamitan pulang, karena udah lama banget di rumahku. Ternyata, mereka naik sepeda motor sendiri-sendiri. Aku tau kalau Arvin itu sukanya bercanda mulu. Sekarang aku tak pernah menganggap omonganArvin serius. Termasuk Arvin mau menembakku.