Degupan Kedua

Sore itu pantry kantor cukup ramai. Apalagi kalau bukan mengosipkan Mikael, karyawan baru yang baru bergabung dengan mereka pagi tadi. Walau memiliki tubuh yang kurus tetapi Kael sapaan akrabnya mengimbangi itu dengan kulit putih bersih serta wajah yang cukup menarik. Ruangan berukuran kecil itu seketika hening ketika pintu terbuka. Andra masuk dan menatap mereka. Pasti mereka menggosipkanku, katanya dalam hati. Selama ini dia memang terkenal cukup galak kepada bawahannya. Kesalahan sedikit saja bisa membuat Andra mengamuk. Tipe yang perfektionis dalam pekerjaan dan tentu saja itu cukup menyiksa yang lain.

"Kenapa tiba-tiba diam? Lagi ngomongin aku?" Kata Andra jutek.

Mereka hanya menggelengkan kepala. Tidak ada yang berani menatapnya. Walaupun sebenarnya mereka tidak menggosipkannya, lebih baik diam daripada salah menjawab.

Suasana masih hening ketika Laura masuk, wanita bertubuh langsing itu menatap satu per satu teman-temannya. Tatapannya berakhir pada Andra yang sedang menyeduh teh. Pasti kehadiran Andra mengintimidasi mereka, batin Laura.

"Kamu marahin mereka lagi?" Tanya Laura sambil berjalan mendekati Andra. Andra menatap sahabatnya itu dengan kesal.

"Mereka suka menggosipkan aku, tadi saja aku masuk semuanya langsung diam. Apalagi kalau bukan menjelekken-jelekkan aku." Andra menjawab dengan nada kesal.

"Ya ampun Alexandra Angela Tan, menjadi terlalu PD terkadang tidak bagus untuk kesehatan pikiranmu. Mereka bukan lagi menggosipkanmu, tetapi karyawan baru itu. Siapa namanya? Mikael yah?" Laura menjawab sendiri pertanyaannya dengan tawa kencang. Wajah Andra memerah, Laura memang tak punya perasaan. Dia selalu mempermalukan sahabatnya sendiri disituasi seperti ini.

"Yahh barangkali saja kan." Kata Andra sambil berlalu dengan langkah cepat. Laura meninggalkan gelas kopinya dan mengejar Andra yang terlihat sangat malu dengan perkataannya. Langkah Laura terhenti ketika Andra membanting pintu ruangannya tepat didepan Laura.

"Sensi amat sih hari ini, PMS yah?" Pintu terbuka dan gadis bertubuh tinggi langsing itu masuk.

Andra mengacuhkannya. Dia menyibukkan diri didepan laptop berharap Laura segera pergi dari ruangannya.

"Ihhh ngambek, kayak anak SD aja." Laura berusaha mencairkan suasana namun Andra terlihat kekeuh dengan kecuekannya.

"Yaudah maaf yah Ndra, aku ngak bermaksud kayak gitu. Tapi memang bener kok mereka ngak ngomongin kamu. Tadi aku juga bergosip dengan mereka, dan yang kita omongin itu Mikael bukan kamu. Kamu kayak ngak tahu aja euforia kalau ada karyawan baru yang menarik dan masih single." Jelas Laura panjang lebar meluruskan kesalahpahaman tadi.

"Kok tiba-tiba aku jadi pengen makan tteokboki dan kimchi yah?" Kata Andra dengan wajah serius.

"Sialan kamu, selalu memanfaatkan situasi untuk morotin aku. Yaudah, pulang kantor kita ke restoran Korea. Sekalian aku mau ajak Mikael." Bantal kursi yang dipegang Laura mendarat tepat di kepala Andra yang tersenyum lebar. Laura berdiri dan berlalu dari ruangan itu. Sedangkan Andra tersenyum menang. Dia tahu Laura pasti mengabulkan permintaannya.

Baru saja Andra fokus pada laptop didepannya, pintu ruangannya diketuk. Pasti Laura lagi, jangan harap aku akan kena jebakan batmanmu, pikirnya. Andra menatap pintu dengan tersenyum.

Pintu itu terus menghasilkan bunyi ketukan namun jelas Andra mengabaikannya. Lima menit kemudian pintu terbuka dan seseorang masuk. Andra baru saja akan meneriaki ketika dia melihat Pak Arya, direktur perusahaannya masuk. Jangan bilang yang mengetuk pintu dari tadi adalah Pak Arya, batin Andra sambil menggigit bibir bawahnya. Tapi biasanya juga kan Pak Arya tidak mengetuk pintu. Andra berdiri menyambut bosnya itu dengan wajah pucat, karena jika memang benar Pak Arya yang mengetuk pintu, sudah pasti besok dia akan jadi pengangguran.

"Kamu kenapa? Sakit?" Selidik Pak Arya menatap lekat manager keuangannya itu.

"Ngak Pak, saya baik-baik saja." Jawab Andra terbata.

"Tapi wajahmu pucat, dan tidak biasanya kamu terbata didepan saya." Pak Arya berkata sambil menyalakan sebatang rokok yang terjepit di sela-sela jarinya.

"Maafkan saya Pak, mungkin karena tadi saya tidak sempat makan siang makanya wajah saya terlihat pucat." Andra terlihat sangat tidak nyaman dengan kehadiran bosnya itu.

"Apa gaji yang saya berikan tidak cukup untuk sekedar membeli makan siang?" Pak Arya masih merecokinya dengan pertanyaan yang kali ini terdengar seperti singgungan untuk Andra. Andra hanya memilih diam, tak ada gunanya meladeni Pak Arya saat ini.

"Tadi saya menyuruh Mikael kemari untuk memperkenalkan aplikasi keuangan terbaru yang berhasil dirancangnya. Tapi sepertinya kamu mengacuhkannya." Andra terlihat kaget mendengar perkataan Pak Arya. Ternyata yang mengetuk pintu tadi bukan bosnya tetapi karyawan baru itu.

"Maaf Pak, tadi saya sedang fokus memeriksa laporan jadi tidak mendengar suara pintu diketuk." Ucap Andra pelan.

Tak lama kemudian, Mikael masuk ke ruangan itu dengan menenteng laptop ditangannya. Andra mempersilahkannya duduk dan meminta maaf atas kejadian tadi. Mikael hanya tersenyum. Wanita ini terlalu formal namun profesional.

Tak terasa sudah hampir jam delapan malam ketika mereka selesai mempelajari aplikasi keuangan yang dirancang Mikael. Bahkan Andra tidak tahu kapan Pak Arya meninggalkan ruangannya. Andra segera membereskan mejanya, cacing diperutnya sudah berteriak minta diberi makanan. Mikael pamit dengan gerakan tangan karena melihat Andra sedang menelepon seseorang.

"Lau udah pulang yah?" Tanya Andra sambil berlalu dari ruangannya.

"Iya tadi mau ajak kamu pulang tapi ketemu Pak Arya dan katanya kamu lagi sibuk. Yaudah aku pikir besok aja kita makan bareng. Gimana?"

"Maafin aku yah." Kata Andra dengan nada menyesal. Sambungan telepon mereka terputus karena Andra sudah berada dalam lift menuju basement tempat mobilnya terparkir.

"Sudah mau pulang yah Bu?" Suara itu mengagetkan Andra. Ternyata Mikael berdiri disamping mobilnya.

"Iya, kamu? Bawah mobil juga?" Tanya Andra.

" Ngak, mau pesan gojek tapi HP aku mati. Ini numpang cars disini." Kata Mikael menunjuk HP yang di cars.

"Mau bareng aku?" Entah keberanian apa yang datang pada diri Andra sampai dia menawarkan diri untuk mengantar Mikael.

"Ngak ngerepotin emang?" Mikael memandang Andra dengan wajah berterima kasih. Andra jadi salah tingkah, tidak mungkin dia menarik kata-katanya kembali. Mereka pun masuk ke dalam mobil Andra. Setelah memberitahukan alamat, mereka berdua tidak berbicara sepatah katapun sampai Mikael turun.

Good Andra, kamu berhasil stay cool didepannya, teriak Andra dalam hati.

"Makasi yah tumpangannya."

" Sama - sama."

"Besok pulang kantor mau makan malam sama aku?"

Deg, untuk kedua kalinya jantung Andra berdegup cepat. Sialan, ini diluar dugaannya. Andra tidak menjawab dan langsung memacu mobilnya meninggalkan tempat itu.