IWY-3

Author POV

16.00, Mansion Edward

Pulang sekolah tadi, Sabina mampir dulu ke cafe untuk sekedar nongkrong. Dan sekarang pukul dia baru pulang. Entah apa yang dilakukan keluarganya hari ini. Dia lelah untuk sekedar menanggapi.

Ketika masuk kedalam rumah, pemandangan pertama yang dia lihat adalah mama, papa, dan saudari angkatnya sedang bersenda gurau dan tampak bahagia tanpanya. Dia hanya menoleh sebentar lalu kembali berjalan. Ketika akan naik.

"Darimana saja kamu?!" Tanya Edward.

"Pergi." Ucap Sabina sedatar mungkin.

"Eh lo yang sopan dikit kenapa!" Ucap Mey, saudari angkatnya.

"Bukan urusan lo." Ucap Sabina masih dengan ekspresi datarnya. Jika ditanya kenapa dia hanya memasang wajah datar, maka dia akan menjawab. 'Ga penting banget nanggepin yang bener-bener ga penting'.

"Sabina?! Yang sopan sama adikmu." Bentak Luna

Sabina hanya menaikkan sebelah alisnya lalu memutar matanya malas. Selalu saja seperti ini.

"Kenapa diam?! Dasar anak tidak tau diri!!" Bentak Edward dengan menaikkan nada suaranya satu oktaf.

"Saya tidak peduli." Sabina pergi kekamarnya setelah mengatakan itu. Keadaan dibawah sungguh membuatnya bosan.

Setelah membersihkan diri, Sabina akan langsung tidur saja. Tapi sebelum itu, ada notifikasi masuk dari aplikasi Line nya.

Line.

Revano.Farisky_

Na

P

P

Anastsy.Sbn_

Paan si!?

Revano.Farisky_

Nanti malem ada waktu?

Anastsy.Sbn_

Knp?

Revano.Farisky_

Gue mau ngajak lo keluar

Anastsy.Sbn_

Dlm rngk ap?

Revano.Farisky_

Ngomongnya yang jelas ngapa sih-_

Anastsy.Sbn_

Ydh y

Revano.Farisky_

Jemput dimana na?

Anastsy.Sbn_

Nnt j share location

(Read)

Setelah mengirim pesan terakhir, Sabina langsung menutup matanya dan mengistirahatkan tubuhnya. Hari ini dia tidak ke perusahaannya, tidak ada juga jadwal pemotretan. Dia hanya nongkrong di Cafe dan setelah itu pulang. Tapi kenapa rasanya melelahkan.

Setelah bergelut dengan pikirannya, nafas Sabina sudah mulai teratur. Itu tandanya dia sudah tertidur.

***

Revan POV

Gue lagi kumpul di mansion gue bareng temen-temen gue yang katanya most wanted. Gue sih sebenernya udah temenan sama mereka dari kecil. Tapi karena gue masuk kelas terbelakang dan gue gak pengen terlalu disorot, gue gak ikut-ikut mereka kalau disekolah.

"Gercep banget lo." Ucap salah satu teman gue sambil terkekeh, Darren Putra Josh namanya.

"Paan sih lo, nguntit yaa?." Tanya gue sambil menyipitkan matanya.

"Yaelah gausah gitu kale sama temen sendiri." Ucap Aksa dengan watadosnya, iya Aksa Fabiyan Eilen.

"Iya tuh van, aa' tega banget sih sama Rindra." Ucap Rindra dengan nada alaynya, Rindra Stefian Frans

"Jangan gitu ndra ngeri gue dengernya." Ucap Revan bergidik ngeri.

"Alay banget sih lo." Cibir Darren

"Bukan temen gue." Cibir Aksa

"Ish abang-abang kok gitu sih sama Eneng. Eneng gabisa diginiin." Ucap Rindra dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Gue gapunya nih temen yang model begini." Ucap Aksa bergidik ngeri.

"2 in." Ucap Revan.

"3 in." Ucap Darren.

"Ish kalian semua jahat." Ucap Aksa sambil menyebikkan bibirnya.

"Udah deh lo semua pulang sana. Gue mau siap-siap. Mau kencan gue. Kalean semua kan jomblo hahahahaha." Ucap Revan sambil tertawa sendiri.

"Lo gila apa gimana sih van?" Tanya Darren sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Udah deh sana pergi sanaaaa!?" Usir Revan.

"Ye dasar dugong." Ucap ketiganya serempak.

Setelah mengatakan itu. Justru mereka juga menurutinya.

***

19.00, Mansion Edward.

Author POV

Sabina telah siap-siap dengan dandanan nerd-nya. Walau Revan sudah tah, tapi dia harus tetap jaga image didepan keluarganya. Dia tidak mau keluarganya menyayanginya karena dirinya sudah sukses.

Sabina turun ketika keluarganya sedang makan malam. Dia hanya sebatas lewat saja dan mencoba tidak mempedulikan mereka.

"Mau kemana lo!?" Bentak Mey

Sabina yang mendengar itu hanya lewat dan tidak memperdulikan yang dikatakan mereka. Dia hanya akan pergi dan pulang besok sore.

***