MALAM YANG BERBEDA

Luna sudah berbaring terlentang di atas kasurnya yang sempit, sudah hampir satu jam tubuhnya diam tak bergerak. Kedua matanya tidak mau terpejam dan pikirannya melayang memikirkan kejadian hari ini yang terasa melelahkan.

Luna akirnya kembali bangun dan menuju sebuah meja kecil di ujung kamarnya yang kecil, tergeletak beberapa bungkusan makanan dan sebuah cup besar berisi susu hangat. Entah apa maksud Darren dia memaksa Luna membawa itu semua, apa dia benar benar khawatir aku marah padanya batin Luna. Dia tersenyum kecut, tidak mungkin dia khawatir Darren memang dari dulu selalu memaksa untuk menolongnya dia pasti semakin iba melihat kondisiku sekarang.

Luna kembali membayangkan masa sekolahnya bersama Darren. Dia adalah teman sekelas Luna yang diidolakan seisi sekolah, karena sifatnya yang ceria dan lucu juga jago olahraga. Walaupun Darren juga dikenal nakal karena gemar balapan liar, tawuran dan kegiatan di luar aturan lainnya khas anak remaja. Namun tingkahnya itu semakin membuatnya digilai anak anak perempuan yang memang biasanya lebih suka dengan tampang tampang badboy, Darren juga diidolakan anak laki laki lainnya sebagai ikon anak muda masa itu. Semua itu semakin membuat Luna jauh dari kata standart untuk menjadi sahabat dekat Darren, namun entah mengapa Darren selalu menempel pada Luna yang notabene sifatnya sangat terbalik 180 derajat dari Darren. Walaupun Luna terkenal karena cantik dan imut tapi dia bukan menjadi salah satu idola sekolah, sifatnya yang pendiam dan penyendiri membuat anak anak perempuan semakin menjauh karena Luna tidak asik diajak nongkrong. Luna juga sempat jadi bahan taruhan murid pria di sekolahnya namun rumors kalau Luna ada psychopat atau Luna adalah indigo membuat mereka mundur seribu langkah. Lebih baik tidak usah cari masalah pikir mereka. Hanya Darren yang tampak tidak terpengaruh sama sekali, dia suka menempel pada Luna bahkan terkesan tergila gila pada Luna. Namun kerena itu semua Luna semakin dijauhi teman-teman perempuan di sekolahnya, gadis gadis yang menggilai Darren cemburu dan mulai mengompori siswi siswi lain dan membully secara diam diam takut Darren mengetahuinya.

Luna tidak mau mengingat itu semua, dia merasa sendiri adalah pilihan terbaik. Tidak menerima bantuan orang lain berarti tidak harus menanggung hutang balas budi pada orang tersebut, dan lagi Luna tidak mau orang orang di sekitar Darren akan seperti dulu lagi membenci dirinya dan membully nya karena menganggap Luna tidak pantas diperlakukan sebaik itu oleh seorang Darren.

Lebih baik hidup dalam cangkangku sendiri tanpa harus khawatir dengan sikap orang lain padaku. Luna membatin berusaha keras berpikir secara realistis apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Ah.. berpikir membuatku merasa lapar tadi aku tidak bisa makan dengan benar karena tatapan Darren sangat mengganggu, gumam Luna. Dia melirik tumpukan makanan tadi, sebaiknya aku memakannya saja dari pada dibuang sia sia. Aku akan mendapat hukuman dari Tuhan bila makanan berharga ini tidak dimanfaatkan dengan baik, aku akan memikirkan lagi bagaimana membayar Darren untuk bantuannya dulu dan bantuannya yang terakir ini. Setelah berjanji dalam hati, Luna makan dengan lahap sambil tersenyum bahagia karena rasa makanannya yang benar benar nikmat. Namun tiba tiba Luna menghentikan makanannya dan berteriak "Oh Tuhan berapa harga makanan ini semua, habislah sudah karena aku harus berkerja keras untuk membayarnya". "Tapi karena aku sudah memakannya aku tidak boleh menyianyiakan makanan ini, besok aku akan membayarnya Darren. Tenang saja oke".

Malam ini tidak seperti malam malam sebelumnya, Luna selalu merasa lelah jiwa dan raganya namun malam ini Luna bisa tidur dengan perut yang kenyang karena makanan mahal. Senyum Luna terukir di tengah tidurnya yang terasa sepi dan dingin.

##########

Di kamar yang berbeda, seorang lelaki tampan yang dingin berdiri menatap langit gelap tanpa bintang. Tubuhnya yang tinggi kekar bersandar di dinding balkon kamarnya, aura dingin dan kelam memenuhi suasana malam bersama hembusan asap rokok yang memenuhi tempat itu.

Kali ini suasana hatinya benar benar sangat suram, tatapan matanya sangat mematikan seakan sanggup untuk membunuh makhluk hidup apa saja yang mungkin lewat di depan pria itu. Sungguh hari yang sangat menejengkelkan, baru saja dia dipaksa untuk makan malam bersama anak anak konglomerat yang dianggapnya bodoh dan naif. Mereka hanya sekumpulan anak anak orang kaya yang pandai menghabiskan uang orang tuanya tanpa tau bagaimana menjalankan bisnis yang bisa menghasilkan banyak uang, pria itu semakin jengah bila mengingat obrolan apa saja yang terjadi di acara itu. Jauh dari harapan yang dia inginkan tentang mereka semua, namun hanya demi kelancaran kontrak kerja bisnisnya maka akhirnya dia memutuskan untuk ikut serta. Seperti yang dia duga sebelumnya acara makan malam itu hanya ajang untuk pamer dan bergosip ria diantara sosialita dan kaum high class lainnya. Sungguh pria itu tidak sanggup melanjutkan makan malamnya bersama mereka, hanya membuang buang waktu berharganya saja. Setidaknya dia bisa hadir sesuai dengan janjinya pada CEO Kaminari Corp. bahwa dia akan berbaur dengan cecunguk cecunguk jet set itu untuk menarik simpati mereka, walau pada akhirnya Sean menyerah dan kabur pulang ke apartemennya yang lebih nyaman.

Setelah puas merokok dan menggerutu Sean akhirnya memutuskan untuk berendam dan mandi air hangat agar tubuhnya merasa rileks dan terasa lebih segar. Setelah berendam dia berencana akan memesan makanan yang lezat untuk mengembalikan moodnya dan kembali berkutat dengan pekerjaan yang menumpuk di ruang kerjanya. Malam yang melelahkan penuh dengan pekerjaan tetap akan berjalan seperti biasa namun malam ini tanpa disadarinya, Sean telah bertemu seseorang yang akan mengubah hidupnya.