KAMU

 

Kalau kau ingin ku ceritakan tentang suatu hal, yaitu tentang rasa. Percayalah tidak ada yang bisa menggambarkan rasa itu. Tentang semua rasa yang pernah terkubur dengan kedatangannya juga yang membuat menambah pengetahuanku tentang rasa rindu. Pertemuanku dengannya tidak pernah terbayangkan olehku. Agustus di 2013 yang lalu masih segar di kepalaku bahwa aku bertemu dengannya. Seseorang yang telah tertanamkan namanya di hatiku. Aku tidak pernah merasa bahwa untuk pertama kalinya merasakan rasa ini. Apa ini yang dinamakan cinta. Sungguh terasa geli mengatakan hal itu mengingat ketika itu aku masih kelas 1 SMA. Tetapi jika kau mengerti apa yang ku rasakan kau tak akan pernah berkata hal itu.

Meidira Baganti, itulah namaku keren, kece dan unik. Perpaduan dari nama ayah dan ibuku melekat yaitu Bagas dan Santi. Setiap berkenalan dengan orang baru, mereka selalu menahan tawa mendengar nama itu. Namun aku tetap percaya diri dan bangga atas nama ini. Termasuk dia yang pertama kali bertemu denganku dan mendengar nama itu. Asli dia tertawa ngakak hingga aku tak ingin mendengarnya serasa mau pecah kepalaku mendengar suara itu. Saking keselnya, tau apa yang aku lakukan untuk perkenalan kami? Aku menamparnya! Itulah hadiah perkenalan dariku.

Oke, aku akan menceritakan siapa dia. Entah sudah berapa tahun yang lalu. Tetapi aku masih ingat kejadiannya. Mungkin di akhir Agustus yang lalu. Sebagai seorang gadis remaja yang baru puber\-pubernya. Kau pasti taulah apa yang aku lakukan. Aku selalu mencari cara untuk mendapatkan pacar baru\-baru dan baru. Aku tidak suka terlalu lama menjalin hubungan dengan seseorang. Itu sangat membosankan. Apalagi berhubungan dengan orang begitu lama. Itu sungguh menggelikan. Karena menurutku itu lebay. Aku tak tahu kenapa terlontarkan olehku kata itu. Tapi, itu sungguh tak ku sukai.

Kita kembali membahas tentang dia entah apa yang harus ku gambarkan tentangnya, yang pasti dia orang yang sangat tidak sopan dan tidak sopan. Aku benci itu. Malam itu masih saja seperti hari biasanya. Aku masih belum menemukan orang baru untuk menggantikan Fazri, mantan ke 4, entah apa yang terlintas olehku. Ketika itu langit kurang bersahabat denganku. Ia sudah berkumpul di satu titik untuk menurunkan keinginan, yaitu: hujan.

Aku pergi melaju kencang dengan Vegi Zrku\( merek kendaraan \). Sesungguhnya aku bingung ingin kemana tetapi rasanya aku punya firasat yang membawaku ke rumah Ayi \(cs gue ketika pacaran dengan abangnya\). Suara Vegi menderu sangat kencang memberikan tanda kepada Ayi bahwa aku ada di rumahnya.

"Sudah lama, Mei?" tanyanya.

" Baru dua menitan, kok! Jawabku.

"Ada apa? Mau membahas tentang Fazri lagi atau tentang abangku?" gelak tawa.

"Please deh, aku tak sebodoh itu untuk membahas mereka denganmu. Entar malah yang aneh\-aneh kau sampaikan. Dasar!" jawabku.

"Yeeeeeelaah, kakak iparku yang cantik. Eh, mantan deh hahahahaha" gelaknya.

"Ayi, aku tak ingin membahas itu!" jawabku.

"Bentar, aku ambilin kursi dulu!"

Sebelum kita memasuki cerita baru aku mau ceritakan perihal Ayi kepada kalian. Sebenarnya tujuanku untuk pertama kalinya berteman dengannya adalah untuk mengetahui siapa dia. Soalnya gebetan gue pacaran dengan anak ini. Dan lebih parah lagi. Dia ada rada\-rada aneh, bayangin aja cewek mana yang mau jalan\-jalan naik becak barang terus dia yang bawa, sedeng kan orangnya.

 

Sedangkan gebetan aku ini mirip pangeran berkuda putih. Dia itu keren banget.Ganteng, hidungnya mancung, rambutnya hitam lebat, terus kulitnya putih kebangetan, sampai ngiri sendiri kalau lihat kulitnya terus anak otomotif lagi. Tapi, aneh bin ajaibnya tuh anak macarin si Ayi. Aku aja sampai harus percaya dan tak percaya. Itulah modusku sebenarnya, kembali kepada cerita di atas.

Waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB. Jangan salah, di daerahku tinggal ini masih belum larut. Ini waktunya orang pada keluar. Tapi, aku sudah merasa was-was kerna aku takut ibu tahu, bahwa aku masih keluar jam segini. Maklum anak cewek, Taulah kan! Sehabis itu aku pamitan dengan orangtuanya dan kakaknya Ayi untuk berpamitan pulang (asal tau aja aku deket banget sama keluarganya Ayi). Aku terus mengengkol si Vegi, tapi tetap saja mesinnya tidak hidup juga. Dengan sekuat tenaga layaknya Hulk yang perkasa, aku malah terjatuh hingga tertimpa si Vegi. Lantas, kalian tahu yang terjadi. Seseorang itu merapatkan motornya ke arahku. Terus menggendongku layaknya putri salju.

Entah mengapa, serasa ada yang menarik tanganku hingga terlepas ke wajah lelaki itu. Aku sendiri tak percaya apa yang telah ku lakukan. Entah setan apa yang membuat tangan ini menamparnya. Aku hanya terdiam kaku setelah itu. Kalian mungkin tau apa responnya. Hebatnya, aku langsung terlepas ke bawah. Aku, dia dan Ayi terkejut atas kejadian itu. Sehingga membuat keluarganya keluar melihat yang terjadi.

Dengan tingkahku yang bodoh, aku langsung mendekat ke arahnya dan mengatakan.

"Eh, kau gak pernah di ajarin sopan santun dengan mak bapakmu" ku acungkan telunjuk kepadanya.

"Ha, maksudnya, emang aku buat apa?" dengan wajah yang bingung.

"Buat apa katamu, dasar cowok mesum!" teriakku.

Dia hanya mengernyitkan dahinya, seolah tidak mengetahui apa yang telah terjadi tadi. Dengan nada kesal aku melemparkan apapun yang berada di sekitar. Semua orang bingung melihat kejadian itu. Tiba-tiba, lelaki itu membalas apa yang telah ku perbuat dan melemparkan tasnya ke arahku. Tapi, kalian harus tahu apa yang terjadi. Ibu Ayi yang terkena lemparan itu. Aku merasa berdosa telah lari dari lemparan itu.

Seandainya aku tetap di posisi itu. Itu akan mengenai ku bukan ibu.

"Maafin Dira, bu" dengan suara parau.

Ibu hanya tersenyum dan tersenyum kepadaku. Begitulah ibu Ayi yang selalu baik walaupun apa yang telah terjadi kepadanya. Mau buruk ataupun negatif. Aku sayang ibu. Entah apa yang membuat ibu sangat menyayangiku. Sempat penasaran. Apa alasannya?, namun sayang gak harus memiliki alasan tertentu kepada seseorang. Walaupun, dia orang lain.

Aku dan Ayi Langsung membopong ibu bersama ke kamar. Namun, anehnya si cowok mesum tetap saja mengikuti kami. Padahal aku sudah tidak ingin melihat wajahnya. Setelah menunggu ibu tertidur. Aku pamit pulang bersama yang lain. Semua orang pada bergosip ria tentang kejadian tadi. Dikira aku gak tahu. Dasar emak-emak rumpi. Hebatnya lagi tuh cowok ada. Dia melempar senyum serta berlari ke arahku. Aku yang tadinya ingin berlalu tanpa membalas senyumannya. Hanya bisa mematung di depan pintu melihat apa yang dia lakukan.

"Detra Adi Putra" katanya sambil menyodorkan tangan ke arahku.

Penonton di rumah langsung berteriak kegirangan melihat live streaming yang talah di lakukannya. Mereka merasa puas akan hal itu. Aku tahu sekarang aku dan dia menjadi guyonan dari mereka semua. Bagai badut yang belum siap tampil. Itulah posisiku sekarang. Semua menunggu apa yang akan aku lakukan. Apa mereka tahu, apa yang terasa di dalam hati ini. Sumpah malu, dan bingung. Rasanya mau lari saja dari semua ini. Ku beranikan diri dan membalas tangannya.

" Meidira Baganti" kataku dengan tatapan yang dingin ke arahnya.

Entah apa yang terjadi, bagai badai yang menerpa di lautan luas. Semua orang memekik dalam tawanya mendengar nama itu. Kau tahu apa yang lelaki itu lakukan, dengan wajah memerah sambil menahan tawa dan menyembunyikan wajahnya. Beberapa saat kemudian, suara tawanya memekik keras hingga membuat kupingku sakit. dengan kekuatan turun temurun yang telah diberikan nenek. Aku langsung menamparnya dengan sekuat tenaga hingga membekas merah layaknya tato tangan yang tergambar di wajahnya.

Ketika itu langsung saja menggas Vegi Zr dengan cepat dan tak karuan. Air genangan hujan yang berada di sebelah kiri rumah Ayi langsung saja terlewati olehku. Bayangkan, betapa hebatnya. Seperti Valentino Rossi berlaga di jalanan.

Satu masalah terselesaikan masalah selanjutnya datang lagi. Aku lupa ini sudah pukul 23:30 WIB. Tetapi, aku masih berada di jalanan. Apa kata ibu nantinya. Pasti pada pecah gendang di rumah harini atas apa yang ku perbuat. Oh, tidak. Semuanya terasa menyebalkan sejak bertemu dengan dia. Dengan kecepatan penuh, akhirnya aku sampai dirumah.

Kabar baiknya lagi, ibu belum pulang dari Medan.

"Horeeeeee", teriakku dengan spontan mendengar kabar dari abang.

"Darimana, Dira?, sudah dibilangin jangan pulang terlalu malam. Lebih hebat dari abang ya, Dir!" tanyanya sambil mengacak rambutku.

Sebelum itu, aku mau kenalin dulu abang aku yang paling manis semanis madu. Dia merupakan siswa teladan di SMK OTOMOTIF di Tanjungbalai. Siapa yang tak mengenal Jordi Baganti. Keluarga Baganti memang terkenal di daerahku. Maklum kakek merupakan mafia terkenal pada zamannya muda. Karena itu, tidak ada yang berani kepada kami.

Jordi Baganti adalah sosok lelaki yang dewasa, pikirannya luas, cerdas, manis, anak remaja mesjid lagi. Kalau aku jadi cewek, udah aku pacarin ini cowok. Perfectto banget. Walaupun seperti itu, dia juga punya kekurangan yang aku tidak suka tidak bisa untuk dijadikan teladan. Kalian harus tahu, dia tidak menyukai sekolah. Katanya itu merupakan tempat yang membuang waktunya. Maklum orang pintar lagi ngomong rada sombong.

Aku selalu memaksa hingga jalan terakhir adalah mengunci diriku hingga menangis satu harian untuk membujuk dia sekolah. Sebenarnya, itu acting belaka. Abang juga tahu, tetapi dia gak tega melihatku. Sayang abang selalu. Aku masih ingat dulu, pada hari senin kalau tidak salah. Sehabis sholat subuh, dia gamau bangun untuk ke sekolah. Padahal itu merupakan hari pertamanya sebagai anak SMK.

Tetapi, tahu apa jawabanya.

"Abang lelah hari ini, besok aja sekolahnya ya dik" katanya.

"Abang bangun, bangun, bangun, Dira mau dianterin sama abang. Entar bang Azmi ganggu Dira lagi di gerbang sekolah", rayuku.

"Bang Azmikan sayang Dira, gak boleh gitu dong dik. Sana pergi sekolah abang mau lanjutin mimpinya" jawabnya.

"Abang, kalau gak mau bangun. Dira bilangin Ibu atau ayah", ancamku.

"Bilangin sana, emang abang takut", katanya.

"Abang, kalau gitu kita tm (teman musuh) selamanya. Dira gamau temenan sama abang. Abang jahat. Dira benci." Teriakku sambil terisak dan kembali ke kamar yang berseberangan dengan kamar bang Odi.

"Dira, Dira, Dira, adik abang yang cantik, baik hati dan suka menabung. Ini abang udah mau mandi kok. Coba keluar dulu. Entar abang kasih deh salak atau nenas kesukaan Dira yang besar dan banyak. Mau, gak?" rayunya.

"Dira benci abang. Abang pasti bohong. Abang jahat. Tapi, iyadeh Dira keluar" sambil menarik air yang keluar dari hidungku dan membuat suara isak tangis.

Begitulah bang Odi. Dia selalu punya cara untuk menjahiliku. Tapi, aku tetap suka kok. Diakan abang aku yang paling keren. Kapan lagi punya abang seperti itu. Semua orang pasti ngiri pengen jadi aku.

Begitulah suasana pagi di kediamanku. Ayah yang selalu sibuk dengan berita terkini yang ada di tv. Ibu yang sibuk menyiapkan makan pagi untuk kami. Keluarga yang hangat. Walaupun rumah kami tak semewah dan sebesar yang lain. Tapi, cukuplah untuk kami dengan bumbu kebahagiaan yang selalu terpancar di dalam rumah tersebut.

Lokasi kediamanku tepat di depan jalan raya. Hampir semua tetanggaku etnis tionghoa. Aku sangat akrab dengan mereka. Why not? Maklum dari kecil mainnya hanya boleh di rumah. Aku malah mengungsi ke tetangga sebelah kanan, kiri, depan maupun belakang. Tetapi, kebanyakan mereka melanjutkan sekolahnya ke luar kota. Terus, aku gak punya teman lagi. Soalnya aku gapunya teman sebaya biasanya mainnya sama kakak senior yang jaraknya 3 tahun di atasku.

Oleh karena itu, semenjak sma ini. Aku suka keluyuran kesana kemari dikarenakan gak ada teman di Jalan duku. Tempat nonkrong favoritku adalah GOR di daerah sini. Itu menjadi tempat pertandingan sepak bola antar sekolah tingkat SD, SMP, SMA dan umum. Aku suka tempat ini karena ramai dari orang-orang. Aku menyukai tempat dimana orang bisa dengan mudahnya bersorak.

Kadang-kadang aku selalu bertemu dengan oraang baru yang membuatku menyukai tempat ini. Aku pernah bertemu dengan walikota, kepala sekolah, Pak Dedi (pelatih Volly di SMP 1), Fazri, Rian, dan lainnya. Tempat ini merupakan awal pertemuannya.

Ngomong-ngomong masalah bola sebenarnya aku gatahu apa-apa tentang itu. Sejujurnya lagi aku itu sok tahu kalau sudah berdekatan dengan orang fanatik dengan si kepala bundar itu. Padahal itu sebenarnya modus untuk berkenalan dengan mereka yang ku temua. Tetapi, cara itu tidak pernah berhasil karena aku selalu dikatakan kepo, sok tahu atau bermacam-macamlah.

Aku hampir lupa memperkenalkan diriku lebih dekat lagi dengan kalian. Walaupun aku tahu kalian mengenal namaku. Namun apalah arti sebuah nama Meidira Baganti, jika anda tidak mengenal karakternya. Aku adalah anak kedua dari ibu dan ayah. Memiliki mata bulat seperti kelerang, kulit coklat, tinggi semampai, rambutku lurus hitam lebat (dapat dari ibu aku yang cantik). Hidung bolehlah (aku gabisa jawab).

Aku merupakan siswa kelas 2 IPA di SMA 12 Tanjungbalai. Aku gak begitu pintar tapi aku multitalent lo (ini pendapatku sih). Aku bisa nari, puisi, dongeng, berhitung, pidato, debat, olahraga. Tapi tidak untuk menyanyi. Suaraku terlalu merdu untuk didengar semua orang (pernyataan palsu). Aku memiliki banyak sahabat. Ada fuji, Puput, Lia, Iwaw, Dindut, Rossi, Rahayu. Bukan hanya mereka saja. Sahabatku dari kalangan cowok juga gak kalah ramainya.ada Rian, Rian, Rian dan Rian ( Mantan jadi sahabat). Siapa yang bisa seperti itu. Hanya aku dan Rian saja yang dapat melakukannya.

Aku mengidolakan Prilly Latuconsina. Dia adalah guru actingku. Aku sangat mengaguminya hingga terbawa ke mimpi. Pernah ada suatu kejadian yang menggelikan buatku. Biasanya pagi itu di sekolah aku membuka handphone untuk browser tentang kakakku (Prilly Latuconsina). Namun setelah itu robby si playboy cap badak tersebut mengambil hpku. Dan berteriak seperti orang yang lagi berorasi di istana merdeka.

"Woy, ada adeknya Prilly di kelas kita!" teriaknya.

"Bie, balikin hp aku. Kalau enggak aku laporin sama buk Zub!" ancamku.

"Laporin emang aku takut hahaha." Tertawanya.

"Obbie, balikin!" teriakku lagi dengan nada menekan.

Habis sudah kesabaranku melihat tingkah anak itu yang seperti bocah sd. Aku lemparkan spidol tepat ke wajahnya. Kemudian lebamlah wajahnya yang berparas tampan itu. Puas hatiku melihatnya. Siapa suruh mengganggu orang. Sejak itu aku dan Obi berdiaman. Adik kak Prilly dilawan (ngarep.com).