Acara 17 agustus di sekolah dimulai pada hari ini. Semua panitia sibuk dengan persiapan lomba yang akan diadakan. Bermacam\-macam lomba, seperti: Tarik tambang, bola sarung, band, makan kerupuk, dan lain sebagainya. Tiga hari kedepan merupakan hari tersibuk yang pernah ada.
Semua persiapan telah selesai jam 08.00 tepat. Semua perwakilan dari kelas I, II dan III berkumpul di lapangan. Tak ketinggalan supporter setiap kelas dengan yel\-yel semangat untuk temannya yang berlomba. Sebagai seorang panitia. Aku mendapat bagian pada lomba tarik tambang.
Semua peserta telah siap untuk bertanding. Setelah mengambil nomor lot. Mereka berbaris dengan kelompoknya. Kelas 9 IPA\-1 mendapatkan giliran pertama melawan kelas 9 IPA\-3. Pertandingan pun dimulai. Semua penonton bersorak\-sorak sambil meneriakkan nama\-nama dari perwakilan kelasnya. Ronde pertama dimenangkan oleh 9 IPA\-3.
Selanjutnya ronde kedua dimenangkan oleh kelas 9 IPS\-2, ketika memasuki ronde ketiga. Aku meneriakkan nama kelas 7 IPS\-3 lawan 7 IPA\-2. Betapa terkejutnya aku ketika melihat salah satu dari perwakilan kelas 7 IPS\-3 adalah pacarku, Detra Adi Putra. Sesaat aku terbawa suasana melihat kejadian itu.
Pertandingan dimulai. Aku berdiri tepat di depannya, dia berada di sebelah kiriku. Ketika aku mempertanyakan apakah mereka siap untuk bertanding. Mata kami bertemu satu sama lain, yang membuat badanku gemetaran. Sambil memberiku senyuman dan mengatakan siap untuk bertanding. Pertandingan dimenangkan oleh 7 IPA-2.
Sepenjang pertandingan aku tertawa geli melihatnya menarik tali tersebut. Dia berusaha keras untuk memenangkan, namun kemenangan yang didapatkan mereka adalah terjatuh di kubangan lumpur. Itu membuat semua orang tertawa dan bersorak atas mereka. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya tanpa membantunya—Pacar yang jahat—
Jam menunjukkan pukul 10:25 WIB. Aku berjalan bersama Rahayu ke kantin. Dari arah belakang, kudengar suara langkah kaki mendekat ke arahku. Ketika suara itu mulai mendekat. Sengaja aku berlari masuk ke toilet wanita untuk melihat pemilik langkah itu.
Meskipun pada saat itu banyak orang di sekelilingku. Aku khawatir itu dia. Ternyata firasat ku benar. Itu memang Detra. Ayu bingung melihat sikapku yang tiba-tiba berubah pikiran dari kantin ke toilet. Sambil melihat ke samping kiri untuk memastikannya pergi. Setelah itu, aku langsung keluar dari kantin dengan cepat.
Hujan mulai berjatuhan dari langit. Aku dan Ayu terjebak di kantin. Rahayu adalah sahabatku. Dia merupakan siswa kelas 9 IPA-2. Kami bertemu pertama kali ketika kelas 10. Dia adalah salah satu sahabat yang melengkapi kehidupan SMAku. Aku terus saja kepikiran olehnya. Apa? Besok bertemu? Bukankah ini terlalu mendadak? Aku langsung saja menebak bahwa ini adalah takdir.
Kebetulan, hujan mulai reda. Aku dan Ayu berencana untuk kembali melanjutkan perlombaan. Ya Tuhan, tiba-tiba dari arah depanku berdiri seorang lelaki mendekat dan memberi payung berwarna ungu kepada ku. Ternyata lelaki itu adalah Detra. Aku tersenyum kepadanya yang senyum kepadaku. Mendadak aku merasa dingin melihat kejadian ini.
"Dir, pakai payung Detra aja", katanya.
"Iya, makasih Det", jawabku.
"Detra duluan, semangat untuk panitia", katanya.
"Iya", kujawab.
Aduh, ini maksudnya apa? Semuanya kok mendadak. Dia sebenarnya siapa. Sampa-sampai aku bisa jadi pacarnya. Ayu semakin bingung melihat kejadian tadi.
"Mir, siapa cowok itu sebenarnya?", tanyanya.
"Gatau", jawabku.
"Pacarmu, kan???", katanya.
"Sejak kapan, kok aku gatau?" tanyanya.
"Kemarin malam tepatnya jam 20:00 WIB di rumah Ayi", jawabku dengan lemas.
"Oh, baru toh, jangan lupa kenalin ke gue", katanya.
"Entar deh, aku aja gak tahu siapa dia?", jawabku.
Bel pun berbunyi tanda kegiatan sekolah selesai. Di tengah keramaian siswa yang keluar dari gerbang sekolah. Aku tak berhasil menemukannya. Dimana dia? Tanya hatiku.Tiba-tiba dari arah belakangku. Seperti ada yang berteriak memanggil namaku. Kupandang ke belakang karena ingin mengetahui siapa gerangan yang memanggilku. Ternyata itu dia.
Sambil melambaikan tangannya ke arahku. Dan berjalan menuju ke arahku. aku yakin dia pasti akan mengajakku pulang bersamanya. Padahal aku sudah berjanji kepada Putri untuk pulang bareng. Apa yang harus ku jawab?
"Dira pulang bareng sama Detra, yok?" tanyanya.
"Hmmm, Dira udah janjian pulang bareng sama teman", jawabku.
"Yaudah Detra ikut, kita barengan aja pulangnya". Jawabnya.
Kujawab dengan anggukan yang sedikit. Agar dia tahu aku setuju.
Di jalan, dia beriringan mengendarai motornya di sampingku. Aku benar-benar kikuk dan bingung mau melakukan apa. Kecuali diam. Ini merupakan hari pertama aku bertemu dengannya setelah menjadi pacar.
"Dira", katanya.
"Iya", jawabku.
"Dira pasti bingung atas kejadian hari ini", katanya.
"Begitulah", jawabku.
"Detra juga bingung, tapi biarlah yang penting ketemu Dira", jawabnya.
Namun aku diam dengan jawabannya.
Dengan suara pelan, ia berkata;
"Aku rindu denganmu", katanya.
Namun, hanya hening jawabku.
Ketika sudah sampai di rumah, aku turun dari motornya Putri. Dan, dia juga berhenti. Aku takut Ibu melihatnya. Namun setelah melihat rumahku. Dia langsung pamit pulang ke arah GOR. Setelah dia pergi, ada rasa yang aneh dariku. Seperti ada yang hilang. Ada apa denganku? Sesampai di rumah ibu memberikan kiriman dari bang Odi. By the way, abangku kuliah di Yogyakarta. Dia ngambil jurusan Teknik Otomotif disana.
Setelah selesai sholat dzuhur, aku langsung tertidur di kamar. Aku sangat kelelahan karena acara 17 agustus yang memakan banyak energi. Apalagi terlalu banyak kejadian yang mendadak. Tiba-tiba Detra muncul. Lalu satu sekolah denganku, dan fakta selanjutnya dia merupakan adik kelasku. Lengkap sudah untuk cerita hari ini.
********
Pukul 1 pagi,
Hujan turun begitu derasnya, saling sahut menyahut antara satu dengan yang lainnya, ditambah meongan binatang liar yang berada di luar sana menambah kegundahan ku untuk tidur dengan nyenyak. Entah apa yang terpikirkan sekarang ini, tetap saja mataku tak ingin berkedip sekalipun.
Sunyi Ku telah memanggil ahlinya, aku tak terlalu mengingat bagaimana rentetan ceritanya. Tetapi hal ini sangat menggangguku. Dia merupakan gangguan terbesar bagiku sekarang. Mengingat namanya saja hatiku berdegup kencang. Apalagi jika bertemu dengannya mungkin aku sudah meleleh seperti Ice cream cair.
Memikirkannya membuatku tak bisa tidur padahal ini waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi tetapi tetap saja mataku tak ingin terpejam. Ku lirik handphone dan kembali membuka sms darinya yang membuatku tersenyum. Pikiranku melayang tak seperti tubuhku yang utuh di tempat. Aku rindu dan hanyut dalam belaian malam memikirkannya.