sampai juga di sini

Setelah pertemuan Ana dan ayah pagi tadi, perubahan sikap Ana terlihat sangat jelas. Di wajahnya tidak terlihat senyuman dan cahaya berseri yang biasa terpancar di sana. Entah kenapa  aku merasa Ana menjadi sangat diam dan muram.  Ada rahasia apa sebenarnya sehingga membuat Ana begitu tidak senang melihat ayahku.

Aku yang sibuk menghafalkan jalan dari tadi tidak sempat mengajak Ana untuk mengobrol. Apalagi sepertinya Ana juga tidak mau aku ganggu. Bahkan Andre yang biasanya cerewet, tetapi dalam perjalanan kali ini dia hanya terdiam seribu bahasa dan hanya fokus pada jalanan saja.

Beberapa saat tadi kami baru saja keluar dari jalan tol. Sekarang kami sedang ada di dalam perjalanan menuju rumah Ana. Aku berharap di rumah itu aku bisa menemukan rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Ana.

"Udah sampai kita ndre?" tanyaku sewaktu mobil kita masuk ke pekarangan sebuah rumah. Rumah itu sangat indah dengan pepohonan yang masih sangat banyak tumbuh di halaman depan rumah. Halaman rumahnya cukup luas dan asri membuat kita melihatnya merasa sangat tenang. Dan perasaan apa ini yang tiba-tiba datang, sepertinya aku merasa jika aku pernah berada di rumah ini.

" ya kita udah sampai Bro?" kata Andre, kemudian dia mematikan mesin mobil lalu keluar dari mobil. Aku pun ikut keluar dari mobil dan melihat segala penjuru dengan perasaan yang tidak asing terhadap tempat yang baru pertama ini aku datangi.

Rumah yang sangat indah dan nyaman. Pagar bagian depan sengaja tidak dibuat tinggi bahkan jika kita duduk di depan teras rumahnya kita masih bisa melihat orang yang lalu lalang. Halaman rumah bagian depan juga cukup luas dengan berbagai macam tanaman yang tumbuh di setiap sudut taman yang sengaja di buat petak untuk bercocok tanam. Sebuah pohon yang sangat besar dan sudah tua juga ada tidak jauh dari teras tempat saya duduk sekarang.

Ana dan Andre sudah masuk ke dalam, tinggallah aku seorang diri yang sedang memandangi pemandangan seperti di pedesaan tetapi berada di pinggiran kota Jakarta. Ini masih masuk kawasan Jakarta Timur tetapi bagian pinggirnya. Ternyata masih banyak pepohonan daerah sini, aku pikir semua sudah menjadi kota dan sudah tidak ada lagi pohon yang masih tumbuh.

Cukup lama Ana dan Andre masuk ke dalam meninggalkan aku sendiri di sini. Sedang apa ya mereka?

Ingin rasanya aku diam-diam masuk ke dalam dan mencari tahu, tetapi tidak sopan sebagi tamu kita masuk tanpa sepengetahuan orang rumah.

"Sorry bro, gua tinggalin lama ya?" kata Andre yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah. Tetapi Ana tidak ikut keluar.

"Gua tadi nyariin orang rumah dulu, keliling dulu cari orang, tapi kayaknya lagi pada keluar rumah, sepi banget" kata Andre menjelaskan kenapa dia lama berada di dalam.

"Ana kayaknya dia mau mandi dulu katanya biar segeran dikit" lanjut Andre.

"mandi…." Kataku di dalam hati. Pikirku entah membayangkan ke arah  mana.

"Ndre, gua boleh nginep hari ini kan?" tanya ku

"gua kan udah bilang tadi ke Ayah kalo gua ga balik hari ini" sambungku lagi.

"kenapa ga mau balik hari ini?" tanya Andre

"Pengen aja….. Supaya Ayah bisa ngerasain juga gimana rasanya nungguin di rumah seorang diri" kata ku sambil menjatuhkan punggungku ke belakang.

Emang anak durhaka sama orangtua. Tapi memang aku sudah terlanjur sangat kesal dengan Ayah, gimana tidak! Setiap tahun aku selalu menunggu kepulangan dia, tapi giliran aku sudah mulai punya kesibukan sendiri sekarang dia malah menginginkan ada di rumah untuk menemani dia.

"Lo emang ga penasaran apa yang bakalan Bokap lo obrolin?" tanya Andre.

"hmmmm….. gimana ya?" kataku pura-pura tidak penasaran dengan semuanya. Padahal dalam otakku sudah campur aduk.

"Gimana kalo lo di suruh gantiin posisi Bokap lo, bro?" tanya Andre lagi.

"Kalau itu ga usah ngomong seserius itu juga bisa, tahun kemarin aja Ayah udah nelpon. Waktu kita ada di Bandung, dia nyuruh gua nyusul ke Singapura bantuin ngurus di sana" kataku dengan santai.

"trus, lo ga mau?" tanya Andre lagi.

"kita lagi UTS waktu itu bro" kataku mengikuti gaya bicara Andre selama ini. Andre heran dan tersenyum melihat aku bicara seperti itu.

"kenapa?" tanyaku heran.

"ga pantes…." Katanya sambil tertawa.

"Jadi lo ga bakal mau nih ngurus bisnis bokap lo?" Tanya Andre penasaran.

"kenapa jadi penasaran banget sih?" tanyaku semakin heran, tumben Andre sangat kepo dengan kehidupanku.

"gua takut aja…. " kata Andre tapi terhenti saat tiba-tiba Ana keluar dari dalam rumah. Dan masih terlihat rambutnya yang masih sedikit basah karena habis mandi.

"takut kenapa?" tanyaku karena kalimat Andre tadi tidak selesai dia ucapkan.

"mmmmm….." Andre masih ragu untuk meneruskannya sambil dia melirik ke arah Ana.

"Ada apa sih ini?" tanya Ana penasaran dengan yang sedang kami bicarakan.

"Si Andre tadi nanya apa aku bakalan gantiin posisi Ayah sekarang" kataku menjelaskan ke Ana.

Lalu Ana melihat ke arah Andre dengan tatapan sinis.

"Ampun doro putri" kata Andre sambil menggosok kedua telapak tangannya.

Lalu Ana melipat kedua tangannya di depan dadanya dan kakinya menendang betis Andre.

"Ampun… Oke ga lagi" kata Andre dengan wajah memelasnya, aku yang melihatnya sedikit heran kenapa Ana harus semarah ini. Padahal Andre hanya mau tahu aku jadi meneruskan bisnis Ayah atau tidak. Lalu kalimat Andre yang terputus tadi apa maksudnya.

"maksud lo tadi apa ndre, gua takut kenapa?" tanyaku penasaran.

"Ana takut kalau lo jadi penerus bisnis Handoko Nugraha lo bakal sibuk dan sombong, ga bakal mau temanan ma kita lagi, kata Ana gitu" Kata Andre sambil melihat ke arah Ana dan segera kabur dari tempat duduknya takut dihajar lagi sama Ana.

"Apaan sih lo!" teriak Ana sambil melempar Andre dengan sandal rumah yang dia kenakan.Lalu mengejar Andre seperti Tom and Jerry dan aku ada diantaranya bingung mau memihak yang mana.Di satu sisi juga aku sangat takut kalau kalau Ana tidak sengaja menyentuh aku, bahkan jatuh duduk di pangkuanku. Karena sekarang posisi Ana ada di depan ku sedangkan Andre yang menghindar ada di belakangku.

Jika saja aku tidak ada kelainan, pasti sekarang aku sudah menarik pinggang Ana untuk duduk manis di pangkuanku. Dan sekaligus menghentikan pertengkaran kucing dan tikus ini.

"sudah sudah… tamu haus nih" keluhku karena dari sejak sampai di rumah aku belum disuguhi minum.

"oh iya aku lupa, bi asih lagi keluar ga ada di rumah" kata Ana kaget dan berhenti mengejar Andre.

"tamunya ga diajak masuk nih?" tanyaku lagi karena aku penasaran seperti apa rumah Ana.

Sebelum menjawab Ana melihat sekilas ke arah Andre. "mmmm…. Boleh, ayo masuk" kata Ana, tersirat keraguan di nada suaranya.

"kalau nginap boleh juga ya?" mohon ku lagi sambil gelayutan di tangan Andre, kalau bisa sebenarnya aku maunya gelayutan di tangan Ana.

"Udah bolehin aja na, kasian kan lumayan jauh perjalanannya" bujuk Andre. Aku hanya memberikan kedipan mata dengan cepat memohon untuk menampung aku malam ini di sini. Bukannya aku tidak bisa menyewa hotel terdekat, tapi aku hanya ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Ana. Dan aku juga merasa rumah ini sangat akrab. Sekilas terlihat bayangan bayangan masalah lalu yang seakan pernah terjadi di sini.

Seperti dejavu, aku seperti pernah melihat tempat yang sama seperti rumah ini. Tapi di mana aku pernah melihatnya aku tidak ingat. Bahkan posisi pohon dengan sebuah ayunan tali yang tergantung di sana, seakan pernah aku menaiki ayunan itu tapi kapan aku tidak ingat.

"Ayah Andre….. Bunda Ana….." teriak seseorang dari arah belakang kami saat kami akan masuk ke dalam rumah.

"Alin…." Sambut Andre sambil mengulurkan kedua tangannya dengan posisi jongkok.

"Anak ayah yang manis" kata Andre sambil menyiumi pipi kanan dan kiri seorang anak perempuan yang sekarang ada di gendongannya.

"Anak…. " Kataku terkejut dan aku juga mendengar anak perempuan itu memanggil Ana dengan sebutan Bunda.

Berarti Andre dan Ana sudah menikah?

Berarti Andre dan Ana sudah punya Anak?

Otakku terus bertanya dan tidak mengerti harus mencari jawaban kemana.Perempuan yang aku kagumi ternyata sudah punya anak bahkan dengan temanku sendiri.Pantas saja mereka tidak mau aku main ke rumah mereka.Ternyata ini yang mereka sembunyikan.

Anak perempuan yang manis dengan rambut di kepang dua mengenakan baju kaos berwarna ping dan cenala pendek berwarna hitam. Jika diperhatikan anak tersebut berumur sekitar empat tahun. Itu artinya mereka sudah menikah sekitar lima tahun yang lalu.

Otak aku tidak bisa berpikir dengan jernih, lima tahun yang lalu Ana dan Andre baru kelas dua atau tiga SMA. Jika dia punya anak bagaimana mungkin dia bisa lulus SMA dan memiliki ijasah SMA lalu masuk ke kampus yang mempertemukan kita.

Dan kenapa Andre juga diam saja saat dia tahu aku suka pada Ana, dia juga membantuku saat aku akan menyatakan perasaanku pada Ana.

"Bunda Ana…. Alin kangen bunda, bunda kenapa ga pulang-pulang?" tanya anak perempuan itu sambil gelayutan di leher Ana.

"Bunda kan kuliah sayang" kata Ana sambil tersenyum karena ulah anak itu yang tidak berhenti menciumi pipinya secara bergantian.

"Om bagus kenalin…. Aku Alin?" kata Ana sambil menggendong anak itu ke arah aku dan memberikan tangan kanan anak itu untuk aku pegang.

Aku hanya terdiam kaku tidak percaya dengan yang sedang terjadi di hadapanku. Ana sungguh kejam mengenalkan anak kalian di depan mataku tanpa perasaan bersalah sama sekali. Padahal kamu tahu aku suka pada mu, atau memang kamu belum menyadari perasaanku padamu sampai saat ini.

Ana yang sadar aku tidak kunjung meraih tangan anak itu lalu pamit masuk ke dalam rumah. Dan meminta orangtua yang tadi datang dengan anak perempuan itu masuk ke dalam.

Apa yang saat ini sedang terjadi.

Andre dan Ana sudah punya anak?

Ataukah mereka punya anak sebelum menikah?