Kuperiksa perlengkapan pendakian pertamaku dengan penuh semangat agar tak ada yang tertinggal. Dengan hati tak sabar aku menanti esok hari.
Tak bisa tidur adalah kebiasaanku apabila terlalu senang, kupandangi langit-langit kamarku sambil membayangkan perjalanan esok.
Planologi adalah tempat pertemuan awal kami sebelum memulai perjalanan, kamipun memeriksa perlengkapan kami kembali agar tak ada yang tertinggal.
Menjelang siang kami berenam berangkat ke cidahu agar bisa memulai pendakian disore hari.
Perlahan tapi pasti kami melangkahkan kaki kami dengan semangat, namun aku merasa kehausan dan tidak bisa minum karena sedang berpuasa Syawal.
"Sini aku bawain tasnya," Ucap Ka Haris menawarkan diri.
"Nggak usah ka, gak apa-apa." Ucapku karena tak enak, masa aku harus menyusahkan teman satu angkatanku, pikirku.
"Nggak apa-apa, aku juga udah pernah ke sini ko, jadi nggak ikut ke puncak juga nggak masalah." Ka Haris tetap menawarkan diri.
"Ye?" Aku sedikit bingung dengan ucapannya.
"Sini!" Ucapnya sambil mengambil tas gendongku kemudian memakainya di depan.
Perjalananku lebih ringan karena tak membawa tas, namun aku tak enak dengan ka Haris. Setelah berjalan hampir 1 jam kamipun sampai di bajuri, camp persimpangan antara jalur menuju puncak manik dan kawah ratu.
Tidak banyak tenda disana, kamipun mencari lahan yang nyaman untuk mendirikan 2 tenda.
Dengan ditemani gemericik hujan, kami mendirikan tenda lalu berbagi tugas, ada yang merapikan tenda dan ada yang masak makan malam.
Aku mendapatkan tugas membantu memasak, bukan memasak langsung, tapi hanya membantu memotong motong sayur dan lain-lain. 🤭🤭🤭
Maklum saja, meski perempuan sendiri, tapi para senior yang lebih pro dalam masak memasak.
Kami menyantap makanan kemudian bersiap untuk beristirahat agar bisa mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan pendakian esok hari.
Namun, ternyata salah satu tenda kami mengalami kebocoran, sehingga kami harus mengeluarkan air dari dalan tenda. Dan terpaksa tidur berenam dalam satu tenda yang seharusnya hanya untuk 4 orang.
Namun hal itu tak bertahan lama, 2 diantara kami akhirnya pindah ke tenda yang bocor kemudian mengelap tenda sampai kering dan beristirahat disana.
Esok hari kami melanjutkan pendakian setelah sarapan dan merapikan tenda karena kami hanya membawa makanan, camilan dan air minum untuk menghemat waktu dan tenaga, sementara tenda dan barang barang lain tetap di bajuri.
"Aku nggak ikut ke puncak ya ka." Ucap ka Haris.
"Lho kenapa ka?" Aku kaget.
"Nggak enak bandan, jadi saya isturahat aja, nanti ikut ke kawah ratunya aja deh." Jawab ka Haris.
"Beneran? Mau di temenin gk?" Tanya Senior kami, Kak Indra.
"Iya nggak apa-apa ka. Kalian ke Puncak aja. Aku kan udah pernah juga, jadi ke kawah ratu aja nanti." Jelas Kak Haris, "Kayaknye efek keujanan kemaren, nggak apa-apa kok." Sambungnya ketika melihatku, sepertinya kak Haris tahu kalau aku merasa bersalah karena kemarin.
akhirnya kamipun memulai perjalanan kami menuju menuju puncak manik.
Perjalanan ini cukup melelahkan, namun rasa lelah itu terbayar dengan pemandangan yang dapat dilihat sepanjang perjalanan, terutama di puncak manik.
Aku sangat bersyukur karena dapat melakukan perjalanan ini. Selain pemandangan yang indah ketika kita melihat happaran pepohonan dari ujung ke ujung, kita juga bisa mendapatkan teman baru.
Kami tak terlalu lama di puncak manik, hanya 45 menit, kemudian kembali karena ingin langsung menuju kawah ratu.
Saat perjalanan pulang sayang meraaakan ada hal aneh, ia ini sangat aneh.
"Kayaknya kira nggak lewat sini deh ka." Ucapku pada senior.
"Iya, kayaknya bukan kesini jalurnya." Ucap Ka ben kemudian kembali keatas diikuti olwh kami berlima, "Nah, ini jalur yang bener." Sambungnya.
Aku bersyukur karena kami tak tersasar terlalu jauh. Tapi...
"Ka..." Teriakku ketika ke 3 seniorki sudah berjalan terlali jaurlh dari kami, para junior.
Aku teringat ketika perjalanan menuju puncak yang nanjak tadi, para senior terutama ka Ben jalannya cepet banget. Apalagi perjalanan pulang yang menurun, sepertinya kita harus berlari. Tapi ternyata itu nggak cukup, kami tetap tertinggal jauh, mula-mulai Ka ben tetap menyahuti kami, kemudian tidak ada jawaban dan kami harus memilih jalur ke kanan atau ke kiri.
"Kemana ya ka?"Tanya Ka Rian yang benar benar lupa, karena baru pertama kesini sama sepertiku.
"Aku juga nggak tau." Ucap Ka Rendi.
"Kayaknya kesini ka. Ini seperti jejak kaki sandal ka Ben." Ucapku setelah melihat lihat kalau kalau ada jejak baru menuju kebawah, sementara sebelahnya tidak ada jejak menuju ke bawah, hanya jejak kemuju keatas.
"Iya, kayaknya kesini." Ka Rendi menyahuti
Namun kaki ternyata tersasar lagi, dan kami memutuskan untuk berdiam terlebih dahulu.
"Tadi kitakan ngecamp deket sungai kecil, itu kayaknya suara sungai." Ucapku, kemudian kami mencari suara air tersebut dan Alhamdulillah kami bisa sampaibdi camp kami.
"Kak, tadi kita ke sasar lho. Kakak cepet banget jalannya." Ucapku memberikan laporan.
"Tadi juga kita salah jalan. Malah ke jalur Kanan." Jawab Ka Ben.
"Berarti tadi beneran jejak kakak dong." Ucapku senang ternyata kami memang tidak salah melihat jejak.
Setelah beristirahat sejenak, kami Perjalanan menuju kawah ratu hanya 2.5 jam, kami disana tidak terlalu lama karena bau belerang yang sangat menyengat. Hanya berfoto sambil Ka Ben menjelaskan sedikit tentang kawah ratu.
Itulah Pendakian singkatku, lelah memang, namun menyenangkan dan tak terlupakan.
Oiya satu lagi, kami tak pernah lupa menjalankan kewajiban kami sebagai seorang muslim, jadi meski dalam pendakianpun, kami tetep menjalankan Shalat 5 waktu. 😊😊😊