Mobil Xu Lu yang digunakan untuk balapan adalah Ferrari 458 yang sudah dimodifikasi.
Luo Nanchu melenturkan jarinya di lintasan balap dan melakukan pemanasan untuk beberapa saat sebelum membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.
Di antara para penonton, seorang pria dengan wajah lembut itu memusatkan pandangannya dan memandangi Ferrari 458 hitam yang ada di lintasan. Sebatang rokok menyala di ujung jarinya, dan asap rokok yang membumbung membuat matanya tertutupi dengan sempurna.
Sebuah tembakan mulai terdengar. Di lapangan, kembali terdengar raungan menggelegar dari mesin mobil-mobil sport. Ferrari 458 hitam itu melesat secepat kilat, dan jauh di depan pada awal pertandingan.
"Andalan!"
Xu Lu mengumpat dengan suara pelan diantara kerumunan penonton. Ia tidak percaya bahwa mobil Ferrarinya bisa melesat secepat itu dan memimpin pertandingan ketika dipegang oleh Luo Nanchu.
Pada akhirnya, hanya pengemudi mobil Lin Yi sajalah yang bisa mengejar kecepatan laju Luo Nanchu dan saat ini ia berada tepat di belakang Luo Nanchu. Saat berbelok, tiba-tiba Ferrari itu seperti menggertak mobil Lin Yi hingga kehilangan keseimbangan kemudian melesat dengan cepat dan mencapai garis finis.
Hingga akhirnya Ferrari berhenti di ujung, dan setelah hening sejenak di lapangan, sorak-sorai menggelegar langsung meledak.
Xu Lu bergegas lari menuju mobilnya bersama penonton yang lain untuk melihat Luo Nanchu keluar dari mobil. Lalu, dengan penuh semangat ia melambai pada Luo Nanchu, "Kak Luo, aku tidak menyangka kalau keterampilanmu dalam menyetir ternyata bisa sehebat itu, maukah kamu mengajariku nanti?"
Luo Nanchu menoleh ke belakang. Dan pembalap wanita itu sedang berjalan keluar dari mobil dengan tatapan yang sangat buruk ke arah Luo Nanchu.
"Ada rokok?" Luo Nanchu menarik perhatiannya dan bertanya sambil tersenyum.
"Ada ada ada!" Xu Lu dengan gayanya yang maskulin mengeluarkan rokok dari sakunya, Luo Nanchu mengambilnya, dan mengapitnya di bibirnya. Xu Lu mengeluarkan korek api dan menyalakan rokoknya.
Luo Nanchu menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan menghembuskan asap dari dalam mulutnya. Aroma tembakau yang pahit membuat paru-parunya kembali panas. Rangsangan yang ditinggalkan oleh kecepatan ekstrim saat balapan seolah masih melekat di kedua tangannya.
Kemudian ia menyipitkan mata sejenak lalu tersenyum santai. Pemandangan penuh cinta itu membuat jantung Xu Lu berdetak lebih cepat dari biasanya.
Putaran kompetisi berikutnya akan segera dimulai. Luo Nanchu dengan ringan memutar puntung rokoknya dengan ujung jarinya, mengangkat alisnya dan tersenyum pada Xu Lu, "Aku akan memastikan kamu mendapatkan mobil itu. Ingatlah untuk menyiapkan uangnya, tunai."
Xu Lu memandang Luo Nanchu sekilas dengan tatapan kosong, lalu menganggukkan kepalanya, "Oke…" Nada suaranya terdengar sedikit tidak stabil.
Setelah itu Luo Nanchu masuk ke dalam mobil, dan tiba-tiba telepon di saku Xu Lu berdering.
Lin Yi berkata di telepon, "Jika kamu ingin selamat besok, kamu sebaiknya datang sekarang."
"Hah?"
"Wanita yang menjadi jokimu itu, siapa dia?"
Xu Lu tercengang, dan tanpa sadar ia mengangkat kepalanya untuk melihat auditorium. Saat itu Fu Tingyuan bersandar di pagar, ujung jarinya mengambang dengan asap tipis, dan ia sedikit tersenyum padanya.
Xu Lu tersenyum kaku, saat ini ia merasa hidupnya sedang berada di ujung tanduk .
*
Pertandingan sudah berakhir, dan Xu Lu keluar menjadi pemenang.
Joki milik Lin Yi tidak lagi muncul di pertandingan kedua karena sudah kalah di pertandingan pertama, sehingga Luo Nanchu bisa unjuk gigi dengan sempurna.
Xu Lu berhasil mendapatkan SSC dan ia bermaksud untuk mentraktir teman-temannya minum.
Luo Nanchu berkenalan dengan semua orang yang ada di sana, dan mengangguk dengan antusias, "Oke, oke." Ia sudah lama tidak merasakan suasana seperti ini. Dan saat ini ia merasa dirinya seperti kembali ke tiga tahun lalu.
Fu Tingyuan berdiri di dekat mobil, kemudian ia mengulurkan tangan padanya, "Chuchu, kemarilah."
Luo Nanchu mendengar suaranya dan seketika ia pun langsung menoleh. Ketika melihatnya, Fu Tingyuan merasa Luo Nanchu sedikit terkejut, seolah-olah ia baru saja bangun dari mimpi.
Untuk sesaat, Luo Nanchu perlahan meregangkan alisnya, menunjukkan senyumnya dengan ekspresi wajah yang datar. Kemudian ia pun berjalan mendekati Fu Tingyuan.
*