Siang hari yang sangat terik, Kenichi dan Pitthawn baru saja sampai di apartemen milik Kenichi. Pitthawn sangat berhati-hati membersihkannya dengan penuh semangat. bagaimana tidak, apartemen milik Kenichi berisi barang-barang mewah. Semua benda-benda berkilauan dan terlihat sangat mahal. Bahkan guci-guci vas bunga terlihat begitu mempesona dengan ukiran-ukiran yang sangat detail.
"Pittha apa kau sudah selesai?", tanya Kenichi meraba punggung Pitthawn.
"Ah, iya sebentar lagi Tuan. Setelah selesai memasak makan malam semua sudah beres", senyum Pitthawn mengembang.
"Pittha apa Kau keberatan jika memanggilku dengan nama panggilanku saja?", tanya lagi Kenichi sambil bersandar di dinding.
"Tuan, saya merasa kurang pantas", jawab Pitthawn terkejut.
"Setelah Aku bisa melihat kembali, Aku ingin Kau memanggilku dengan namaku", tersenyum manis Kenichi penuh harap.
Setelah mereka selesai membersihkan diri, mereka pun pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter mata Kenichi. Wajah cantik Pitthawn terlihat panik dan khawatir. Namun, Kenichi yang tidak dapat melihat wajah Pitthawn malah terlihat santai dan berseri-seri seperti bunga yang bermekaran. Ia tak sabar ingin bisa kembali melihat indahnya dunia, juga dengan kecantikan perempuan cantik di sampingnya kini.
"Tuan Kenichi, mari silahkan masuk dokter telah menunggu Anda", ucap seorang suster memanggil Kenichi dengan ramahnya.
Di dalam sebuah ruangan Kenichi melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap matanya. Namun wajah Kenichi tetap terlihat tenang, bahkan tidak sedikit pertanyaan yang diajukan dokter dijawabnya dengan tersenyum. Kenichi terlihat sangat gembira akan operasi matanya, padahal sebelumnya dokter yang telah menawarkan operasi mata itu ditolaknya mentah-mentah.
Tak lama kemudian Kenichi keluar dari ruang pemeriksaan, namun Dia telah berada di atas brankar dan memakai baju operasinya. Pitthawn menghentikan langkah para suster dan dokter yang membawa Kenichi lalu berbicara beberapa kata penyemangat untuk majikannya itu. Kenichi hanya tersenyum manis seakan ingin Pitthawn menunggunya dapat kembali melihat lagi.
Operasi mata Kenichi begitu lama, mungkin karena Pitthawn saja yang merasa sangat khawatir dengan keadaan Kenichi. Anehnya ada dua dokter lain lagi yang memasuki ruang operasi tempat Kenichi berada itu. Ketika seorang suster keluar dari kamar operasi dengan tergopoh-gopoh, Pitthawn menghentikannya.
"Maaf, sebenarnya apa yang terjadi? Apa Tuan Kenichi baik-baik saja?", tanya Pitthawn cemas.
"Keaadan Tuan Kenichi tidak begitu baik, terjadi pendarahan pada otaknya. Nona jangan khawatir dokter ahli dari luar negeri telah melakukan tindakan", jawab suster itu menenangkan Pitthawn.
Semoga Kau baik-baik saja, semoga tidak terjadi apa-apa padamu Tuanku.
Pitthawn terus berdoa dalam hatinya. Pitthawn takut apa yang terjadi di dalam mimpinya akan menjadi kenyataan yang pahit untuknya.
Tiga jam berlalu dan operasi pun telah selesai. Pitthawn semakin ketakutan, karena Kenichi belum kunjung sadar.