Gugatan Cerai

Disisi lain, Rendra yang mendengar kabar jika sang istri masuk rumah sakit, tanpa mempedulikan ia akan di usir lagi setiap kali ingin menemui mertuanya. Ia sudah tidak peduli, ia harus melihat kondisi istrinya. Ia juga rindu istrinya.

Sudah dua hari Rendra menunggu di luar ruangan Keysha. Menunggu istrinya sadar. Ia tidak diperbolehkan melihat istrinya, jadi ia hanya bisa melihat dari kaca pintu.

Athaya benar-benar membencinya, hingga ia menjaga Keysha dengan ketat. Ia tidak pernah keluar dari ruangan itu. Untuk makan saja, Athaya akan merepotkan Rian.

Tidak ada celah sama sekali untuk Rendra. Kau pantas menerimanya.

"Kau sudah sadar, Cha". Ucap Athaya melihat Keysha mengedipkan mata menyesuaikan dengan cahaya yang ada.

"Aku akan memanggilkanmu dokter". Ucapnya kemudian berlari kegirangan.

Mendapatkan pintu ruangan terbuka dan Athaya yang pergi keluar. Rendra tidak menyia nyiakan kesempatan itu. Ia segera masuk menemui orang yang sangat ia rindukan.

"Mas Rendra". Ucap Keysha saat Rendra menghampiri brangkarnya.

"Pergi". Ucapnya dingin. Namun, Rendra tetap mendekat.

"Pergi atau aku akn berteriak". Ucap Keysha mengalihkan pandangan. Ia tidak sanggup melihat orang yang dicintainya.

Rendra terdiam, ia bingung harus bagaimana. Rasanya ia ingin memeluk wanita dihadapannya menumpahkan segala kerinduannya. Tapi ia juga takut hal itu akan membuat Keysha semakin membencinya.

Persetan dengan itu, Rendra tidak dapat menahan rasa rindunya, ia berjalan memeluk Keysha.

Keysha meronta dalam pelukan Rendra. Sebenarnya ia juga merindukan orang yang dicitai sekaligus orang yang paling dibencinya secara bersamaan. Ia rindu dekapan hangat milik Rendra. Namun, ia tidak ingin terbuai dengan apa yang menjadi masa lalunya.

"Lepasin aku, mas". Ucap Keysha lemah. Air matanya kembali tumbah, ingatannya tetang sebuah pengkhianatan kembali berputar dalam otaknya.

Walaupun berat, Rendra melepas pelukannya.

Keysha menarik napas pelan lalu menghebuskannya secara perlahan, ia berusaha tetap tenang dihadapan orang yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.

"Aku ingin cerai mas". Ucap Keysha membuat Rendra bagaikan disambar petir siang bolong.

"Ceraikan aku mas". Ulangnya lagi.

"Aku nggak mau". Ucap Rendra menggelengka kepala. "Tidak adakah kesempatan kedua untukku?". Tanyanya lagi. Lututnya terasa lemas. Ia baru saja mendapatkan sedikit kebahagian, melihat istrinya, dapat memeluknya.

Keysha tersenyum sinis mendengarnya. "Kesempatan kedua kamu bilang mas, aku sudah memberikan mas kesempatan kedua, tapi apa mas. Tapi apa yang mas lakuin ke aku".

"Maafkan aku". Ucap Rendra menahan air matanya yang akan keluar.

"Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Aku hanya ingin kamu melepaskanku".

"Tidak, Acha. Aku tidak bisa". Ucap Rendra dengan suara parau.

"Jangan egois, mas. Jangan mementingkan diri sendiri. Aku juga ingin bahagia walau bukan bersama mas". Ucap Keysha memandang keluar jendela.

"Bukankah kamu telah berjanji, tidak akan pernah pergi dari sisiku jika bukan aku yang melepaskamu".

"Maka dari itu mas, izinkan aku melepasmu".

"Aku tidak bisa, Cha. Aku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu". Ucap Rendra menggenggam tangan Keysha. Namun ditepis olehnya.

"Jika mas benar-benar mencintaiku. Aku mohon lepaskan aku. Hidup bahagialah bersama istrimu dan anakmu itu".

"Tidak. Dia bukan anakku. Aku terpaksa menikahinya. Aku terpaksa Acha. Aku hanya menolongnya yang ingin bunuh diri".

"Kau telah menolongnya dengan menikahinya. Maka tolonglah aku dengan menceraikanku". Ucap Keysha pilu.

"Keputusanku sudah bulat, aku tidak ingin mendengar apa pun. Silakan keluar, pengacaraku akan menemuimu untuk mengurus perceraian kita".

Bersamaan dengan itu, Athaya datang bersama seorang dokter.

"At, antar orang itu keluar mungkin dia lupa mana pintu keluar". Ucapnya dingin.

Athaya mengagguk patuh.

End