WebNovelGeVa100.00%

6 | GeVa

Vania sedang berada di belakang sekolah yang sangat jarang orang tempati.

Disana terdapat tempat duduk panjang yang Vania letakkan sendiri, Vania duduk di bangku itu dengan memejamkan matanya.

Gue yang salah, gue juga yang harus bisa memperbaiki semuanya. Isak batin Vania.

Vania membuka matanya melihat sekelilingnya yang dalam keadaan hening dan sunyi. Mungkin keadaan inilah yang pantas untuk dirinya sekarang, tak pernah dianggap oleh siapapun.

Seketika butiran perbutiran air mata itu keluar membasahi pipinya yang lembut. langit, matahari, dan tumbuhan serta para benda benda di sekitarnya menjadi saksi kesedihannya hari ini.

Bertemu dengan seseorang tetapi seseorang itu sangat membencinya bahkan menatapnya saja tidak ingin.

Hembusan angin menggerakkan rambutnya dan menyentuh kulitnya dengan lembut, Vania sangat menikmati hembusan angin itu. Seakan akan ada yang mendorongnya dan membisikkannya bahwa ia harus tetap semangat dalam menjalani kehidupan yang sangat pahit ini.

"Ngapain?"tanya seseorang dari belakang Vania.

Mampus gue ketahuan. Batin Vania

"Emm, maaf pak tadi saya cuman mau ituuu emm." ucap bingung Vania tanpa menoleh ke arah belakang.

"Mau itu apa?"tanya orang itu lagi.

"Itu pak, aduhh apa ya."tambah bingung Vania.

"Apa apa?"tanya Orang itu ke tiga kalinya.

Vania yang kesal berucap sambil menoleh ,"bapak itu kepo ba...

Vania melongo melihat orang itu, heran sangat heran.

"Lo... Lo ngapain disini?"tanya Vania gugup.

"nyari makan."jawab singkat Gerry.

Ya orang itu adalah Gerry.

"Ha?"bingung Vania.

"Bodoh. Ya Nyari lo lah."ceplos Gerry.

Blush. Pipi Vania tiba tiba menerah seperti tomat sama cabai.

Gerry yang melihat pipi Vania memerah ,"nggah usah geer. Gue cuman bercanda."sambung Gerry.

Habis di buat terbang, eh malah dijatuhin. Miris Vania.

"terus yang nggak bercanda nya apa?"tanya Vania

"Kepo amat lo."sinis Gerry.

Vania yang sangat kesal karena sikap Gerrt kepadanya lalu Vania berucap ,"pergi lo dari sini."

"Dih ngusir."sindir Gerry.

Sangat menyebalkan sosok Gerry yang ini.

"Pergi nggak."

"Kalo gue nggak mau?"

"Lo...

Gerry mengangkat satu alisnya, Vania menurunkan jari telunjuknya.

"Pergi lo dari sini."usir Vania.

Bukannya pergi, Gerry justru semakin dekat dengan Vania dan tiduran di bangku milik Vania.

"Gerry lo anak baru aja udah songong banget sih lo."kesal Vania.

Gerry beralih duduk dan mendongak kepalanya menatap Vania.

"Yakin gue anak baru."skatmat Gerry.

Vania mengalihkan pandangannya kelain arah, ia sangat mengerti apa yang di ucapkan Gerry.

"Apa kabar?"sapa Gerry.

Vania menoleh ke arah Gerry dengan mata yang mulai membendung air.

"Gu... Gue baik. Gimana dengan lo?"tanya balik Vania dengan gugup

"Fine."

Vania hanya menganggukan kepalanya.

"Lo nggak capek berdiri terus?"tanya Gerry.

"Ha?"cengo Vania.

Gerry yang tidak sabaran, lalu menarik tangan Vania agar duduk di sampingnya.

¤¤¤¤

Kini Vania duduk di sebelah Gerry, mereka hanya saling diam tanpa mau membuka topik pembicaraan.

Vania yang jengah dengan keadaan seperti ini lalu ia menoleh ke arah Gerry.

"Lo itu anak baru, nggak usah ikut bolos."ucap Vania.

"terserah gue dong, kok lo yang sibuk."sinis Gerry.

Dua tahun gue nggak ketemu sama lo, mulut lo kaya cewek banget sih. Batin Vania kesal.

Vania tak minat menjawabnya, ia hanya melihat lurus kedepan.

Gerry yang merasa tidak mendapat tanggapan dari Vania, lalu ia menoleh ke arah Vania. Gerry mengamati wajah Vania.

"Lo kenapa bolos? Bukannya dulu lo nggak suka bolos?"tanya Gerry memecahkan keheningan.

Vania menoleh ke arah Gerry sambil tersenyum.

"Gue yang dulu sama sekarang itu udah beda, tapi otak gue masih sama."ucap Vania bangga.

Gerry hanya menganggukan kepalanya menanggapi ucapan Vania.

"Lo kenapa pindah sekolah?"tanya Vania

"Gue di keluarin."

"Kok bisa?"heran Vania.

"Pinter tapi kok goblok."balas Gerry.

Vania yang bingung dengan ucapan Gerry ,"maksudnya apa?"

"bodoklah."kesal Gerry.

Vania semakin bingung dengan sikap Gerry. Vania mengedikan bahunya acuh.

Pandangan Vania teralih ke depan lurus, menatap rumput yang bergoyang akibat angin. Sedangkan Gerry mencoba beradaptasi dengan sekitarnya.

Vania melihat jam di ponsel nya sudah 2 jam mereka berdiam di sini, Vania bangkit.

"Lo mau kemana?"tanya Gerry.

"Ke kelas, pelajaran sejarah udah selesai."balas Vania

Gerry juga ikut bangkit, lalu mereka berjalan berdua menuju ke kelas.

¤¤¤¤

Saat Gerry dan Vania sampai dikelas, seluruh penjuru kelas terfokus menatap mereka berdua.

"Kok kalian bisa berdua?"tanya Rizki.

"Emm, itu..

"Tadi gue sama Vania nggak sengaja ketemu di karidor bawah."potong Gerry, Vania menoleh ke arah Gerry dengan menghela nafas santai.

"Oh iya, tadi lo di panggil sama bu Mega ke ruang BK."ucap Ari kepada Gerry

"Sama lo juga Van."sambung Ari dengan menoleh ke arah Vania.

"Gue ke BK dulu."pamit Vania.

"Gue juga."pamit Gerry.

Ari, Rizki, dan Gersya hanya menganggukan kepalanya. Lalu Gerry dan Vania pergi ke ruang BK.

Ruang BK.

"Permisi pak."salam Vania.

"masuk kamu."balas pak Indro-guru BK.

Lalu Gerry dan Vania masuk, dan duduk di kursi depan meja pak Indro.

"Ada apa pak?"tanya Vania santai.

"kamu masih bisa bilang ada apa? Tadi bu Mega bilang ke saya kalo kamu bolos pelajarannya lagi."terang Bu Indro.

"ya emang iya pak."jawab Vania

Gerry yang disebelah Vania hanya menyimak pembicaraan antara Vania dan guru BK itu.

"Udah berapa kali kamu membolos pelajaran Bu Mega?"marah Pak Indro, lalu menoleh ke arah Gerry

"Dan kamu Gerry, kamu ini anak baru jangan mengikuti jejak Vania."ucap Pak Indro kepada Gerry.

"Bapak nih nuduh saya terus."kesal Vania.

"Bapak ini bukan nuduh kamu, tapi kamu ini harus berubah Vania, agar lulus."nasehat pak Indro.

"Otak saya udah pinter pak."jawab Vania bangga.

Sedangkan Pak Indro menggelengkan kepalanya pusing menghadapi tingkah laku Vania, disisi lain Gerry mendengar jawabannya Vania sangat takjub.

"Bapak akan manggil orang tua kalian berdua."

Vania bersikap seperti biasa seakan akan ia sudah terbiasa dengan ini.

"Silahkan pak."jawab enteng Vania.

Gerry melototkan matanya, lalu menoleh ke arah pak Indro ,"pak saya anak baru. Masa udah panggil orang tua aja pak."

"ini baru kelas dua belas semester pertama, bagaimana jika dibiarin? Bisa bisa kamu seperti Vania."ucap Pak Indro.

Vania merasa di sebut namanya ia menoleh kearah Pak Indro dengan tatapan kesalnya.

"Terserah bapak."kesal Vania, lalu beranjak dari tempat duduknya dan melangkah ke rooftop sekolah.

Gerry menatap kepergian Vania,lalu Ia segera menyusul Vania.