Di pagi hari itu, semuanya berjalan normal.
Tidak ada tragedi kawah gunung berapi lagi seperti hari - hari sebelumnya ... 😁
Setiap pagi, Ima pasti berlatih berjalan kaki mengitari tempat tidurnya.
Tapi, saat ini tidak boleh berjalan tanpa pegangan.
Jadi kalau agak jauh, perawat memberi Ima kursi roda.
Tujuannya, agar Ima tidak terjatuh karena tersandung, misalnya.
Soalnya, hasil jahitan di tengkorak kepalanya masih sangat lemah.
Sebenernya Ima pengen diperlakukan biasa aja sih.
Tapi demi membuat tenang semua orang, dia melakukan segala arahan para dokter dan perawat.
Lagi pula ...
Seumur hidup dia belum pernah pake kursi roda ... dia senang naik kursi roda sekarang.
Membuat maju kursi roda sendiri, hitung - hitung memperbesar otot tangan ... xixixixixiiiii ...
Anggap aja sedang main mobil-mobilan ... eh ... becak - becakan ya tepatnya ... 😅🤣🤣🤣
Semua hal itu dilalui dengan gembira, karena baginya semua serba pengalaman baru ... xixixixixixiiiii ...
Rambut dibotakin aja baru sekarang.
Waktu kecil, orang tua Ima tidak mengikuti ritual penggundulan bayi ...karena memang rambut Ima tipis banget.
Setelah umur 21 tahun, baru dibotakin ... Hahahahahahahaaaaa ...
Botak malu?
Ngga banget ...
Soal penampilan, Ima tidak pernah terlalu risau memikirkannya.
Yang penting sopan, sehat tidak sakit, itu sudah sempurna baginya.
Pada jam tertentu, di saat matahari bersinar, perawat perawat berkumpul di ruang jaga.
Kegiatan mereka misalnya ada yang membuat laporan kerja, ada yang menyusun jadwal, ada yang mencek stok kartu pasien, dll.
Di saat itulah, Ima memainkan kursi rodanya menuju ke kamar jaga perawat.
Sekedar nongkrong di sana sih. 😁
Melihat aktivitas para perawat yang cantik - cantik. 😄
Pasti adaaaaaaa aja yang jadi gemes dengan kelakuan Ima ini.
Akhirnya mereka mengajak ngobrol ...ada yang godain memainkan kebotakannya ...hehe ...
Tau ngga sih?
Ima bahagia digituin. Bukannya sebel.
Senang melihat para bidadari cantik itu bergembira, ketawa.
"Prima ... ini ada rambut ketinggalan ngga dicukur lho!"
"Iya Suster ... Waktu saya usap - usap kepalaku deket leher belakang masih ada rambut beberapa helai"
"Sini saya tarik rambutnya, ya ...," Sr. Tati menarik - narik sisa rambut Ima yang tertinggal dicukur, sambil tertawa - tawa.
"A ...aaaaa ... aaaaaaaa ...," seru Ima sambil wajahnya nyengir kesakitan.
Walau sakit, dia bergembira karena keceriaan para perawat itu.
Akhirnya setelah tawa mereka reda, Ima memainkan lagi kursi rodanya, kembali ke tempat tidurnya untuk istirahat.
Hari itu tidak terlalu banyak yang datang berkunjung.
Akhirnya waktu menunjukkan jam 4 sore.
Ternyata Ima sudah tertidur sejak jam 1 siang tadi.
Terbangun karena ... tiba - tiba ada yang duduk memandangnya dengan tajam.
"Eh Cie ...," kata Ima sedikit terkejut saat terbangun.
Dia tidur telungkup sambil memeluk bantal kecil untuk bayi yang diberikan sejak hari pertama dia dirawat di kamar rawat itu.
"Eh, maap yah.
Kamu jadi terbangun.
Kemarin dapat kabar dari Cie Memey, kamu kecelakaan dan dirawat di sini.
Saya jadi pengen lihat kamu."
"Makasih Cie ...,"jawab Ima sambil tersenyum.
Tapi Ima tidak membalikkan badannya.
Selain karena dia belum 100% tersadar, dia malu sama tamu yang mengunjunginya.
Jadi ... untuk menekan rasa malunya, dia masih menelungkup tidurnya. 😁
Cici ini murid bapaknya.
Ima baru tahu setelah dia kuliah di Yogya, bahwa Cici ini juga kuliah di Yogya, tapi beda universitas.
Universitasnya sih memang bertetangga.
Setiap pagi, Cici ini suka ketemu di gereja kampus karena mereka berdua sering misa pagi.
"Gimana Ma? Pusing banget yah?"
"Ngga kok Cie.
Cuma kalau ngelihat sekarang dobel gambarnya.
Sepertinya mata kanan saya masih tegang akibat kecelakaan ini."
"Jatuhnya ke kanan, Ma?"
"Ke kiri Cie.
Ini tengkorak kiri saya sampai dibuka, karena ada pembuluh darah yang putus di dalam tengkoraknya.
Ga tau, mata kanan kena gagang sepeda atau apa.
Sama sekali ga inget kejadiannya ... he he he ..."
" Ya ampun Ma!"
"Dijalani aja kondisinya Cie. Kalau Tuhan mengizinkan saya selamat, berarti ada harapan sembuh."
"Duh, Ma!
Dasar anak bapak!"
"Anak ibu juga, lah Cie!"
" Ya iya, atuh Ma!"
Mereka berdua akhirnya terkekeh - kekeh.
"Ya udah atuh Ma ... Gitu dulu yah!
Semoga kamu cepet sembuh, yah!"
"Iya Cie ... Terima kasih ... Tuhan memberkati!"