Hari ini hampir 2 minggu merasakan kamar rawat inap di Ruang Vincentius.
Berarti hampir 3 minggu Ima merasakan pelayanan yang luar biasa di rumah sakit di tengah kota Yogyakarta itu.
Ima sebenarnya kerasan di sana.
Perawatnya cekatan dan terlihat sopan menata diri namun tetap terlihat cantik untuk yang perawat perempuan.
Kalau perawat laki - laki, dengan seragamnya, tentu tampak lebih maskulin.
Tapi Ima hampir tidak pernah dilayani oleh perawat laki - laki.
Mungkin karena mereka memang jarang ada, sehingga posisi mereka ditempatkan di area yang membutuhkan kelebihan lelaki, yaitu kekuatan.
Mungkin ...
Semuanya penuh keramahan, bahkan ada beberapa perawat seperti memanjakan ... hehe ... gimana ga akan betah, coba ...
Padahal ...
Selama ini ritme hidup Ima jarang berinteraksi dengan perempuan dengan begitu sering, kecuali dengan ibunya.
Udah 1,5 tahun Ima kuliah di jurusan yang 100% temannya laki - laki.
Mau ga mau, untuk diskusi menyelesaikan tugas - tugas kuliah, pasti dengan teman - temannya yang laki - laki.
Sebenarnya, di tahun-tahun sebelum kuliah juga, entah bagaimana, 70% teman bermain Ima juga laki - laki.
Eh ...
Tiba - tiba, kecelakaan berat terjadi.
Menurut keterangan saudara-saudara Ima yang bercerita kepada orang tuanya, kemungkinan selamat setelah operasi hanya 10%.
Kalau setelah kecelakaan, tidak dioperasi dalam waktu 11 jam, Ima pasti tidak bisa ditolong lagi.
Padahal, jarak kampung Ima ke lokasi rumah sakit itu menempuh waktu minimal 12 jam, saat itu.
Maka, dengan izin orang tua Ima, A Tedi, saudara sepupu Ima, menandatangani izin operasi kepala Ima.
Sekarang ... dan sekarang ...
Setelah hampir 3 minggu di rumah sakit ...
Hanya ketakjuban dan kebahagiaan yang Ima rasakan.
Sungguh luar biasa anugerah hidup ini!
Ima bisa merasakan dan melihat bagaimana ada dalam surga penuh bidadari yang cantik - cantik ... hahahahahahahahaaaaaaa ...
... ... 🤣🤣🤣🤣🤣
Ya ampyuuuuuuuunnn ... Bapa ...
Ima teringat ...
Di saat dan sebelum momen kecelakaan dahsyat itu terjadi ...
Ima sedang berusaha melawan keputusasaan.
Betapa dirinya merasa ...bahwa dirinya adalah salah satu reject production dalam produksi penciptaan manusia.
Dia dilahirkan oleh orang tua yang sangat ideal,menjadi idola semua umat di dalam gereja.
Bapaknya seorang katekis dan ibunya seorang bidan yang juga menjadi aktivis gereja.
Adik - adiknya semuanya ganteng dan penuh karunia.
Sedangkan Ima sendiri?
Ima sering merasa seharusnya dia tidak ada di dalam keluarga ini.
Dia protes, kenapa Tuhan menghadirkan dirinya di tengah keluarganya yang sangat ideal?
"Saya seharusnya tidak ada, Tuhan!!!
Saya mau mati saja, daripada harus mengotori keluargaku!!!"
doanya di hari - hari sebelum kecelakaan itu terjadi.
Tapi kemudian dia bilang lagi sama Tuhan,
"Tuhan,
kalau saya mati ... pasti akan sangat merepotkan kedua orang tuaku.
Mereka harus mengurus pemakamanku ... ibuku terutama, pasti akan terus bersedih menangisi ku ...
Kalau boleh ... jangan buat saya mati, ya Tuhan ...
Saya minta tolong, kiranya Engkau berkenan memusnahkan saya ... menjadi atom - atom ... sehingga tidak ada yang tahu saya di mana.
Mereka ngga akan sedih, paling jengkel karena kenakalanku kabur ga bilang - bilang...
Jadi, saya juga ngga akan mengotori mereka lagi.
Kabulkan, ya Tuhan ..."
Itulah doa - doa Ima setiap hari dalam rasa putus asanya.
Sebelum Tuhan mengabulkannya, Ima berusaha menjadi anak yang sebaik-baiknya menjadi anak seperti yang bisa Ima lakukan.
Termasuk menjadi mahasiswa yang serius.
Juga meningkatkan skill di luar pendidikan formal.
Sewaktu kecelakaan terjadi, sebenarnya Ima pulang survey harga baju karate.
Dia ingin berlatih karate, untuk meningkatkan kemampuan fisiknya.
Mungkin kelak, setelah lulus dari jurusan teknik mesin, Ima bisa bekerja di sebuah pertambangan di tengah hutan atau lautan, yang membutuhkan kekuatan fisik ekstra.
Hehe ...
Ternyata garis hidup, ... kehendak Tuhan berbeda ...
Dia tidak menghendaki Ima berlatih karate, ...tapi menerjunkannya ke surga dunia yang dipenuhi makhluk cantik ... di rumah sakit ...
Hahahahahahahahaaaaaaa !!!