CWS 18

Clara membuka pintu apartemennya. Dan terlihat Liora di depan pintu.

"Hai, Nona Clara," sapa Liora tersenyum.

"Dari mana Anda tahu apartemen Saya?" tanya Clara bingung. Tidak mungkin dari asistennya Clara, karena Clara tak mengizinkan asistennya untuk memberitahu tempat tinggalnya.

"Oh ya, Saya kesulitan mencari Anda. Beberapa kali Saya datang ke Butik, tetapi Anda tak terlihat di sana. Jadi, Saya meminta alamat Anda pada Viona. Anda pasti kenal Viona bukan?" ucap Liora.

Clara menghela napas. Viona benar-benar merepotkan. Lagi pula, orang-orang yang bekerja di butik tak ada yang memberitahunya jika Liora mencarinya.

"Apa Saya boleh masuk?" tanya Liora.

Liora tampak ramah, tak seperti sebelumnya yang tampak angkuh di hadapan Clara.

"Tentu saja," ucap Clara. Sebenarnya dia tak ingin Liora masuk ke apartemennya, tetapi sudah kepalang basah. Liora pasti ada maksud hingga datang ke apartemennya.

"Saya kesini, hanya ingin melihat, sudah sejauh mana gaun pernikahan Saya??" ucap Liora.

"Oh tentu saja. Silahkan ikut Saya!"

Liora mengikuti Clara hingga ke ruang kerjanya. Sambil melangkah, Liora melihat sekeliling apartemen. Dia sudah salah sangka rupanya, ternyata Clara tinggal di apartemen semewah itu.

Liora sendiri tahu, apartemen Clara adalah kelas penthouse. Harga apartemen kelas tersebut tidaklah main-main.

"Silahkan masuk!" Liora tersentak saat mendengar ucapan Clara.

Dia masuk ke ruang kerja Clara. Ruangan yang cukup luas, bahkan lebih luas dari ruang kerja Clara di butiknya.

Clara membuka plastik transparan yang membungkus gaun yang akan dipakai Liora saat menikah nanti. Gaun itu masih terpajang di mannequin.

"Wow ...! Sudah sejauh ini? Anda benar-benar profesional." Liora tampak kagum melihat hasil kerja Clara.

"Kepuasan pelanggan adalah suatu prestasi bagi Saya," ucap Clara.

"Tentu saja," ucap Liora.

"Tapi, gaun ini masih belum bisa Anda bawa. Masih diperlukan sedikit finishing," ucap Clara.

"Tentu saja. Saya ke sini, memang untuk melihat gaun pernikahan Saya sudah sejauh mana? Tapi, Saya ke sini juga untuk mengundang Anda di acara pernikahan Saya," ucap Liora sambil memberikan undangan pernikahan pada Clara.

"Saya? Kenapa mengundang Saya?" tanya Clara bingung.

"Selain Saya ingin Anda ikut membantu memakaikan gaun Saya di hari spesial Saya, Saya juga ingin Anda datang sebagai tamu undangan. Saya akan sangat senang. Di sana banyak sekali teman-teman Saya. Mereka orang-orang sosialita, itu bagus untuk mempromosikan butik Anda," ucap Liora.

Clara tersenyum.

"Baiklah. Karena Saya diundang, maka Saya pun akan datang sebagai tamu undangan," ucap Clara tersenyum.

"Baguslah. kalau begitu, Saya permisi!" Liora pergi dari apartemen Clara.

Clara pun melanjutkan mengerjakan gaunnya yang tinggal tahap akhir.

*****

Waktupun berlalu.

Hari ini adalah hari pernikahan Liora. Siang ini Clara sudah sampai di hotel tempat Liora akan melangsungkan resepsi pernikahan malam nanti.

Tak lupa Clara membawa gaun pernikahan Liora dengan ditemani asistennya.

Clara tampak cantik menggunakan mini dress hitam. Rambutnya yang panjang bergelombang dibiarkan tergerai indah.

Dia memasuki ruang ganti Liora, sudah ada Liora di sana sedang dirias oleh seorang MUA ternama.

"Hai, Nona Clara! Anda sudah sampai?" ucap Liora.

"Ya, baru saja sampai." Clara meletakan gaun yang masih terpasang di maneqquin itu di dekat meja rias di samping Liora.

"Ah, Saya tak sabar untuk memakainya," ucap Liora antusias.

"Masih ada waktu," ucap Clara tersenyum.

"Hm ... Jangan lupa, setelah membantuku memakaikan gaun itu, Anda harus menjadi tamu undangan," ucap Liora tersenyum.

"Tentu saja. Saya bahkan sudah bersiap lebih dulu," ucap Clara terkekeh.

Liora pun tertawa. Clara memang pernah kesal pada Liora, tetapi jika sudah sering berbincang dengan Liora, Liora sepertinya cukup ramah juga.

*****

Sebentar lagi acara resepsi dimulai. Clara sudah selesai membantu Liora memakaikan gaunnya. Gaun itu tampak pas di tubuh Liora, membuat Liora bak ratu saat memakainya.

"Thank you for this beatiful gown. Youre amazing," ucap Liora kagum.

Bayangkan saja. Gaun yang sejak awal berukuran untuk tubuh para model, kini bisa dipakai oleh Liora yang tak terlalu tinggi. Bahkan tubuh Liora berisi. Liora sendiri kagum dengan kerja keras Clara, entah tangan Clara terbuat dari apa hingga bisa menciptakan gaun secantik itu.

Liora berpikir, gaun kebesaran masih dapat dikecilkan, lalu bagaimana dengan gaun yang tadinya tak muat lebarnya, tetapi pada akhirnya bisa cukup ditubuh Liora? Tentu saja hanya Clara yang tahu tekhnik pengerjaannya seperti apa?

Liora meninggalkan ruang ganti, acaranya sudah akan dimulai. Sementara Clara pergi menuju toilet. Dia merapikan riasannya dan dress-nya. Tak lupa dia semprotkan parfum di gaunnya. Dia membuka mini bag-nya dan mengambil sepasang anting berlian, dia memakai anting itu. Rambutnya sedikit dia rapikan. Setelah itu, dia melihat dirinya sekali lagi di cermin. Dia tersenyum dan keluar dari toilet.

Clara meminta asistennya pulang kembali lebih dulu, sementara dia akan menghadiri resepsi pernikahan Liora dulu.

Clara memasuki ballroom, di sana sudah banyak tamu-tamu yang Clara yakin bukanlah orang-orang biasa.

Clara melihat orangtua Bram. Clara tahu karena pernah melihatnya di media. Clara pernah curiga bahwa Liora masih ada hubungan keluarga dengan Bram, itu karena nama belakang Liora sama dengan nama belakang Bram. Namun, pikiran itu dia singkirkan karena Liora memang tak pernah terlihat bergabung dengan keluarga Bram.

Clara pergi menuju meja minuman, dia mengambil segelas minuman.

"Clara!"

Seseorang memanggilnya, membuat Clara menoleh ke arah orang tersebut.

"Oh, hei. Gerry?" Clara tak menyangka di sana ternyata ada Gerry juga.

"Wow! Kamu di sini? Apa kamu mengenal Liora?" tanya Gerry tak percaya.

"Ya, dia client ku. Dan aku diundang ke acara pernikahannya," ucap Clara.

"Wah hebat. Kamu dipercaya oleh seorang Liora," ucap Gerry tersenyum.

Clara pun tersenyum.

"Kamu mau minum?"

Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang Clara kenal. Suara itu jelas sekali amat dia kenal.

Clara menoleh dan benar saja, Clara mengenalnya.

'Bram?' batin Clara.

Orang itu adalah Bram. Bram bersama seorang wanita.

'Jadi, dia tak pernah lagi menemuiku, karena sibuk dengan wanita lain?' batin Clara.

Sudah hampir tiga minggu Bram tak datang menemuinya, Bram bahkan tak menghubunginya. Kini, terjawab sudah pertanyaan-pertanyaan di kepala Clara atas menghilangnya Bram.

Bram melihat Clara dengan tatapan datar. Bram memeluk pinggang wanita di sampingnya.

"Untukmu," Bram tersenyum pada wanita itu dan memberikan segelas minuman.

"Thanks, Bram," ucap wanita itu.

'Youre welcome,' ucap Bram. Bram dan wanita itupun pergi.

Clara sepertinya pernah melihat wanita itu, wajahnya tak asing dan sepertinya sering muncul di televisi.

"Kamu baik-baik saja, Clara?" tanya Gerry membuyarkan lamunan Clara.

"Ah ... Itu. Aku sepertinya pernah melihat wanita dan pria itu," ucap Clara.

"Siapa yang tak mengenal mereka? Yang wanita seorang model, dan si pria adalah  pebisnis sukses. Kakanya Liora," ucap Gerry.

"What? Are you serious?" Clara tampak terkejut. Ternyata benar kecurigaannya sejak awal.

Gerry pun mengangguk.

"Kenapa kalian tidak saling sapa? Bukankah kamu teman Liora? Dan pria tadi Kakaknya Liora bukan?" ucap Clara.

"Aku tak mengenalnya. Aku mengenal Liora, saat kami sekolah di Universitas yang sama. Tapi, saat itu Liora pindah ke laur negeri, melanjutkan study-nya di sana," ucap Gerry menjelaskan.

Clara terdiam, pantas saja dia tak pernah melihat Liora, pikirnya.

"Mau menjadi pasanganku?" tanya Gerry sambil menyodorkan tangannya, berharap Clara mau menerimanya sebagai pasangannya malam ini.

Clara tersenyum dan meletakan tangannya di atas tangan Gerry. Gerry pun pergi menemui Liora sambil menggandeng Clara.

Dari kejauhan, tampak Bram tak melepaskan pandangannya dari Clara dan Gerry.

Bram membuka ponselnya, dan mengirimkan pesan ke nomor Clara. Dari kejauhan Bram melihat Clara mengambil ponselnya dari dalam mini bag-nya. Clara terlihat bingung. Setelah itu Bram pun pergi dari ballroom.

Temui aku di luar ballroom.

Clara melihat sekeliling, dia tak menemukan Bram di dalam ballroom. Clara pamit pada Gerry untuk keluar sebentar.

Sesampainya di luar ballroom, Clara tak menemukan Bram di sana.

Tak lama, masuk lagi sebuah pesan dari Bram.

Kamar 3003.

Clara lagi-lagi dibuat bingung, tapi dia pergi ke kamar itu.

Sesampainya di depan kamar 3003, Clara membuka pintu kamar, dan kamar itu tampak gelap. Clara tak melihat ada siapapun di sana. Tak lama terlihat sebuah bayangan bertubuh tegap dekat jendela kamar hotel.

Pandangan Clara mengikuti bayangan itu, benar saja ada seseorang di sana. Namun, Clara tak bisa melihatnya dengan jelas.

"Bram! Apa itu kamu? Jangan bercanda seperti ini, tak lucu!" ucap Clara.

Tak lama, lampu kamar menyala bersamaan dengan terlemparnya sebuah jas hitam tepat di atas tempat tidur.