“yaudah mamah tinggal dulu ya. Brian tante titip menantu tante ya.” Lelaki yang diketahui bernama Brian itu mengangguk. Kinan menatap Gita, “mamah tinggal” Gita membalasnya dengan anggukan, “take care mah”
Sepeninggalan kinan, Brian menggeser tubuhnya sehingga kini lelaki itu persis dihadapan Gita, dia tersenyum memandang Gita. "Ternyata kita ketemu lagi ya?" ujar Brian dia mengambil cangkir yang berada di hadapan mereka dan menyesap coffee panasnya. Gita tidak membalas perkataan Brian, membuat Brian menoleh dari ujung matanya, Brian menaruh coffee tersebut ke atas meja dan melambaikan tangannya di hadapan Gita, tepat di depan wajah Gita. "Hello.. Aku gak lagi ngomong sama patung kan?" ujar Brian.
Gita tersadar, dia menggelengkan keplanya "Enggak ko, jadi kenapa mamah nyuruh kamu buat.. Rubah aku?"Gita masih bingung dengan apa yang diperbuat oleh mertuanya, Brian tampak berfikir dengan bibir yang di kerucutkan ke kanan lalu kekiri, "Hmm.. Entahlah, ya mungkin akan lebih baik kamu merubah penampilanmu bukan?"Gita mencoba mencerna perkataan Brian, apa mertuanya tidak suka padanya tapi sikap mertuanya baik, Gita benar-benar dibuat bingung, "jangan salah paham.. Aku juga tidak mengerti, tapi bagaimana kalau kita coba dulu. Lagian gak ada ruginya juga kan buat kamu." Setelah proses nego akhirnya Gita pun setuju.
...
Saat ini mereka sudah tidak lagi d caffee, Brian memutuskan untuk mengajak Gita ke suatu tempat. Di mobil Gita duduk di bangku depan samping Brian."Jadi.. Kenapa kalian bisa menikah?" Brian menoleh dengan tangan yang masih memegang setir mobil. "Hmm, aku dan mas Gilang dijodohkan.. "
"What.. Jadi beneran yang di katakan om Arsen, kalau kalian di jodohkan? Terus apa yang kamu katakan. "
Gita menghela nafas, mengingat kejadian beberapa hari lalu. "Awalnya aku menolak, ya karena Gilang juga menolak pernikahan ini, dia bilang bahwa gak mungkin dia menikah dengan cewek gendut seperti aku. Ditambah aku juga baru lulus SMA kemarin...dan ya setelah ku pikir emang bener, mana ada cowok yang suka sama cewek gendut kayak aku." Ucap Gita, pandangannya lurus memperhatikan jalan ibu kota yang tampak macet.
"Terus bagaimana sekarang kalian bisa menikah?" tanya Brian lagi. Gita yang tidak tahu harus menjawab apa pun mengangkat kedua bahunya, "gatau, saat aku sadar tiba-tiba mas Gilang suda tidur di sampingku dan dia juga nunjukkin cincin serta buku nikah dihadapanku, ditambah juga mamah pun memgiyakan."
Brian mengangguk mengerti.
"Kita mau kemana?" Gita bertanya. Tiba-tiba ponsel Gita bordering, Gita merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya, dia melihat disana nama Gilang tertera, Gita bingung apa dia harus mengangkatnya atau tidak dan Gita memilih untuk tidak menjawab telpon suaminya. "Kenapa tidak di angkat?" Brian bertanya kepada Gita yang sedari tadi hanya memegang ponselnya yang berdering tanpa ada niatan mengangkat telpon itu.
Gita menoleh ke Brian, "ah, iya." Gita pun mengangkat telponnya sehingga ia dapat mendengar suara Gilang di sebrang sana.
'Kamu dimana?' ucap Gilang to the point, Gita bingung harus jawab apa, pasalnya sekarang dia sedang tidak bersama mertuanya padahal Gita tadi pamit untuk bertemu dengan mertuanya.
‘kenapa mas?.’ Ucap Gita terbata-bata.
‘kamu bohongi saya?’ nada bicara gilang sedikit berbeda. Membuat Gita bingung
‘maksud mas?’ Gilang tertawa disana,
'kamu bilang tadi kamu pergi ketemu mamah? Tapi mamah ada di rumah, kamu sebenernya pergi kemana?’ Gita baru akan menjawab kalau saja suara Gilang terdengar ditelinganya menyuruh untuk segera pulang.
‘PULANG SEKARANG.' kini nadanya sudah naik satu oktaf.
'i.. Iya mas.. ' sambungan di matikan sepihak oleh Gilang, dan dari nadanya sepertinya suaminya sedang kesal.
"Suamimu cemburuan sekali ternyata." ledek Brian, sambil terkekeh. Gita hanya tersenyum tak enak, dia memasukan kembali ponselnya kedalam tas, namun Brian dapat melihat bahwa Gita seperti tidak tenang.
"Ehmm.. Kita pulang saja ka." Brian seperti menimbang sesuatu namun pada akhirnya ia mengangguk menyetujui "okay.." dan memutar arah kemudi menuju rumah.
...
Sesampainya di rumah Gita pun turun dari mobil diikuti Brian di belakangnya. Gita menoleh mendapati Brian yang mengulas senyum kearahnya. "Oh iya, aku lupa kalau kita tetanggaan loh.. Gimana... kamu pasti senang kan?" ujar Brian percaya diri.
Aneh. Gita tak menyangka bahwa Brian adalah tetangganya "Mingkem.. Udh hayuk, nanti suamimu semakin ngambek kalo istri kesayangan gak ada." ka Brian merangkul pundak Gita, dia ingin mampir kerumah sepupunya itu, sudah lama semenjak dia sekolah di Belanda dia tal berjumpa dengan Gilang.
...
Di depan pintu, Brian menahan tangan Gita, sepertinya bukan waktu yang pas untuk bertemu dengan sepupunya itu, Brian memberikan sesuatu kepada, "Ini buat kamu, inget ya jangan sampe suami kamu tau.. Okay. See u gummy." coklat? Oh tuhan Ka Brian membuat ada-ada aja, Gita hanya mengangguk dan mengucapkan terimakasih.
Kak Brian kembali masuk kedalam mobil dan pergi dari teras rumahnya. Gita memperhatikan kemana pergi mobil Brian, rupanya rumah Brian hanya berjarak satu rumah dari rumahnya.
Dari sini Gita dapat melihat Brian yang turun dan pun masuk ke dalam rumah di ujung sana, sebelumnya Brian tersenyum dan melambaikan tangan pada Gita dan dibalas oleh Gita. Tak mau membuat Gilang menunggu, Gita pun membuka Pintu rumahnya dan masuk ke dalam.
Gita dibuat terkejut saat mendapati Gilang yang berdiri dihadapannya dengan kedua tangannya yang terlipat di depa dadanya, serta tatapan yang membuat Gita bergidik ngeri, hawa dingin seketika menyelimuti Gita.
"Maaf mas.." ucap Gita memecah kesunyian, tapi Gilang hanya diam dan memandang Gita entah dengan tatapan apa.
"Sudah merasa cantik kamu?"mendengar itu Gita bingung, dia menatap Gilang meminta penjelasan, "Ngaca dong, masih untung saya mau nikahin kamu.. Cewek gendut dan.. "
"Pergi sama siapa barusan?." Gita baru saja ingin menjawab namun lagi-lagi Gilang memotong penjeleasannya, “wanita murahan.” Reflek Gita langsung menampar Gita, Gita tak menyangka bahwa Gilang akan mengatakan itu padanya. Atas dasar apa dia mengatakan itu, dia tak mengerti dengan sikap suaminya yang sulit sekali ditebak. Dia tahu pernikahan ini bukan dilandasi dengan rasa cinta, tapi sungguh dia sudah berjanji akan menjadi istri yang shaleh untuk suaminya. Wanita murahan? Itukan pandangan Gilang terhadapnya.
"Berani kamu nampar saya?" Gilang marah, Gilang mencekam pergelangan tangan gita dengan kencang.
"Ah.. Sa.. Kit... Mas. Maaf."Gilang menarik Gita, masuk ke kamar, bukan kamar Gilang tapi kamar Gita. Gilang langsung mendorong Gita kekasur, membuat punggung Gita sakit.
Gilang melepas dasi yang dia kenakan dengan kasar. Kemudian Gilang mendekat ke arah Gita dan mengikat tangan Gita dengan Dasi itu, disana Gita hanya bisa menangis dengan apa yang dilakukan mas Gilang terhadapnya, Gita hanya memejamkan matanya menahan sakit karena perlakuan kasar yang dilakukan Gilang.
Gilang mengangkat tanga Gita yang terikat dasi ke atas kepala wanita itu, Gita melihat Gita yang memejamkan matanya, disana air mata Gita mengalir dari sudut mata itu, merasa tak peduli Gilang menyuruh Gita membuka matanya. "Buka mata kamu." tangan satunya mencekram rahang Gita kuat, Gita kesakitan.
Gita yang memjamkan matnya perlahan membuka mata itu dia melihat wajah Gilang yang kalang kabut. "Maaf mas..tolong lepas, sakit mas." Mohon Gita, tak ada kata ampun Gilang malah membungkam mulut Gita, mencimnya dengan kasar, ia juga menggigit bibir Gita dengan kuat sehingga mereka merasa ada rasa anyir darah.
Gita mencoba membrontak dengan sikap Gilang terhadapnya, tapi Gilang seperti hilang control dia benar-benar tak memberi ampun pada Gita, sungguh Gita seperti wanita murahan saat ini.
....
"Gummy? wanita yang menarik. Kita lihat apa yang akan aku lakukan nanti untuk mengubahmu." Brian sedari tadi terus memikirkan kebersamaannya dengan Gita yang di bilang baru itungan jam sudah membuat harinya semakin menyenangkan.
Brian bangkit dari duduknya kemudian ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu disana, setelah itu ia menempelkan ponsel itu ke telinganya. "Okay aku terima tawaran tante untuk membuat Gita berpenampilan lebih baik, tapi jangan salahkan aku jika aku tak bisa mengontrol hatiku.. Sepertinya aku mulai tertarik dengan menantu tante." ia memutuskan telponnya dan menaruh ponselnya di nakas.
Brian kembali tersenyum dan membayangkan wajah ceria Gita walau tanpa sepoles make up dan itu terlihat cantik.