10

Setelah drama yang dibuat mas Gilang pagi tadi. Membuat Gita harus lebih hati-hati, karena jantungnya akan berdegup kencang saat berdekatan dengan suaminya. Entah karena Gita sudah mulai mencintai suaminya tapi perasaan itu sungguh membuat kesehatan jantungnya tidak baik. Gilang juga sudah berangkat ke kantor, Gita merapikan rumahnya yang tidak berantakan. Gita menyusuri setiap sudut rumahnya yang cukup besar. Rumah ini begitu besar namun tidak ada foto pernikahan mereka terpajang disana, Gita harus memaklumi Karen pernikhan mereka tidak seperti pernikahan pada umumnya.

Pandangan gita tertuju pada satu figura besar disana terdapat foto mas Gilang dengan seorang gadis cantik terpajang dengan indahnya, “sempurna” disana Gilang tersenyum bahagia begitu juga dengan wanita diebelahnya. “apa mereka sepasang kekasih?” seketika hati Gita merasa tidak nyaman jika memang itu benar adanya. Terselip sebuah harapan bahwa disana akan terpajang foto dirinya bersama mas Gilang. Tapi Gita buru-buru menggelengkan kepalanya. “tidak mungkin”

“apa yang tidak mungkin?” Gita terkejut saat mendengar suara seseorang, Gita beralik dan mendapati Gulang yang berada di belakangnya, “mas, bukannya sudah berangkat?” Gilang menatap Gita kemudian menatap ke figura besar dbelakang Gita, yang sedari tadi menjadi pusat perhtian wanita itu.

“apa yang tidak mungkin?” Gilang mengulang pertanyaannya, sebenarnya dia paham tapi dia ingin mendengar sesuatu dari mulut istrinya. Gita terdiam, dia salah tingkah, “tidak mas” ucap Gita, dia menundukkan kepalanya. Gilang merasa tidak puas dengan jawaban Gita, dia yakin bahwa Gita menginginkan foto seperti itu.

“mas Gilang kenapa pulang?”

“ada berkas yang tertinggal” ujarnya dingin kemudian meninggalakan Gita disana.

Gilang kembali, sedangkan Gita masih stay disana. Ponsel Gita bordering, Gita mengambil ponsel tersebut. Disana terdapat sebuah pesan singkat yang masuk ke ponselnya tertera nama mertuanya, dengan cepat Gita langsung membaca pesan itu yang berisikan bahwa sang mertua yang memintanya untuk ditemani membeli kado untuk sang suami, arsen.

Dert..dert..

*Mamah.

Sayang nanti kita langsung ketemuan di mall saja ya. Ada yang harus mamah urus sebentar.

*me

Okay mah, nanti Gita langsung kesana saja, Mamah tenang saja.

*mamah.

Okay

Gilang yang masih disana mengeryitkan dahinya penasaran, “siapa?” Tanya Gilang, sebenarnya lelaki itu tidak mau mencampuri urusan pribadi istrinya, entah mengapa mulutnya selalu saja mengatakan hal yang tidak dia program di otak, hatinya menyuruh mulutnya untuk bertanya.

Gita menatap Gilang yang ternyata masih disana, “ah ini mas.. mamah ngajak Gita buat nemenin beli kado”

“kado?” Gita mengangguk dia mengatakan kepada Gilang bahwa papah arsen ulang tahun hari ini. Gilang mengangguk, “mau diantar ke rumah mamah?” tawar Gilang, lagi-lagi gilang merutuki dirinya yang bersikap baik pada Gita. Gita menggelengkan kepalanya, “gak usah mas, nanti mamah jemput” ada rasa kecewa saat Gita menolaknya. Gilang mengangguk kemudian pergi. “nanti pulangnya aku jemput”

“makasih mas.”

Gita pun bergegas menuju kamarnya, membuka lemari dan mengambil baju yang menurutnya pantas, kini Gita memakai celana jeans serta blus merah, Gita juga memoles sedikit wajahnya dengan make up natural, setelah semua siap Gita pun langsung pergi ke lokasi yang mamah kirim.

Sebelumnya Gita telah memesan taxi online untuk sampai ke sana, namun rupanya taxi tersebut belum datang sehingga kini ia harus menunggunya beberapa saat. Gita berbohong pada gilang bahwa Kinan akan menjemputnya, Gita hanya belum terbiasa dekat dengan suaminya, maaf mas.

Tak berapa lama ia mendapat pesan bahwa taxi online tersebut telah tiba. Gita langsung berjalan menuju taxi online tersebut, dia masuk kedalam taxi dan duduk di kursi belakang. Gita dan kinan janjian di sebuah mall terbesar di daerah Jakarta pusat. Sesampainya di sana Gita langsung turun dan memberikan uang kepada supir tersebut.

Gita menuju kafe dimana kinan menunggunya, namun baru beberapa langkah, Gita merasa rasa panas menyelimuti kulitnya, ia tersentak karena coffee panas itu mengenai bajunya yang tipis sehingga menembus ke bagian kulit.

"Ya ampun mb. Maaf, saya tidak sengaja."ucap peria yang tak sengaja menabraknya, terlihat bahwa pria itu sedang dalam keadaan terdesak, wajah panik terlihat disana, Gita berusaha tenang dia tersenyum ramah, "Ah.. Iya tidak apa."

Merasa tidak enak lelaki itu memberikan saputangannya kepada Gita. "Ehm.. Maaf mungkin ini tidak bisa membantu, tapi.. " pria itu tampak bersalah terlihat jidatnya yang sedikit berkerut. Gita pun langsung mengambilnya, "terimakasih."

"Kalau begitu saya permisi." Ucap Gita yang sudah ditunggu mertuanya, Gita memutuskan meninggalkan tempat itu.

Pria tersebut hanya memandang punggung Gita yang perlahan menjauh. "Wanita yang manis." kemudian lelaki itu masuk ke dalam kafe untuk memesan coffe pansa lagi.

...

Sepanjang perjalanan Gita memperhatikan sapu tangan tersebut, dia ingat kejadian persis seperti ini hanya saja berbanding terbalik. Kala itu Gilang yang terkena tumpahan coffee dingin kalau sekarang dia yang terkena tumpahan coffee panas. Gita tersenyum mengenang kejadian tersebut, tak menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan lelaki yang telah dia tabrak, bahkan kini sudah menjadi suaminya.

"Hm..Assalamualaikum mah.. Ini Gita udah di mall, mamah dimana ya?"

"..."

"Iya mah.. Gita kesana." Setelah itu ia memutuskan sambungannya dan berjalan ke lokasi yang mamah berikan.

Gita tampak iri dengan mereka yang berbadan langsing dan bisa leluasa pergi berasana sang kekasih, lihatlah dia wanita gendut yang beruntung di nikahi oleh seorang pangeran yang bahkan tak mencintainya.

Gita melihat sang mertua yang duduk disana bersama seorang lelaki yang dia tak tau siapa itu karena posisi lelaki tersebut yang membelakanginya.

Tak mau menunggu lama, Gita pun menghampiri sang mertua. Kinan yang melihat keberadaan Gita pun melambaikan tangan. "Sayang sini." Gita tersenyum dan mendekat.

Gita memilih duduk di bangku yang belum terisi, "kamu." Gita menoleh ke samping dan terkejut, "kamu.." pria sapu tangan? Baru saja dia bertemu, walau dengan tragedy tumpahan coffee panas. "Kalian kenal?" tanya mamah.

"Jadi ini istri ka Gilang Tan?" lelaki itu bertanya dan di angguki oleh Kinan. "Gimana cantik kan?" puji kinan, yang menatap kea rah Gita sambil tersenyum manis. Gita membalas dengan senyum kikuk dan merasa malu, pasalnya itu sangat berlebihan untuknya.

"Hmm..she is perfect."kini gentian pria itu menatap ke arah Gita dengan tatapan memuja. "Tapi Tan.. Aku ga yakin kalo ka Gilang.. " ucapan lelaki tersebut terhenti. "Nah makannya itu, kamu bantu tante buat rubah penampilan Gita, biar lebih cantik."

Lelaki itu menganggukan kepala,tangannya terangkat dengan jari yang membentuk huruf “o”. "Gampang itu mah." mamah mengangguk dan tersenyum.

"Mah.. Bukannya kita mau cari kado buat papah ya?" Gita bertanya

"Heheheh.. Mamah bohong, ya biar kamu mau datang saja. Lagi pula mama sudah ada kado untuk papah ko." Kinan mendekat dan berbisik pada Gita. Gita yang mendengar itu terkejut membuat wajah Gita merah pasi. Namun kinan berusah untuk meyakinkan menantunya.

"Wajahmu memerah." Pria itu berucap saat melihat perubahan wajah Gita yang memerah Karena malu. Gita yang mendengar itu langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, sedangkan kinan dan pria itu terkekeh.