Di Halaman Depan Pesantren Darussalam..
"Biar aku yang bukain pintu mobilnya ya." kata Kamil membukakan pintu mobil untuk Titah.
"Terimakasih." sambung Titah.
"Sama-sama."
"Van, van.."
"Apa a?" tanya Rivan.
"Tuh.." jawab Fitra.
"Kamil, Titah, masuk mobil.." kata Rivan.
"Mau ngapain ya?" tanya Fitroh.
"Gak tahu.." jawab Rivan.
"Ya sudah yuk, biar umi dan istrimu dulu yang masuk ke mobil." kata pak kyai Abdullah.
"Iya bah.." sambung pak ustaz Galih.
"Eh tapi itu ada abah, ayah, mama dan nenek." kata Fitra.
"Sudah semua kan, Titah?" tanya pak kyai Abdullah.
"Sudah pak kyai." jawab Titah.
"Oh, loh ada Kamil." kata pak kyai Abdullah yang kaget mengetahui keberadaan Kamil di dalam mobil.
"Iya dong, kan ada Titah, bah." sambung Kamil.
"Em, sudah mil jalan." pinta ustazah Prameswari.
"Oke.." kata Kamil patuh.
Pak kyai Abdullah, Titah dan Keluarga pergi ke pasar untuk mempersiapkan pernikahan Fitra dan Aisyah.
"Em.." keluh Rivan.
"Naon van?" tanya Fitra.
"Kira-kira Titah, Kamil, pak kyai dan yang lain mau kemana ya?" tanya Rivan juga.
"Mana aa tahu.." jawab Fitra.
"Ikutin yuk a.." ajak Rivan.
"Yuk van.." sambung Fitra.
Di Depan Pesantren Darussalam..
"Mang.."
"Muhun den.."
"Buka dong pintunya." pinta Fitra.
"Iya.." kata Asep patuh.
"Cepat.."
"Atos den.."
"Assalamu'alaikum mang.." Fitra dan Rivan memberikan salam pada Asep.
"Wa'alaikumussalam den.." Asep menjawab salam dari Fitra dan Rivan.
Di Pasar..
"Nah ini daftar belanjaannya di bagikan ya Indri untuk persiapan pernikahan Fitra dan Aisyah." pinta ustazah Prameswari.
"Iya mah.." kata teh Indri patuh.
"Nah sudah di bagikan kan, ya sudah mulai berpencar ya biar cepat karena durasi, benar gak penulis cerita preman masuk pesantren?" tanya umi Fatimah.
"Betul umi, hehe" jawab Titah sambil tertawa.
"Ya sudah yuk.." kata Titah.
"Eh.. Kesayangan aku mau kemana, terus sama aku ya hehe.." sambung Kamil.
"Iya deh.., yuk.."
"Kok ke pasar a?" tanya Rivan.
"Ini mobilnya ada di sini, Eh.." jawab Fitra.
"Kenapa a?"
"Hp getar."
"Lihat dulu." pinta Rivan.
"Iya, sebentar." kata Fitra patuh.
"Siapa a?"
"Aisyah.."
"Oh.., calon bini." kata Rivan keceplosan.
"Haaa.." kata Fitra heran.
"Eh.., enggak enggak."
"Calon bini, calon bini siapa?" tanya Fitra.
"Salah ngomong a, bukan kok.." jawab Rivan.
"Awas ya.." ancam Fitra pada Rivan.
"A.."
"Naon?"
"Buruan.."
"Iya sabar.."
"Sudah kan?"
"Sudah.."
"Itu Kamil dan Titah nya." kata Rivan melihat Titah dan Kamil berada di pasar.
"Sabar Rivan." sambung Fitra yang mengantongi hpnya.
"Mil.."
"Apa sayangku?" tanya Kamil.
"Ih sayangku.." keluh Titah.
"Hehe.." Kamil hanya tertawa.
"Itu.." kata Titah menunjuk ke arah Rivan dan Fitra.
"Itu apa sih?"
"Kok mas Rivan dan kakak kamu Fitra bisa tahu kita di sini sih.." jawab Titah.
"Yuk.." Kamil menggandeng tangan Titah dan lari untuk menghindari Rivan dan kakaknya, Fitra.
"Yah kabur lagi van." keluh Fitra saat mengetahui Kamil dan Titah menghindari Rivan dan Fitra.
"Kejar.." sorak Rivan.
"Ih ngapain sih mas Rivan dan kakak kamu ngejar kita?" tanya Titah.
"Cantik kesayangannya aa Kamil." Kamil tak berkedip ketika sedang memandang Titah.
"Mil, yeh mulai deh sawan lagi, mil.." keluh Titah.
"Nah tuh dia a.." kata Rivan.
"Yah, mil.." Titah menggandeng tangan Kamil dan melarikan diri Rivan dan kakaknya, Fitra.
"Mana Van?"
"Lari a.."
"Ya sudah kejar lagi yuk."
"Haduh, aw.. Kakiku sakit." keluh Titah sambil kesakitan dan memegangi kakinya yang sakit.
"Kasihan dia pasti haus, bu airnya dua ya.." kata Kamil membelikan Titah minum.
"Mil.., yeh kemana sih.."
"Ini uangnya" Kamil memberikan uang pada ibu penjual air.
"Mil yuk.., tinggal satu lagi nih yang belum kebeli." ajak Titah.
"Iya, tunggu dulu ya nih kamu minum dulu ya, kamu pasti haus deh.."
"Iya, terimakasih."
"Iya sama-sama, yuk.."
"Lari lagi?"
"Iya yuk lari lagi, tinggal satu ruko nih.."
"Ya sudah yuk, kemana?"
"Ke atas.."
"Haa, ke atas."
"Van.."
"Iya, haduh aa lagi."
"Ya sudah yuk."
"Yuk.."
Lima Belas Menit Kemudian..
"Huh.. Hah.." Kamil dan Titah menghela nafas.
"Astaghfirullahalazim Kamil, Titah kenapa?" tanya pak kyai Abdullah.
"Di kejar preman pak kyai" jawab Titah.
"Haa preman, pasti kalian berdua sempat di palak juga ya?" tanya pak ustaz Galih.
"Iya yah.." jawab Kamil.
"Ya sudah pulang yuk, Kamil dan Titah duduk di belakang biar aa yang nyetir." kata Riko.
"Iya a.." sambung Kamil.
Sesampainya di pesantren darussalam Titah dan Kamil izin untuk keluar Pesantren, rupanya Kamil ingin membawa Titah ke sesuatu tempat yang indah dan tidak ada satu orang pun yang tahu tempat itu hanya Kamil saja.
PESANTREN DARUSSALAM
DI RUMAH PAK KYAI ABDULLAH
Di Depan Rumah Pak Kyai Abdullah..
"Abah.. Kamil nyuhunkeun ijin nya hayang medal pesantren sakeudeung sareng Titah." Kamil meminta izin pada pak kyai Abdullah pesantren Darussalam dan mengajak Titah.
"Medal pesantren, boleh wae, nanging.." pak kyai Abdullah mengizinkan Kamil keluar dari pesantren Darussalam.
"Nanging naon bah?" tanya Kamil.
"Nanging di jaga nya Titah na." jawab pak kyai Abdullah.
"Oke bah, tah.."
"Iya mil.."
"Yuk.." ajak Kamil.
"Kemana?" tanya Titah.
"Sudah ikut saja nanti kamu juga tahu, bah pamit ya" jawab Kamil.
"Iya mil hati-hati."
"Pak kyai Abdullah saya pamit." kata Titah.
"Iya neng, hati-hati ya." sambung pak kyai Abdullah.
"Iya pak kyai."
"Assalamu'alaikum." Kamil dan Titah memberikan salam pada pak kyai Abdullah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." pak kyai Abdullah menjawab salam dari Kamil dan Titah.
Di Depan Pesantren Darussalam..
"Yuk.." ajak Kamil.
"Ha.. Naik motor?" tanya Titah.
"Iya lah, ini helmnya" jawab Kamil memberikan helm pada Titah.
"Iya.." kata Titah.
"Sudah belum?" tanya Kamil.
"Sudah.." jawab Titah.
"Belum ah.." kata Kamil.
"Sudah mil.." sambung Titah.
"Kalau sudah pegangan dong.."
"Haa, Em dasar modus." keluh Titah.
"Bener nih gak mau?" tanya Kamil.
"Sudah cepat jalan.." jawab Titah.
"Oke.." seru Kamil.
"Ih mil pelan dong.."
"Kan tadi sudah aku bilang ke kamu supaya pegangan kamu nya malah gak mau ya sudah."
"Pelan gak, jangan ngebut-ngebut.."
"Katanya anak motor, aku bawa motorku ngebut kok takut sih.."
"Anak motor sih anak motor tapi gak kaya orang kesetanan juga keles bawanya.."
"Haha, saya tidak akan pelan kan laju motorku, sampai kamu memeluk ku dengan erat sayang.." kata Kamil dalam hati.
"Yeh malah ketawa."
"Pegangan atau peluk aku dulu dong, baru aku pelan kan kecepatan motornya hehe."
"Iya deh, nih.. puas.."
"Nah gitu dong, dari tadi dong kesayanganku, muach.." Kamil mencium tangan Titah.
"Em dasar modus.." kata Titah dalam hati.
CURUG CIRAJEG
"Curug mil, gak salah?" tanya Titah.
"Enggak, yuk.." jawab Kamil yang mengandeng tangan Titah.
"Wah.." kata Titah takjub dengan keindahan Curug Cirajeg.
"Indah kan?" tanya Kamil.
"Iya, kok kamu tahu sih aku suka tempat seperti ini?" tanya Titah juga setelah menjawab pertanyaan dari Kamil.
"Aku tahu dari sini dan aku juga lihat-lihat foto kecil kamu, ternyata kamu dan aku teman kecil, kenapa kamu gak bilang kalau kamu sayang sama aku dari dulu dan menunggu aku juga.." jawab Kamil memperlihatkan buku harian nya Titah pada Titah.
"Itu kan buku harianku.." kata Titah.
"Aku ajak kamu kesini karena aku mau bilang.." sambung Kamil.
"Bilang apa?"
"انا فقط اريد ان اقول لك هذا انا احبك هل تريدين الزواج مني وتصبحا زوجتي؟"
tanya Kamil juga.
"Haaa.." kata Titah tidak mengerti apa yang katakan.
"Haduh lupa saya kamu kan tidak mengerti bahasa arab, baik saya ulangi.." sambung Kamil yang akan mengulangi perkataannya menggunakan Bahasa yang Titah mengerti.
"I just want to say this to you, I love you do you want to marry me and become my wife?" tanya Kamil lagi.
"نعم اريد ان اتزوجك واريد ان اكون زوجتك احبك"
jawab Titah.
"Haaa.." kata Kamil kaget mendengar Titah yang menjawab pertanyaannya menggunakan bahasa Arab.
"Kenapa salah ya bahasa Arab ku, aku ulang pake bahasa Inggris saja deh..?"
"Kamu bisa bahasa Arab juga.., gak nyangka baru belajar beberapa hari sudah lancar." kata Kamil dalam hati.
"Yes I want, I want to marry you and I want to be your wife, I love you." kata Titah mengulangi perkataannya.
"YESS.. akhirnya dia jawab Minggu depan nikah, minggu depan nikah.." kata Kamil kesenangan.
Titah dan Kamil pun menikmati keindahan alam yang ada di Curug Cirajeg.