Kirana pov.
Aku masih asyik menyantap sarapan ku sepiring roti coklat dan susu coklat kesukaanku hampir habis aku makan. Aku sudah bersiap-siap untuk berangkat ke rumah sakit.
Tiba-tiba ibu masuk dan memanggilku.
"Na, ada tamu" Ucapnya. Ibu terlihat sedikit kotor oleh tanah, ia memang sedang bercocok tanam di luar.
"Oh iya siapa bu? " Tanyaku. Ibu tersenyum lebar sambil menahan tawa.
"Raka" Lantas aku terkejut begitu mendengar nama itu yang disebut.
Aku langsung buru-buru keluar diikuti mamah dari belakang. Dan ternyata benar saja. Raka berdiri di depan rumahku sambil bersandar di depan mobil miliknya, penampilan nya rapi. Celana jeans, dan kemeja hitam dengan 2 kancing atas yang dibiarkan terbuka, ditambah sepatu sneakers hitam putih, menambah kesan cool pada dirinya. Aku sempat terpesona dengan penampilannya. Apalagi saat ini ia sedang sibuk mengutak-atik kamera yang di pegangnya. Mengambil beberapa objek secara acak.
"Raka" Panggil ku. Ia menoleh dan memberikan senyum padaku. Aku langsung menghampirinya.
"Ada apa? " Tanya ku. Namun ia tak langsung menjawabnya. Hanya diam membisu sambil menundukkan kepalanya.
"Apa kamu akan berangkat bekerja? " Tanyanya. Aku hanya mengguk kecil. Tentu saja aku akan bekerja, apa ia tidak melihat penampilan ku ini?.
"Begini... Karena ini adalah hari pertama ku bekerja, aku ingin sekali mulai hari ini juga kita bisa berangkat bekerja bersama" Saat itu dapat aku lihat dengan jelas wajahnya yang bersemu merah. Aku menahan tawa melihat nya. Ia datang hanya untuk mengatakan itu? Apalagi cara ia berbicara dan mimik wajahnya saat ini. Aku sadar perlahan Raka yang dulu aku kenal mulai kembali lagi.
"Tentu saja boleh" Mendengar perkataan ku ia lantas mengangkat kepalanya lalu menatap mataku sambil tersenyum.
"Benarkah? " Tanyanya tak percaya.
"Tentu saja, tunggu sebentar ya. Aku mau mengambil tas ku dulu" Setelah mendapat anggukan dari Raka, aku langsung kedalam rumah.
Tak lama aku kembali lagi dengan tas yang menggantung di bahu kananku. "Ayo" Ucapku.
Kami berdua lalu berpamitan pada mamah yang masih sibuk dengan tanaman-tanamannya "Na berangkat ya"
"Iya Na, hati-hati. Kamu juga semangat ya" Ucapnya.
"Pasti dong"
"Saya pamit ya tante" Kini giliran Raka yang berbicara.
"Iya, titip Kirana ya Raka" Raka hanya mengangguk mendengar nya.
Kami berdua lalu masuk ke mobil Raka. Awalnya ia terlihat gugup, dan sedikit takut. Tapi ia berusaha lagi.
"Maaf kalo ga ada AC nya ya, Maklum saja, ini kan mobil tua"
"Iya gapapa, kan masih ada AC alami" Aku lalu membuka kaca jendela mobil.
"Liat, lebih enak kan. Huuu dingin" Aku memejamkan mataku, menikmati angin yang berhembus perlahan.
:::
Aku dan Raka memasuki parkiran gedung rumah sakit. aku sudah menyuruh Raka untuk mengantarku sampai depan gerbang saja. Tetapi ia bersikeras akan mengantar sampai aku benar-benar masuk ke dalam rumah sakit, dengan alasan untuk menjaga ku. Jujur aku benar-benar terharu saat itu. Itu tandanya Raka perhatian pada keselamatan ku.
:::
Raka pov.
Begitu aku memasuki kantor ku, banyak sekali karyawan yang menyambut ku, sekedar basa-basi untuk menanyakan kabarku. Bahkan ada beberapa dari mereka yang memberikan selamat sambil bersalaman. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk hormat pada mereka. Karna sebenarnya 98% dari mereka tidak ada yang aku tau. Jujur saja, aku sebenarnya ragu aku masih ingat detail dari kantor ku. Tapi semua itu aku tepis dengan kepercayaan diriku.
"Raka, selamat datang lagi di kantor ya" Aku tersenyum melihat nya. Akhirnya aku bertemu seseorang yang aku kenal. Siapa lagi jika bukan Mas Adi.
"Iya mas, terimakasih."
Kami berdua lalu jalan berdua ke arah ruang
"Kamu sudah sehat?" Tanyanya.
"Masih dalam tahap pengobatan, sepertinya sedikit lagi pulih" Aku tersenyum ke arahnya. Ia pun membalasnya.
"Semoga saja. Ingat kamu tetap profesional"
Aku mengangguk patuh "Baik mas" .
Kami berdua lalu memasuki ruang pemotretan. Entah kenapa jantungku berdegup kencang. Saat aku masuk semua mata menatap kedatangan kami, lebih tepatnya kedatangan ku. Yang notabenenya sudah tidak masuk kantor selama 3 bulan lebih. Kulihat Disana sudah ada Reza, teman kantorku, dan beberapa model yang sudah berpakaian dan bergaya sedemikian rupa.
"Hey Raka, lama ga ketemu. Setiap gua jengukin lu di rumah sakit pasti masih koma terus sih" Reza menjabat tanganku. Dari dulu sifatnya memang seperti tidak berubah. Selalu berbicara apa adanya. Dan terkadang terlalu menyakitkan.
"Hehe, iya maaf" Aku hanya tertawa kecil.
Beberapa model juga menyambutku hangat. Melakukan hal yang Dan entah untuk yang keberapa kalinya aku hanya bisa tersenyum saja. Tubuh dan otakkh masih berusaha membaur dengan suasana kantor yang sudah berbulan-bulan aku tinggalkan. Tapi diantara model itu, ada seseorang menarik perhatian ku. Tapi dalam artian yang buruk. Tubuhku mengatakan 'jangan dekati dia!'. Padahal gadis itu terlihat manis, dengan tubuh yang tinggi.
Gadis itu langsung menghampiri ku. Ia ingin berjabat tangan seperti yang lain. Tapi aku hanya diam. Membiarkan tangannya mengambang di udara. Wajahnya seketika terlihat tidak enak, Ia menurunkan tangannya dengan canggung.
"Halo Raka" Sapanya. Sementara aku hanya menatapnya dengan tatapan sinis.