Kirana pov.
Aku merapikan meja kerjaku mataku tertuju pada sebuah amplop berwarna coklat. Aku lalu mengambilnya, sebuah hasil x-ray dari seorang anak kecil. Ia mengalami cedera pada bagian tengkoraknya, akibat perlakuan kasar dari teman-temannya. Sepertinya ia mengalami trauma yang cukup mendalam.
"Kasihan" batinku.
Aku melirik ke arah sebuah kotak berisi coklat. Itu diberikan oleh Raka beberapa menit yang lalu saat dia ke sini. Aku mengambil kotak itu mengusap pita berwarna merah muda yang ada di atasnya. Aku tersenyum sebuah ide muncul di kepalaku mungkin lebih baik jika coklat ini tidak makan sendiri tapi berbagi dengan anak kecil yang malang itu.
Ternyata si manis Raka mulai terlihat lagi.
Akhir-akhir ini aku dan Raka memang jadi banyak menghabiskan waktu bersama. Di luar jam kerja ku Raka pasti selalu datang, menyempatkan diri untuk hadir. sekedar menyemangatiku saat berkerja. Aku benar-benar bahagia dengan hal itu meskipun ia belum pulih setidaknya kami dekat lagi.
Apalagi dalam waktu 1 minggu ini aku sering berjalan berdua dengan Raka. Pergi ke tempat-tempat yang sebelumnya pernah kita temui. Seperti sebelumnya aku dan Raka pergi berdua ke museum Zoologi.
Flashback
Aku dan Raka memasuki kawasan Museum Zoologicum Bogoriense, atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan museum Zoologi Bogor.
Setelah membeli 2 buah tiket aku dan Raka langsung memasuki ke ruangan pertama.
Disana kami dibuat takjub dengan berbagai koleksi yang ada di sana, mulai dari Burung, amfibi, moluska, reptil dan masih masih banyak jenis hewan lainnya.
"Raka lihat! ini keren banget" aku berdiri tepat di depan akuarium yang berisi fosil dari hewan yang sepertinya mirip dinosaurus, dengan tinggi kurang lebih 3 meter.
"Wow gede banget ya" Raka ikut terpesona dengan fosil dinosaurus itu.
"aku nggak kebayang kalau dulu bumi dipenuhi sama hewan-hewan raksasa kayak gini. Apa enggak kepenuhan?" Raka hanya mengangkat kedua bahunya mendengar pertanyaanku.
Selama kurang lebih 2 jam aku dan Raka sibuk mengelilingi setiap sudut museum. Bercerita berbagai hal tentang kehidupan masa lalu dari binatang-binatang yang kami temui. Tentu saja menggunakan imajinasi kami.
Kadang aku juga sedikit memanfaatkan keahlian Raka dalam memotret. Jadi banyak sekali foto yang aku ambil bersama Raka mungkin lebih banyak foto-foto aku dibandingkan foto Raka.
Aku senang sepertinya raka juga menikmatinya. Setelah dari museum aku dan Raka memutuskan untuk pergi mencari makan untuk mengisi perut kami mulai kelaparan. Sambil memakan makanan kambing aku dan Raka memutuskan untuk duduk di depan museum menikmati angin yang berhembus perlahan. setelah dirasa cukup lama kami lalu pulang ke rumah masing-masing. Tapi karena sudah terlalu larut, Raka memutuskan untuk mengantar aku pulang. Dan malam itu adalah pertama kalinya aku berjalan naik mobil berdua Raka. Meskipun masih terlihat takut tapi selalu berusaha untuk memberanikan diri. Dan itu adalah sisi keren Raka yang aku sukai.
Sebenarnya itu baru satu dari sekian kisah yang aku ceritakan. Semakin hari, Raka semakin menunjukkan sisi baiknya pada ku. Meskipun terkadang ada beberapa perkataan yang menyakitiku aku tetap menyayanginya. Belum lagi saat aku dan ia makan di salah satu warung pecel di pinggir jalan.
Flashback
Kami memasuki warung pecel, dan langsung duduk di salah satu meja yang ada disana.
Untungnya saat itu tidak terlalu ramai "Kamu mau pesan apa Raka?"
Raka menatap daftar menu dengan dahi yang berkerut. Sepertinya Ia berpikir dengan sangat keras.
"Aku bingung akan memesan apa-apa kamu punya rekomendasi?" Tanya nya.
"Oke, mas pesan ayam bakar 2. Minumnya jeruk hangat ya" mas-mas itu hanya mengangguk tanda mengerti lalu ia mulai membuatkan pesanan kami.
Raka terlihat kebingungan.
"Ayam bakar?"
"Ya baiklah, tidak ada salahnya mencoba" lanjutnya
Aku menjentikkan jari tepat di depan wajah Raka. "Bagus" ucapku.
Setelah menunggu 15 menit, akhirnya pesanan kami datang juga. 2 buah piring berisi ayam bakar yang masih mengepulkan asap panas, beberapa potong mentimun, dan potongan-potongan selada. Dua piring lainnya berisikan nasi yang berbentuk setengah lingkaran, ditambah semangkuk kecil sambal terlihat sangat menggiurkan. Dan terakhir 2 gelas jeruk hangat menambah kenikmatan malam itu.
"Akhirnya datang juga" aku langsung mencelupkan tanganku ke dalam mangkuk berisi air dan perasan jeruk nipis. Lalu mulai merobek-robek daging ayam itu.
"Aaaaa enak banget" aku berteriak pelan begitu merasakan potongan daging ayam, nasi, dan ditambah sambal yang semuanya benar-benar berpadu sempurna di lidahku.
"Ini kan hanya ayam" aku langsung menghentikan aksi makanku dan menatap tajam ke arah Raka.
"Hanya ayam? Kamu bilang ini hanya ayam?" Aku mengulang pertanyaannya, sementara Ia hanya mengangguk dengan memasang wajah tak berdosa.
Aku melanjutkan perkataan ku, sambil mengacungkan jariku tepat di depan wajah nya.
"Asalkan kamu tahu ya. bertahun-tahun Aku kuliah di leiden, dan tidak pernah sekalipun aku temukan tukang pecel ayam di sana, jadi wajar saja jika reaksi ku berlebihan paham?." Raka mengangguk paham dengan wajah menahan tawa, aku hanya diam melihatnya mataku masih memicing tajam ke arahnya.
Tapi saat aku sudah menghabiskan setengah dari makananku Aku justru kembali berteriak sambil mengibas-ngibaskan tanganku bukan karena makanannya tapi karena sambalnya begitu pedas.
"Raka tolong berikan aku air minum, aku kepedasan" Raka lalu mengambil jeruk yang tadi kami pesan dan memberikannya kepadaku tapi jeruk itu hangat dan itu seperti membakar mulutku.
"Aaaaaa" aku juga semakin menjerit kepedasan.
Raka kembali memesan minuman untukku "Mas tolong satu es teh manis ya" masing-masing itu hanya mengangguk dan mulai menyiapkan teh untukku. Setelah datang aku langsung minum teh itu sampai habis bahkan aku mengambil es batu nya dari masuknya ke dalam mulutku.
"Bagaimana, sudah lebih baik? " Tanya Raka wajahnya terlihat antara ingin tertawa dan khawatir. itu aku benar-benar merasa bodoh sekali.